Yovel – Kapitalisme Adalah Musuh, Nazisme Adalah Wabah
“Kali ini kami berkesempatan untuk berdiskusi bersama band black metal asal Yunani, Yovel. Kami berbicara mengenai penindasan kapitalisme, konsep utama band, memikirkan ulang fungsionalitas musik & black metal yang tidak hanya sebagai alat ekspresi bersifat ego-sentris, namun mampu dijadikan senjata kesadaran dan perlawanan, hingga membahas pergerakan neo-nazi dalam skena black metal yang sudah mulai banyak menyelinap di dalam ideologi paganisme.”
Sigmund Freud menegaskan bahwasanya manusia memiliki naluri menghancurkan yang bersifat lahiriah. Naluri tersebut dapat disalurkan melalui 2 cara yakni dengan cara sadist (menghancurkan dengan cara menyakiti diri sendiri) dan masokis (menghancurkan dengan cara menyakiti orang lain). Ratusan tahun lamanya, manusia terjebak di dalam abad kegelapan, dimana mereka dikuasai penuh oleh naluriah mereka sendiri yang menyebabkan huru-hara, peperangan, dan kehancuran dimana-mana baik secara materil maupun emosional.
Hingga datanglah abad pencerahan, dimana sekumpulan filsuf mulai menyadari bahwa manusia sedang berada dalam belenggu pemahaman irasional. Mereka mengembangkan berbagai gagasan demi mengantarkan manusia pada pemahaman rasional yang mereka percayai sebagai satu-satunya cara umat manusia meraih kehidupan lebih baik. Para filsuf mulai mempertanyakan ulang makna hidup, mengkritisi dan menolak ideologi-ideologi pemerintahan yang dianggap sebagai irasionalitas, serta mencoba menjawab dan mematahkan keniscayaan mitos. Tanpa sadar bahwa usaha mereka untuk mewujudkan kerasionalan hanya akan mengantarkan manusia pada pemahaman irasionalitas yang baru.
Dialektika pencerahan rasional yang melibatkan naluriah manusia ini dimetaforakan dengan sempurna oleh kisah Odysseus yang berusaha melawan godaan Siren. Odysseus diikat pada tiang kapal dan seluruh telinga awak kapalnya disumpal oleh lilin malam sebagai siasat menahan diri dari suara godaan Siren. Baginya mengelabui Siren dengan tidak terpengaruh godaan dan berhasil melewati lembah kematian merupakan sebuah upaya rasional. Sementara irasionalitas terjadi apabila mereka berhasil terpengaruh dibawah godaan Siren.
Namun tanpa disadari ia beserta awaknya hanyalah bergerak dari irasionalitas satu ke irasionalitas lainnya tanpa sedikitpun menuju hal bersifat rasional. Ia harus kehilangan dirinya dikarenakan naluriah penghancuran secara sadist merenggut kebebasannya, dimana ia diikat untuk membatasi ruang geraknya. Sementara secara bersamaan ia juga turut menetapkan naluriah penghancuran secara masokis kepada para awaknya, dimana daya pendengaran awaknya dilucuti.
Sejatinya siasat yang diterapkan Odysseus beserta awaknya masih merupakan bentuk hasil pengaruh godaan dari Siren, dimana kembali pada persepsi awal disinilah letak Odysseus kembali terjebak pada irasionalitas yang baru. Sekarang bayangkan bila Odysseus lebih memilih untuk mencari jalan lain, besar kemungkinan ia terbebas sepenuhnya dari godaan Siren tanpa harus “mengorbankan” diri dan para awaknya.
Faktanya kisah mitologi kuno ini mirip dengan aplikasi kehidupan modern saat ini. Odysseus yang membawa seluruh awaknya menuju perjalanan ke Ithaca disimbolkan sebagai tuan tanah kapitalis yang mengiming-imingi para anak buahnya menuju kehidupan lebih baik. Dengan menciptakan produk dan industri, para tuan kapitalis merasa yakin bahwa mereka dapat menaklukan alam untuk menuju kehidupan manusia yang lebih baik.
Nyatanya seiring berjalan waktu justru alam yang menindas balik, dimana dalam kesehariannya mereka justru terjebak dengan masalah-masalah yang diciptakan produk dan industri mereka sendiri. Para tuan kapitalis jadi lebih sering mengatur taktik persaingan industri, memikirkan cara-cara mendapat laba dengan margin begitu besar, dan menekan biaya produksi dengan memperalat para pekerjanya. Tujuan awal rasional mereka untuk menciptakan kehidupan lebih lestari tiba-tiba berubah menjadi irasionalitas baru ketika mereka terjebak oleh “taktik” ciptaan nya sendiri.
Para awak Odysseus yang direpresentasikan sebagai buruh dan pekerja yang tergabung dalam industri ciptaan kapitalis hanya bisa terpaksa mengikuti semua kebijakan industri, dimana mereka terus tertindas serta kebebasan direnggut darinya. Sudahlah jelas sampai di sini bila usaha manusia beranjak dari kondisi irasional menjadi rasional adalah kesia-siaan yang bersifat nihilis, tetapi bukan berarti kita harus terjebak pada pessimism.
Justru rasionalitas mengantarkan manusia pada sebuah keyakinan dan akal budi yang bersifat ideologis. Mereka hanya menerima sesuatu yang dianggap rasional bagi mereka, sehingga jika suatu pikiran tidak dikritisi, pikiran menjelma menjadi sebuah teori mapan. Pada akhirnya teori mapan yang bersifat menentang hakikat pikiran yang selalu menuntut untuk berkembang berbalik menjadi sebuah organ bersifat menindas baik penindasan secara diri sendiri (sadist) maupun orang lain (masokis).
Sementara dalam irasionalitas manusia selalu dituntut untuk mengkritisi pikirannya sendiri, maupun pikiran lingkungan sekitarnya. Jelaslah bahwa tujuan manusia hidup bukan hanya sekedar mencari kebahagiaan dan ketenangan semata, karena keduanya pada akhirnya hanya akan membawa stagnasi, dan membangkitkan teori mapan di dalam akal budinya yang dapat menimbulkan kemalasan berpikir kritis. Tujuan manusia adalah terus berkembang dari satu irasionalitas ke dalam irasionalitas baru lainnya, selalu mau mengasah pikiran dan akal budinya untuk memungkinkan menciptakan kehidupan lebih baik bagi peradaban manusia di era mendatang.
Tentunya semua ini dimulai dari kemauan pribadi untuk mulai berpikir kritis terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Kehidupan yang dikelilingi oleh praktik penindasan atas keserakahan kapitalis, serta kemawasan diri bahwasanya paham fasisme dan kebangkitan neo-nazi dapat mengantarkan kehancuran pada umat manusia, telah menggerakan hati sekelompok pemuda asal Athena, Yunani untuk mengkritisi lingkungan kehidupan di sekitarnya yang porak-poranda. Mereka menyuarakan perlawanan pada hal yang bersifat menindas dan mengancam kepunahan umat manusia melalui medium musik black metal, dimana mereka mendirikan band black metal sendiri bernama Yovel.
Baru-baru ini Yovel memiliki rencana untuk menggelar festival anti-fasis metal pertama di Yunani sebagai wujud aksi solidaritas dan perlawanan mereka. Sejauh Yovel terbentuk, mereka sudah melepas 2 album studio: “Hide Tu” (2018) dan “Forthcoming Humanity” (2020). Kali ini IMW berkesempatan untuk berdiskusi panjang lebar bersama Yovel. Kami berdiskusi mengenai pandangan mereka terhadap penindasan kapitalisme yang terus meneror kehidupan sekitarnya, konsep dan tujuan utama band, memikirkan ulang fungsionalitas musik & black metal yang tidak hanya sebagai alat ekspresi bersifat ego-sentris, namun mampu dijadikan senjata kesadaran dan perlawanan, hingga membahas pergerakan neo-nazi dalam skena black metal yang sudah mulai banyak menyelinap di dalam ideologi paganisme.
IMW : Kami meyakini jika tujuan, kesuksesan, dan pencapaian besar tidak pernah terwujud, jika tidak memiliki keberanian untuk mengambil langkah awal. Lantas apa yang mendorong kalian pertama kali untuk memutuskan mendirikan Yovel? Apa visi utama dari Yovel dan apakah visi kalian sudah tercapai saat ini?
Yovel : Pertama-tama, kami ingin mengucapkan terima kasih telah menghubungi kami. Bagi kami ini mengartikan bahwa orang-orang di seluruh dunia merasa termotivasi oleh pesan yang kami sampaikan dan melakukan kontak terhadap kami. Yovel dulu, sekarang, dan akan menjadi jalan keluar. Cara kami berteriak ”Cukup” kepada para penindas yang menghancurkan hidup kami dan mencekik kami.
Kami adalah kemanusiaan yang akan datang dan kami akan menuntut hak kami untuk hidup, di sini & sekarang! Inilah yang dipertaruhkan saat ini, kemampuan kita untuk hidup dengan sopan. Kami memutuskan untuk mengambil sikap dan menyebarkan pesan ini. Sungguh menyenangkan bahwa pesan ini menghangatkan hati banyak orang.
IMW : Bagi mereka yang belum memahami lebih dalam mengenai Yovel sebelumnya, dapatkah kalian menceritakan secara sederhana mengenai pandangan, atau ideologi yang kalian bela atau anut, dan siapakah yang menjadi lawan “perang” sepadan bagi Yovel?
Yovel : Yovel merupakan simbolis tiupan terompet kebebasan. Yovel adalah teriakan kebebasan, Yovel berarti semua budak yang dibebaskan dan semua hutang dihapus; semua tanah dan kekayaan yang didistribusikan kembali. Yovel berarti menyerang penindas dan membunuh para “tuan”. Yovel berarti menyelamatkan planet ini dari keserakahan kapitalis.
Yovel merupakan singkatan dari semua yang tertindas di luar ras, kulit, dan orientasi seks. Ini adalah kami, jika Anda menemukan diri Anda di antara ini, datang dan bergabunglah dalam pertarungan! Anda adalah salah satu dari kami.
IMW : Kami sangat terkesan bagaimana kalian mengemas musik black metal dengan perspektif dan lirik yang sangat bertolak belakang dari konsep awal black metal. Ini justru seperti mengingatkan Kami terhadap gerakan conscious rapper semacam N.W.A, Public Enemy, atau Dead Prez yang menggunakan pandangan politik, sosial dan ideologinya sebagai senjata untuk menciptakan kehidupan lebih baik bagi masyarakat komunitasnya atau masyarakat secara umum.
Lantas motivasi apa yang memicu kalian merancang tema lirik yang lebih berdiri pada aspek-aspek politik berbalut pesan humanitarian, sedangkan di luaran sana masih banyak band black metal sibuk dengan segala kepercayaan simbolis, keyakinan, serta pemikiran yang bersifat egosentris?
Yovel : Black metal merupakan musik yang suka kami bawakan dan dengarkan. Kami mengetahui bayang-bayang dan masalah yang dimiliki adegan ini sejak pendiriannya. Tetapi kami yakin bahwa musik lebih dari sekedar ekspresi. Musik adalah seni, musik adalah alat, dan musik adalah politik karena segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi keputusannya mudah bagi kami, Kami ingin menyampaikan pesan perlawanan terhadap para penindas. Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, musik dan black metal adalah cara yang paling mendalam bagi Kami.
Kemarahan dan keputusasaan, seruan untuk mengangkat senjata, pesan global, respon global. Kami sedikit kecewa dengan kenyataan bahwa adegan seperti rap dan hip hop selangkah lebih maju dari kancah metal dalam hal ekspresi perlawanan artistik ini, tetapi kami sangat percaya bahwa musik ekstrem adalah bagian dari orang-orang kelas pekerja dan kami akan menemukan bentuknya, untuk mengekspresikan kecemasan dan harapan mereka, keyakinan dan keputusasaan mereka.
IMW : Sejauh ini Yovel sudah mengeluarkan 2 album studio, dan Kami merasa kedua album tersebut merupakan album konsep. Apakah konsep dari kedua album tersebut berkaitan satu dengan lainnya? Secara garis besar, apa yang membedakan konsep album “Hide tu” dengan album “Forthcoming Humanity”?
Yovel : ”Hide tu” merupakan perjalanan kesadaran diri. Jalan kebangkitan yang sulit dari perbudakan menuju kebebasan. Kemasyrakatan manusia penuh dengan contoh-contoh seperti itu. Anda mulai bertanya-tanya dan kemudian mulai memiliki pertanyaan. “Kenapa aku hidup seperti ini? Apakah ini sebuah ‘normalitas’ yang saya inginkan untuk diri saya dan orang-orang yang saya cintai? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah kondisi ini?”
Ini merupakan titik penting Anda ketika mulai menyadari bahwa Anda dapat memiliki kehidupan yang berbeda tetapi Anda harus mampu berjuang untuk itu. Penyebab seorang budak yang muncul dengan pertanyaan adalah budak yang berada di ambang batas. Jadi ini merupakan perjalanan dari kesedihan menuju kemenangan. Namun, kami harus berjuang untuk meraih kemenangan ini.
Di sisi lain, ‘Forthcoming Humanity’ merupakan penghargaan atas perjuangan dan pertarungan manusia di muka bumi ini. Ini adalah sejarah tanah kita, tetapi lebih jauh lagi, ini merupakan sejarah tanah bagi semua orang. Ketika anda membaca liriknya, maka di sana Anda melihat bahwa kematian perjuangan kami di Syntagma square (Gr) adalah kematian perjuangan Anda melawan otoritarianisme dan imperialisme. Perjuangan para imigran Prancis, perjuangan Zapatista, serta perjuangan siapapun yang berkata ”Cukup!”. Jadi ya perspektif yang berbeda, tetatpi memiliki inti cerita yang serupa. Kisah mereka yang memutuskan untuk hidup dan melakukan sesuatu untuk itu.
Baca Juga : Pure Wrath – Hymn to the Woeful Hearts – Review
IMW : Kami merasa kagum terhadap Yovel yang begitu lantang dalam menyuarakan anti-kapitalisme, Kami juga banyak mendengar kabar dan berita bahwa praktik kapitalisme di Yunani sudah sedemikian parah dan menimbulkan krisis berkepanjangan. Dengan pengalaman dan keterlibatan langsung kalian melihat praktik-praktik kapatilsme, apakah kalian masih menggunakan “pendapat kedua” dari orang lain yang memiliki nasib, pengalaman, dan pandangan serupa terhadap kapitalisme untuk menjadi inspirasi kalian dalam menulis lirik?
Yovel : Sayangnya kehidupan Kita sehari-hari dipenuhi oleh cerita gelap di luar imajinasi. Kami menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan pada saat yang sama, hampir setiap hari, orang-orang seperti Anda dan Saya, yang disebut sebagai “pengungsi, imigran, dan lainnya” (dalam upaya untuk tidak memanusiakan mereka) sekarat di laut Aegea dalam jumlah yang begitu banyak!
Dengan kedua negara tetangga (Yunani dan Turki) terus memainkan politik hidup dan mati mereka. Jadi kesedihan yang kita hadapi setiap hari dan kemarahan yang datang darinya adalah bahan bakar utama kita untuk menciptakan seni dan tetap kuat secara mental, untuk menghancurkan sistem kebiadaban yang menciptakan neraka yang disebut kapitalisme. Mereka menghukum mati ribuan orang dengan perang mereka, senjata mereka, dan kebutuhan imperium mereka. Ini harus dihentikan dan ini akan berhenti.
IMW : Kami membaca interview kalian bersama Thisisblackmetal, pada dasarnya Kami menyetujui pernyataan kalian terkait kebebasan sangat mahal harganya. Ini juga menjadi pengingat sejati pada musisi-musisi independen di luaran sana agar jangan berkecil hati, karena suara kalian belum banyak didengar. Kalian memiliki aset paling berharga yaitu kebebasan, maka teruslah berkarya hingga suara kebebasan kalian didengar oleh orang banyak. Kami ingat ketika Marvin Gaye dilarang keras oleh pihak Motown untuk merilis album “What’s Going On” karena berisi muatan protes dan kritik sosial.
Padahal saat itu keberadaan komunitas kulit hitam di Amerika Begitu terancam. Kebrutalan polisi dimana-mana, diskriminasi ras, hingga aktivis-aktivis pembela hak kesetaraan mereka tewas dibunuh. Dengan kondisi Yovel sekarang apakah kalian sudah merasa memiliki kebebasan itu secara mutlak? Atau masih ada tekanan-tekanan dari pihak tertentu, sehingga terkadang kalian harus mempertimbangkan untuk menahan diri agar tidak mengangkat topik-topik tertentu dalam musik kalian?
Yovel : Tidak ada yang benar-benar bebas dalam masyarakat ini. Kami memilih untuk mengekspresikan diri kami tanpa sensor dan di bawah batasan. Ini mungkin sedikit mahal dalam hal popularitas tetapi sungguh, kami tidak menganggap musik sebagai bisnis. Kami jauh di dalam piramida kapitalis ini dengan melakukan pekerjaan sehari-hari kami, Jadi tidak ada persetujuan untuk ‘popularitas’ dari kita.
Industri musik dalam kekacauan total dan Kami tidak ingin menjadi bagian darinya. Jadi kami memutuskan untuk tetap berada di jalur ‘gerilya’ yang kesepian dengan solidaritas terhadap yang tertindas dan permusuhan terhadap para penindas. Saatnya kita berpikir ulang mengenai kekuatan pesan kita, dan inilah saatnya bagi kita untuk berhenti terlibat di dalamnya.
IMW : Ketika Yovel diasosiasikan dengan pergerakan RABM, secara tidak langsung kalian menolak pernyataan tersebut. Lantas dapatkah kalian menjelaskan apa yang membedakan perjuangan kalian dengan yang dilakukan oleh band-band black metal yang terafiliasi oleh RABM?
Yovel : Kami sangat menghormati mereka yang memilih jalan sulit ini dalam genre kami. Tapi kami sangat percaya Yovel adalah sesuatu yang lebih dari sekadar reaksi terhadap nazi sialan! dalam black metal. Pesan anti-kapitalis dan anti-fasis kami begitu kuat dan jelas. Kami kawan dengan siapa pun yang termasuk dalam adegan ini. Tentu saja kami mendukungnya dengan cara apa pun yang kami miliki. Tapi kami senang melakukan black metal untuk mereka yang tertindas dan kata kunci di sini adalah yang tertindas.
IMW : Kami membaca salah satu sesi interview ketika kalian diminta untuk menjelaskan konsep dari NSBM dan kalian mengatakan bahwa itu membutuhkan sesi interview khusus untuk membahas keseluruhan daripada konsep NSBM, mengindikasikan bahwa kalian memiliki begitu banyak informasi dan sudut pandang yang kuat dan berbeda terhadap pergerakan NSBM. Kami tidak ingin meminta kalian untuk menjelaskan seluk-beluk ideologi dan kontroversi daripada gerakan ini, Kami hanya ingin meminta tanggapan anda mengenai sebuah miskonsepsi yang terjadi dalam skena tersebut.
Seperti kita ketahui NSBM sejatinya bukanlah turunan black metal alami, semua yang terlibat dalam skena tersebut memiliki agenda politik di belakangnya yang tidak lain dan tidak bukan untuk mempropagandakan kebangkitan kembali paham neo-nazi. Sementara di luaran sana banyak band black metal penganut paganisme yang meminjam ideologi “supremacy” daripada neo-nazi, kemudian mereka menggunakan kerangka berpikir serupa untuk menganggap bahwa ras maupun sistem kepercayaan paganisme mereka dirasa paling superior.
Beberapa di antara mereka mungkin tidak mendeklarasikan secara langsung bahwasanya mereka penganut paham neo-nazi atau terafiliasi dalam lingkaran NSBM. Namun ironisnya band-band tersebut banyak lahir di negara-negara Polandia, Russia, dimana negara-negara tersebut dihuni oleh ras Slavik dan bahkan tidak menutup kemungkinan anggota band bersangkutan juga merupakan keturunan ras Slavik murni. Jika menilik kembali sejarah nazisme, ras Slavik termasuk dalam daftar musuh dan ras yang terancam dibantai oleh pihak nazi sendiri. Lantas bagaimana tanggapan kalian melihat kesalahpahaman dan keambiguan ini terus terjadi dalam skena black metal?
Yovel : Ini merupakan sesuatu yang rumit. Ketika tahun-tahun berlalu dan black metal mulai memasuki lebih banyak skena dan penonton mainstream. Nazi dan fasis memutuskan untuk mengubah cara mereka campur tangan dalam adegan ini. Itu merupakan pilihan strategis oleh mereka yang diwujudkan melalui band, venues, label, dll.
Sekarang mereka mencoba untuk melanjutkannya dengan menggunakan lebih banyak pesan, simbol, dan kata-kata ‘samar’, tetapi memiliki itikad serupa. Ketika seseorang menulis tentang supremasi ras apa pun atau mencoba menyajikan paganisme sebagai cara hidup yang tertinggi, lebih sederhana, lebih murni, lebih ‘putih’, mereka mencoba menyajikan kepercayaan rasis dan nazi, secara tidak langsung.
Mari kita berbicara tentang Mgla misalnya, mereka menggunakan misanthropy dan individualisme sebagai cara yang tampaknya tidak bersalah dan hanya terkesan black metal-ish. Tetapi, hei mereka berada di depan adegan pro fasis samar ini dan mencoba menyembunyikan serigala di bawah domba dalam bentuk musik. Anggota MGLA, M, tidak ragu untuk terlibat melakukan mixing & mastering album terakhir Graveland (band paling terkenal dalam adegan NSBM). Sangat terasa canggung bilamana gerakan pro-fasis ini justru berasal dari negara-negara yang menderita di bawah pemerintahan Nazi.
Ini berkaitan dengan era Soviet dan kesulitan yang mereka hadapi atau persepsi kehidupan di Uni Soviet yang berlaku pasca-keributan … Namun dalam hal apa pun, reaksi ini memalukan. Fasisme dan nazisme menyebabkan ratusan juta kematian dan kehancuran, dan kemanusiaan harus tahu lebih baik dan mencapai beberapa kesimpulan. Kami mengatakan dengan suara paling keras yang kami miliki! Tidak lagi! Tidak ada tempat! fasis harus dikirim kembali ke lemari dengan kerangka mereka. Mereka adalah wabah bagi muka bumi ini!
Baca Juga : Marma Menangkap Esensi Optimisme Dari Paradoks Eksistensialisme
IMW : Ketika kalian mengatakan bahwa Nazisme adalah “rencana B” dari kapitalisme Kami mencoba mencari korelasi dan titik temu dari keduanya, Kami beranggapan kapitalisme bisa jauh lebih kejam daripada nazisme, karena kesadaran orang-orang terhadap bahayanya kapitalisme masih terbilang rendah.
Pada dasarnya praktik kapitalisme memang memiliki konsep serupa dengan nazisme, dimana masyarakat kelas pekerja dan kelas bawah yang tidak memiliki otoritas dan kekuatan apapun dieksploitasi habis-habisan, sebelum akhirnya mereka disingkirkan atau tersingkir dengan sendirinya.
Ini sejatinya tidak lebih daripada praktik perbudakan modern, bahkan bisa berakibat fatal dari apa yang dibayangkan. Itu mungkin sedikit tafsiran Kami mengenai korelasi antara praktik kapitalisme dan nazisme, tetapi Kami ingin mendengar pendapat kalian secara langsung mengenai korelasi di antara kedua ideologi tersebut?
Yovel : Kapitalisme adalah musuh, sedangkan nazisme adalah wabah.
Kapitalisme mengatur masyarakat dengan cara yang menghancurkan dan memperbudak kehidupan manusia. Kita harus menggulingkan sistem ini untuk akhirnya bebas. Bebas untuk hidup, bebas untuk memproduksi, bebas untuk berbagi, bebas merasakan, mencintai, serta menghargai waktu yang kita miliki di planet ini.
Ketika krisis terjadi, maka kapitalisme tidak dapat berfungsi dengan konsensus para pekerja, dan fasisme menanjak. Kita dapat mengatakan bahwa ini adalah rencana penyelamatan kapitalisme. Tapi bukan hanya itu, ketakutan orang-orang tidak diketahui, itu adalah reaksi mudah ketika standar berantakan.
Kemudian masyarakat mencoba mencari obat untuk mengatasi penyakit; Takutlah apa yang ada di sebelah Anda – bukan yang di atas yang ternyata merupakan pemicu wabah. Jadi kapitalisme adalah sesuatu yang harus kita tangani secara pasti, tetapi fasisme dan nazisme adalah versi paling jelek, paling brutal, dan paling mematikan, dan kita harus mencegahnya dan selalu waspada dalam situasi siaga merah!
IMW : Skena black metal Yunani sudah dikenal begitu luas dan pergerakannya begitu masif. Dapatkah kalian merekomendasikan beberapa band black metal Yunani saat ini yang kalian dengarkan atau kalian dukung?
Yovel : Lore Spectral, Mystras, Voak, Kvadrat, dan Breeding The Shadows adalah beberapa band yang sangat baik dengan musik yang luar biasa dan pola pikir yang tepat.
IMW : Tidak ada yang abadi di dunia ini, kita tidak membutuhkan keabadian untuk merubah dunia, yang kita butuhkan adalah sebuah warisan yang dapat diturunkan untuk membuat kehidupan generasi penerus menjadi lebih baik. Sebagai penutup, ketika suatu saat nanti Yovel tidak lagi berdiri sebagai band, pesan atau warisan apa yang kalian harap dapat diturunkan pada generasi penerus untuk terus memotivasi mereka dalam meraih kebebasan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik?
Yovel : Saya tahu Anda akan berada di sini / jiwa saya untuk menyembuhkan / kami akan bertahan / melalui mimpi buruk ini (secara nyata).
Baca Juga : Urthshroud – Proyek DSBM Yang Mengagungkan Nilai Spontanitas dan Absurditas