Tassi : Northland I & II Review
Northland I & II sukses menggambarkan secara personal mengenai perjalanan Tassi yang penuh dengan konflik emosional dan batin demi menemukan apa yang dicintainya.
Sebuah perjalanan yang paling berarti dan dapat menyadarkan setiap individu manusia adalah sebuah perjalanan spiritual untuk masuk ke dalam dirinya masing-masing. Perjalanan tersebut bisa membuka pikiran dan memberitahu apa yang sebenarnya setiap individu cari di dunia ini. Terkadang setiap umat manusia terlalu sibuk mencari apa yang mereka dambakan di luaran sana namun mereka tak kunjung mendapatkan apa yang sebenarnya mereka inginkan. Mereka seolah tidak memiliki jembatan penghubung spiritual dengan dirinya sendiri. Setiap harinya mereka terus dituntut untuk melangkah keluar dan tanpa sadar apa yang mereka lakukan secara perlahan akan membentuk sebuah karakter alter ego nya sendiri. Mereka seolah membentuk 2 karakter yang berbeda dan seperti tidak bisa mengenali apalagi memahami dirinya sendiri. Hal ini dapat mengantarkan setiap individu menuju pintu gerbang awal kehancurannya masing-masing.
Dryad sang pencipta band sangat memahami arti dari sebuah perjalanan spiritual dan tertarik untuk menceritakan sebuah perjalanan spiritual dengan menggunakan karakter fiksional buatannya sendiri yang diberi nama Tassi dan sekaligus juga digunakan sebagai nama bandnya ini. Tassi dapat menjadi saksi bahwa perjalanan spiritual dapat menuntun manusia untuk terus melangkah ke dalam perjalanan selanjutnya namun tetap selalu memikirkan ruang yang berada di dekatnya yaitu dirinya sendiri. Album Northland I & II merupakan double album yang menceritakan proses perjalanan panjang dari Tassi untuk menemukan hal yang dicintainya, yaitu Uni. Tassi harus melewati berbagai dimensi misterius, dan menyelesaikan berbagai proses dan problematika yang sulit. Tetapi pada akhir perjalanannya dia dapat memahami jalan kebijaksanaanya sendiri. Uni sendiri merupakan sebuah perwujudan dari keyakinan pribadi Tassi yang tidak dapat dihancurkan. Keduanya akan bertemu dalam perjalanan yang lebih jauh dan lebih baik.
Karena konsep album dari Northland lebih mengedepankan aspek-aspek emosional. Dryad mengkonsepsi album Northland I & II agar terdengar lebih atmosferik, dan disertai dengan lirik-lirik yang mengandung tema filosofis. Dryad membuat komposisi musik dengan memiliki tekstur yang dapat merepresentasikan nuansa, dan emosi yang coba dijabarkan pada setiap keseluruhan lagu di album ini. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya Northland I & II merupakan sebuah konsep double album yang terdiri dari 20 lagu. 10 lagu pertama mewakili perjalanan babak pertama dari Northland I. Kemudian 10 lagu berikutnya mewakili perjalanan babak kedua dari Northland II.
Dryad memilih untuk berada di jalur borderline antara post rock, dream pop, shoegaze, blacgaze, dan DSBM untuk membuat tekstur musiknya memiliki nyawa dan feel yang dapat dirasakan oleh setiap audiencenya secara surreal. Dryad sukses mencampur adukan berbagai elemen sound tersebut agar tetap seimbang dan mengalir dengan luwes tanpa harus memaksakan antara satu unsur dengan unsur lainnya bertabrakan dan saling tumpang tindih. Setiap lagu terkesan memiliki ekspresi dan dimensinya sendiri karena masing-masing lagu dapat memberikan nuansa yang berbeda seolah album Northland I & II dapat menggapai berbagai sisi dimensi emosi dan perasaan yang ada pada diri manusia. Perasaan-perasaan sedih, murung, dan nostalgia dapat diterjemahkan ke dalam melody-melody cleany gitar yang berfungsi sebagai mediator penghasil nada-nada melankolis. Elemen-elemen ambient synth, dan dentingan piano dengan tangga nada minor memberikan kesan atmosfir yang kelabu dan moody. Sementara perasaan-perasaan kemarahan, keputusasaan, dan kekecewaan terwakilkan dengan hadirnya porsi sound black metal yang membuat dinding grandnoise yang pekat dan luapan shrieking vokal yang terdengar marah namun juga memberikan kesan painfull disaat yang bersamaan. Potensi penggunaan clean vocal pada album ini sangat dimaksimalkan. Dryad dapat menghasilkan serangkaian nada-nada harmony vocal yang merdu nan melankolis, serta menghasilkan tekstur yang dreamy dan dramatis untuk cukup membuat bulu kuduk bergidik karena seolah dapat turut ikut merasakan sensasinya secara langsung.
Daya jelajah songwriting, serta kedalaman sound dialbum ini dapat dikatakan memiliki variable yang multi dimensional. Setiap individu lagu hampir tidak memiliki pola repetitif yang berulang dan seragam, keseluruhan lagu hampir seutuhnya dikonsepsi untuk memiliki karakter yang berbeda antara satu lagu dengan lagu lainnya. Sementara kedalaman sound di album ini tertata dengan rapih dan tidak sedikitpun Dryad mengalami kekurangan ide untuk menghasilkan komposisi sound yang dapat mengaduk-ngaduk emosional. Penggunaan berbagai timbre yang terdapat pada album ini seperti piano, synth, dan gitar berdiri pada lapisan layer yang berbeda dan terpisah namun ketiganya bersinergi untuk mnghasilkan materi yang ekspresif, dan dapat menciptakan feeling yang immersive.
Baca Juga : Parannoul : To See the Next Part of The Dream Review
Mungkin Dryad sengaja menempatkan term post-black metal, blackgaze, atau DSBM ke dalam musiknya hanya semata-mata untuk mencoba menggaet masa dari penggemar blackgaze dan DSBM yang sedang memiliki peminat yang membludak belakangan ini. Karena dari keseluruhan 20 track yang ada pada album ini, hanya 2 track yang benar-benar dapat dikatakan memiliki porsi sound black metal dengan komposisi prominent. Hanya track yang berjudul “Dalosahmum”, dan track yang berjudul “Entropy Vocatio” yang dapat dikategorikan sebagai track “black metal”. TracK “Dalosahmum” memiliki sense sound DSBM yang lebih mengena, sedangkan track “Entropy Vocatio” seperti mencoba untuk mereplikasi dari style sound scene USBM. Sisanya peran dari elemen turunan black metal di album ini hanya sebatas sebagai side dish dan bahkan pada beberapa track elemen black metal tidak turut ditampilkan.
Terkadang ketika mencoba album-album blackgaze, post-black dan semacamnya yang dirilis oleh band-band yang istilahnya belum memiliki nama besar hampir selalu diakhiri dengan kekecewaan terutama pada sisi kualitas produksi sound yang biasanya terlalu mentah, lofi, bahkan terdengar sloppy. Untungnya album Northland I & II sangat jauh berbeda dan tidak menghadirkan kesan-kesan tersebut. Album ini dapat dikatakan memiliki tingkat kualitas produksi sound yang sangat jernih, dimana setiap elemen dalam album ini terseparasi dengan baik, sehingga setiap elemen memiliki jalurnya masing-masing dalam menyalurkan tekstur-tekstur sound yang atmosferik dan ambient tanpa bertabrakan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Album ini juga cukup berhasil mereduksi tingkat kebisingan distorsi yang biasanya membuat tidak nyaman karena soundnya yang kelewat tajam dan pedas di pendengaran. Album Northland I & II masih dapat mempertahankan konsistensi solidnya produksi sound meskipun ketika sedang berada pada tensi tinggi dan mode agresif sekalipun.
20 track dengan durasi 2 jam mungkin terdengar seperti sebuah pekerjaan yang melelahkan untuk mendengarkan keseluruhan langsung dari album ini. Tetapi berkat dukungan songwriting, kualitas produksi, dan konsep album secara keseluruhan yang matang membuat album ini mengalir begitu saja dan tanpa sadar sudah memasuki track terakhir di album ini. Lewat elemen-elemen musik yang terkandung di dalamnya, album Northland I & II sukses menggambarkan secara personal mengenai perjalanan Tassi yang penuh dengan konflik emosional dan batin demi menemukan apa yang dicintainya.
Rating : 9.5/10
Baca Juga : Choria : A Dismal Repertoire Review