Whispered : Shogunate Macabre Review
Whispered seolah hanya menjadikan melodeath sebagai “term” belaka saja untuk menghasilkan komposisi musik yang ekstrim namun melodik. Tetapi hasil output eksekusinya, Whispered banyak mengkonsolidasikan beragam elemen turunan metal diluar melodeath seperit groove metal, thrash, prog metal, eastern folk, hingga black metal.
Pada tahun 2020 penggunaan vape dan roko elektrik meningkat 83% dibanding pada tahun 2018. Tentunya para penikmat vape memiliki alasan tersendiri ketika ditanya mengapa mereka memilih mengkonsumsi vape dibanding rokok konvensional. Seperti misalnya masalah kesehatan, rasa, harga, kenyamanan, dan masih banyak lagi. Kehadiran vape dan rokok elektrik seolah seperti barang alternatif pengganti rokok konvensional. Lantas apa korelasinya antara munculnya vape, dan rokok elektrik dengan kehadiran melodic death metal di skena extreme metal?
Well serupa dengan hadirnya vape yang bisa dijadikan cara alternatif untuk merokok. Kelahiran melodic death metal menurut saya seperti sebuah cara “alternatif” untuk mendengarkan musik death metal dengan sensasi yang berbeda. Sesuai dengan embel-embel “melodic”, turunan death metal yang satu ini memiliki komposisi sound yang lebih melodic, dan epic jika dibanding death metal konvensional. Sehingga melodeath bisa dijadikan opsi lain bagi mereka yang ingin mendengarkan kebisingan death metal tetapi masih bisa menghasilkan interval-interval nada yang melodik.
Melodeath berkembang di gothenburg, Swedia berkat trisula mautnya (In Flames, Dark Tranquillity, At The Gates). Tetapi melodeath juga berkembang pesat di negara Finlandia dan melahirkan band seperti Children of Bodom, Kalmah, WIntersun, dan lainnya. Tetapi kedua skena ini memiliki penyakit dan problem yang sama. Ketika para suksesor dari skena ini, masing-masing hanya terobsesi menjadi imiatator belaka dari para pionirnya. Sehingga membuat berkurangnya kreatifitas bermusik di lahan yang potensial seperti ini.
Tetapi pandangan saya berubah ketika Whispered sering mampir ke dalam playlist pribadi. Band melodeath asal finlandia yang didirikan pada tahun 2004 ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Mereka memperkenalkan musik melodeath dengan pengaruh elemen oriental musik folk jepang. Whispered juga tidak ragu menulis lirik-lirik bertemakan samurai, dan kultur dari asia timur terutama Jepang.
Baca Juga : Cannibal Corpse : Violence Unimagined Review
“Shogunate Macabre” merupakan album studio ke-2 dari Whispered yang dilepas pada tahun 2014. Terjadi sedikit perubahan formula musik secara garis besar antara Shogunate Macabre dengan album pendahulunya. Whispered memutuskan untuk menghilangkan sektor keyboard pada album ini karena dirasa kurang cocok. Tetapi hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk membuat musik yang lebih dinamis, simfonik, dan megah dari album pendahulunya.
Album dibuka dengan track berjudul “Jikininki”, dimana Whispered nampaknya sudah tidak sabar untuk membobardir para penikmatnya. “Jikiniki” yang disambut dengan sedikit shouting voice dari seorang ksatria samurai kemudian meledak seketika dengan gempuran blast-beat yang eksplosif. Track ini memiliki komposisi yang bertabrakan antara elemen black metal, groove metal, dengan sentuhan simfonik. Sementara pada backdrop layer sound disisipi dengan elemen sitar yang bernuansa oriental. Dinamisme songwriting pada lagu ini terlihat ketika pada pertengahan lagu Whispered menurunkan temponya dan membiarkan solo lead gitar yang memenuhi komposisi lagu.
Track kedua “Hold The Sword” memiliki nuansa melodic death metal yang di hibridisasi dengan semangat power metal. Track yang berpacu dengan kencang, epic, dan memiliki lirik dan nuansa yang heroik melatari lagu ini. Sang vokalis, “Jouni Valjakka” juga turut menyisipkan chorus-chorus anthemic dan catchy dipertengahan lagu. Tetapi chorus yang dihasilkan masih terdengar “garang” karena karakter vokal Jouni yang tidak berubah. Sehingga chorus masih memiliki karakter yang kuat dan tidak menghasilkan kesan cheesy.
“Fallen Ameterasu” merupakan inverse track dari “Hold The Sword”. Track tersebut memiliki nuansa yang lebih dark, dengan aura simfonik yang lebih kelam dan frustated. Track “One Man’s Burden” terdengar seperti sebuah journey dari emosi manusia. Karena pada track tersebut ditemukan beragam emosi yang membaur menjadi satu. Seperti ekspresi kesenangan, kesedihan, kehancuran, dan harapan terkandung dalam track tersebut.
“Kappa” merupakan track yang sedikit meminjam idelogi dari musik “avant-garde” yaitu dengan memadukan beberapa elemen musik. Mulai dari riff-riff yang diimplementasikan dengan struktur yang nampaknya terinspirasi dari musik bergaya komedi era Romantisme. Hingga pada pertengahan lagu, Whispered sedikit menyusupkan elemen saxophone yang jazzy dan dipadukan dengan elemen oriental folk. “Lady of The Wind” merupakan track yang lebih bernuansa progressif dan modern dibanding track lainnya. Duel harmonzing solo gitar pada pertengahan lagu menandakan album ini tidak hanya matang dari segi songwriting namun juga dari skill masing-masing personil.
Baca Juga : Abbath : Outstrider Review
“Unrestrained” track paling pendek di album ini dengan hanya berdurasi 3 menit lebih. Mungkin banyak yang menduga track ini hanya sebagai filler atau pelengkap. Namun komposisi dari track ini juga tidak bisa dianggap remeh. Whispered mengemas kegarangan, dan keindahan pada lagu ini dengan padat dan in your face. Album ditutup dengan track berjudul “Upon My Honor” dengan durasi mencapai 10 menit. Track ini kembali menonjolkan perfoma dari duet gitaris mereka yang kali ini saling melempar lick dengan sense neoclassical. Track yang solid namun belum bisa dibilang outstanding karena tidak terlalu banyak mengandung “wow faktor” di sepanjang track.
“Shogunate Macabre” bisa dikatakan merupakan perpaduan seimbang antara sound extreme metal dengan elemen oriental folk yang kental. Whispered seolah hanya menjadikan melodeath sebagai “term” belaka saja untuk menghasilkan komposisi yang ekstrim dan melodik. Tetapi hasil output eksekusinya, Whispered banyak mengkonsolidasikan beragam elemen turunan metal diluar melodeath seperit groove metal, thrash, prog metal, eastern folk, hingga black metal.
Sementara Whispered memperlakukan elemen folk secara merata dengan instrument lainnya. Artinya pengunaanya tidak terlalu berlebihan dan merubah arah direksi musik Whispered untuk menjurus ke band-band berlabel folk metal. Sebaliknya, elemen folk yang diusung juga tidak hanya sebatas sebagai “side-dish” hanya semata untuk menarik pangsa pasar dari asia. Elemen folk berfungsi untuk menambah kedalaman tekstur, nuansa dan dapat mencairkan suasana.
berkat effort, dan musikalitas maksimal yang dicurahkan oleh Whispered pada album ini. Bukan sebuah hal yang mustahil bila “Shogunate Macabre” kelak disebut sebagai album melodic death metal “timeless”. Album yang bisa membuka potensi untuk dijadikan inspirasi bahkan mungkin ditiru oleh band pengusung melodeath lainnya kelak. Tetapi setidaknya Whispered sudah lebih dulu menancapkan “samurainya” sebelum nantinya para imitator perlahan mulai bermunculan.
Rating : 9.5/10
Baca Juga : Iron Maiden : Book Of Souls Review