Maggot Heart Ketika Band Rock Terkadang Bisa Lebih Gelap Dari Metal
“Tahun 2021 lalu, Maggot Heart, band negative rock asal German, membeberkan album split terbarunya bersama band blackened punk asal Norway, Okkultokrati di bawah naungan Rapid Eyes Records”
Di era sekarang ini kalian udah engga bisa lagi beranggapan bahwa rock selalu 2 level di bawah metal dalam hal intensitas musik, dan tema lirik. Sekarang udah banyak banget band rock yang jauh lebih berisik, lebih rancak, dan narasi lirik lebih kelam yang bisa menandingi kekelaman lirik-lirik doom metal. Maggot Heart, band rock asal Berlin yang terdiri atas Linnéa Olsson (Gitar + Vokal), Olivia Audrey (Bass) dan Uno Bruniusson (Drum) menyajikan seruan musik rock dengan distorsi kasar-mentah, ketukan beat post-punk, dan lirik-lirik bertemakan seputar refleksi kehidupan. Kesuraman dan kegelapan yang menghampiri setiap detik musiknya menjadi dorongan mereka untuk menciptakan term musiknya sendiri yakni negative rock.
Kalian engga usah heran kenapa Maggot Heart mampu bikin musik rock yang berhasil nyiptain museum horror sendiri dalam pikiran ketika tiap kali dengerin lagunya. Pasalnya sang frontwomen, Linnea Olsson sebelumnya udah ngerasain banyak bikin jenis-jenis musik keras. Dia pernah ngerasain sensansi bikin dan mainin musik punk berintensitas tinggi, ketika gabung bersama Sonic Ritual band punk-metal asal Swedia. Dia juga udah punya pengalaman “ngulik” gimana sang maestro riff, Tonny Iommi bikin riff simpel tapi super seram. Hasilnya projekan bandnya, The Oath mampu mengembalikan kita ke jaman proto-metal lengkap dengan suara riff-riff tritonic ala Sabbath yang mencekam itu. Janga lupa dia pernah gabung bareng Beastmilk, band post-punk asal Finlandia, dan Slingblade band heavy metal asal Swedia.
So, itulah alasan Linea namain Maggot Heart sebagai band negative rock, karena karya mereka ini terdiri dari hubungan threesome antar metal, rock’n roll, dan post-punk. Mereka sendiri sebenarnya engga terlalu addict dengan yang namanya media sosial. Ini juga secara ga langsung berpengaruh pada pengambilan tema lirik mereka. Maggot Heart lebih bermain di area lirik yang bersifat personal experience, jadi mereka ga tergerak untuk mengangkat isu-isu konflik yang lagi trending saat ini. Tapi bukan berati lirik mereka jadi ga relate sama sekali dengan kondisi kehidupan sekarang.
Justru sebaliknya, dengan menggunakan sudut lirik “kegelapannya”, Maggot Heart mampu bikin lirik deskriptif yang menceritakan betapa depresif dan kelamnya kehidupan warga urban, yang setiap hari selalu tenggelam dalam kesibukan akan rutinitas, kekecewaan, dan rasa insecure yang terus menghampiri pikiran. Mungkin sudah puluhan band bikin tema lirik serupa, tetapi ngga banyak yang diimbangi dengan racikan musik menarik dan berkarakter seperti mereka. Maggot Heart berani mengambil jalur lawan arus, ketika band rock era sekarang lebih banyak main di ranah post-rock / shoegaze yang mencoba lepas dari realitas musik rock.
Maggot Heart tampil apa adanya dengan bikin musik rock simpel, tapi terdengar eksperimental disaat yang bersamaan. Saya udah ngikutin mereka ketika mereka rilis album ‘Merchy Machine’ tahun 2020 lalu. Waktu itu saya sempet ngulas singkat album mereka, di laman Soulreaper. Tetapi tahun kemarin mereka juga bikin album split bareng dengan band blackened punk asal Oslo, Okkultokrati.
Dalam album split nya, Maggot Heart menyumbangkan 3 lagu baru sedangkan 3 lagu sisanya diserahkan pada Okkultokrati untuk memporak-porandakan gendang telinga kalian. Sebenarnya kurang fair juga kalo mau menilai kehebatan musikalitas Maggot Heart dari album split ini. Soalnya disamping lagunya cuman 3, album penuh mereka seperti ‘Mercy Machine’ atau ‘Dusk To Dusk’ lebih representatif untuk menggambarkan keseluruhan konsep ide musik mereka.
Tetapi kalo dijadiin summary singkat perjalanan musikalitas mereka, masih terbilang ok lah. Lagu ‘No Song’ (7:00) masih menangkap racikan spektrum musik post-punk, british punk 70’an yang dipertemukan dengan elemen krautrock, dan riffage berat ala Sabbath. Kemudian lagu ‘Zero Hour Day’ (4:02) punya tekstur riffage lebih jelimet, dan ketukan drum lebih pacey dan progresif. Mungkin bagi kalian yang tergila-gila akan karya eksperimental thrash asal Kanda, Voivod bakal betah denger lagu ini. Terakhir ‘Soulpolice’ (3:38) punya kombinasi gebukan drum dan dentuman bass yang langsung bikin kalian ngeh dengan karya-karya Motorhead.
Jadi yah, Maggot Heart ga sembarangan bikin tagline negative rock hanya untuk keliatan bad-ass dan berbeda aja. Mereka toh sudah buktikan bisa bikin musik yang engga cuman terdengar occult, tapi sangat menggugah para selera rocker untuk balik pada realitas musik rock, sebagai sebuah musik perlawanan
Maggot Heart Bandcamp | Maggot Heart Spotify | Maggot Heart Tidal | Maggot Heart Apple Music
Baca Juga : Saint Ali : From the Seashore of Barus to the Firmament of Debata Review