Baxaxaxa : Catacomb Cult Review
Selama kurang lebih seperempat abad Baxaxaxa meninggalkan scene black metal. Kemudian kembali dengan merilis Catacomb Cult dan membuktikan bahwa sound primitive black metal masih relevan ditengah gempuran modern black metal. Meski masih mengandalkan formula sound yang “usang” tapi masih banyak exictment yang tertanam dalam album ini.
Baxaxaxa mengakhiri masa hiatus 25 tahunnya pada tahun 2017 lalu. Namun mereka baru bisa melepaskan album comebacknya yang berjudul ‘Catacomb Cult’ di tahun ini. Semasa aktif di tahun 1992, kuartet black metal asal German ini tidak banyak meninggalkan legacy selain album demo nya berjudul ‘Hellfire‘. Lalu tahun 2002 mereka merilis sebuah split album bersama Ungod, dimana sang frontman ‘Condemptor‘ bermain untuk kedua band tersebut. Kedua materinya merupakan materi black metal yang solid namun tidak begitu essensial di kalangan scene Black metal. Sehingga cukup diragukan apabila Baxaxaxa disebut sebagai salah satu pionir dari black metal German meski mereka sudah terbentuk lama sekali.
Tentu ini menjadi seperti lembaran baru bagi Baxaxaxa. Karena mereka harus memulai lagi semuanya dari 0. Terlebih lagi Baxaxaxa sekarang hanya menyisakan Condemptor selaku anggota asli. Condemptor kemudian merekut beberapa rekannya di Ungod untuk mengisi posisi instrument lainnya pada band Baxaxaxa. Tetapi setelah merilis sebuah album demo pada tahun 2019 yang disusul dengan album EP pada tahun 2020. Terlihat potensi sound dari Baxaxa yang terlahir kembali ini cukup menjanjikan. Sehingga setidaknya memberikan rasa kepercayaan, bahwa album debutnya ini tidak terdengar mengecewakan.
Catacomb Cult menawarkan 8 lagu baru dari Baxaxaxa dengan total durasi mencapai 47 menit. Album ini pure menawarkan songwriting fresh dari Baxaxaxa ketika mereka sudah kembali terbentuk. Mereka tidak mengorek-ngorek sisa lagu-lagu pada demo tape lama mereka untuk dimasukkan ke dalam album ini. Lagipula selama masa hiatus Condemptor memang tidak menulis satu materi pun untuk Baxaxaxa. Jadi album Catacomb Cult ini murni hasil pemikiran kolektif Condemptor bersama rekan-rekan barunya.
Baca Juga : Abbath : Outsrider Review
Album ini seolah membawa kembali pada peradaban dark age dari kultur Black Metal. Baxaxaxa mengkonsolidasikan elemen-elemen mulai dari thrash,metal, hingga heavy metal lawas ke tingkat yang lebih ekstrim. Atau biasa disebut dengan First Wave Black Metal. Atmosfir sound yang tergambar tidak hanya memiliki kesan yang gelap, suram, dan gersang. Tetapi memiliki sensasi deja-vu karena mereka berhasil merekrontuksi aroma-aroma dan atmosfir sound 80’an dengan baik. Mungkin jika album ini disodorkan oleh random old-school metalhead akan berujar bahwa album Catacomb Cult ini dibuat pada dekade 80’an.
Meski baru aktif kembali beberapa tahun lalu. Tetapi jam terbang dan pengalaman tidak bisa berbohong. Condemptor dan kolega seolah tau bagaimana cara meracik sound old-school heavy metal yang punchy. Sektor riff didominasi dengan tipikal riff doomy power chord dengan gain yang panjang. Contohnya pada track pembuka ‘Catacomb Cult’, track ini langsung disambut dengan riffing-riffing doom metal. Track ini banyak terpengaruh dengan struktur riff dan songwriting ala Candlemass tetapi dipadukan dengan distorsi kemurungan ala Hellhammer dan Celtic Frost. Mereka mencoba mengkonversi elemen 2nd wave black metal ke dalam bentuk format yang lebih primitif dan simplistik. Track ‘As The Moon Inhaled All Sunrays’, ‘Kingdoms Ablaze’ mencoba mereplikasi Mayhem era ‘De Mysteriis Dom Sathanas’ pada beberapa moment. Tetapi karena karakteristik tone gitar yang lebih dry. Membuat essensi cold dan grim dari Mayhem menjadi tidak terdengar pada kedua lagu tersebut.
Sektor drum memang tidak banyak menampilkan skill-skill yang memukau dan kecepatan kilat, Karena sejatinya memang tidak banyak diperlukan juga untuk memainkan tipikal genre seperti ini. Ada unsur lainnya yang jauh lebih penting yaitu transisi dan timing. Harus dikatakan transisi dan timing permainan drum pada album ini on point. ‘Ghost of Torzburg’ bisa menjadi contoh lagu untuk kemahiran sektor drum di album ini. Karena lagu tersebut memperdengarkan kreatifitas sang penabuh drum dibalik keterbatasan teknik permainannya. Lagu diawali dengan gebukan marching pattern yang kemudian seketika bertransisi menjadi gebukan drum ala Teutonic Thrash. Namun dipertengahan lagu, permainan drum kembali melamban seperti pada beberapa track lainnya.
Baca Juga : Choria : A Dismal Repertoire
Transisi sound album ini harus dikatakan kurang berani dalam bereksplorasi. Transisi perubahan antara section terkesan bergerak lamban dan tidak banyak memiliki elemen kejut. Catacomb Cult terkesan menyisipkan transisi lagu yang cenderung bermain aman. Pada beberapa lagu ditemukan transisi sound yang terdengar seragam. Kekurangan lainnya adalah ketika riff-riff doomy mulai dikumandangkan. Mereka seolah terfokus pada riff tersebut sampai-sampai lupa untuk bereksplorasi di sektor lainnya. Sehingga hampir setiap ketika riff-riff doom muncul terkesan seperti mendengarkan sebuah bagian lagu yang serupa.
Point lainnya yang bisa diangkat pada album ini terletak pada penulisan lagu. Entah apakah ini termasuk point yang positif atau negatif. Namun hampir secara keseluruhan materi terasa lebih atmosferik jika dibandingkan dengan band pengusung genre sejenis lainnya. Tidak banyak ditemukan part-part lagu yang banger dan kick-ass, yang bisa dijadikan pemicu headbang dan bermoshing ria.
Catacomb Cult mencoba untuk mereplikasi nuansa busuk dari first wave black metal. Tetapi kualitas rekaman yang terdengar cleany dan rapih. Sound snare menghentak dengan bombatis. Sementara semua pukulan simbal, hi-hat terdengar jelas dan tajam. Distorsi gitar pun terdengar kering dan tidak banyak menghasilkan noisy-noisy cavernous seperti band-band pengusung war metal. Ini merupakan sebuah plus point yang berarti, dimana kedua masalah yang umum di kalangan underground extreme metal seperti ini dapat teratasi dengan baik.
Selama kurang lebih seperempat abad Baxaxaxa meninggalkan scene black metal. Kemudian kembali dengan merilis Catacomb Cult dan membuktikan bahwa sound primitive black metal masih relevan ditengah gempuran modern black metal. Meski masih mengandalkan formula sound yang “usang” tapi masih banyak exictment yang tertanam dalam album ini.
Rating : 7/10
Baca Juga : Abbath : Outstrider Review