Raven Sad : The Leaf and The Wing Review

Sepanjang album, Raven Sad tidak kehilangan arah dan tujuan untuk terus berfokus dan konsisten dalam menghasilkan komposisi proggresive rock yang lembut, emosional, dan menggambarkan personal feeling subjek yang diangkat secara gamblang.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menjadi sebuah band pengusung genre prog rock apalagi di era sekarang. Era dimana fanbase prog rock sudah memiliki pengamatan yang lebih kritis dalam menilai sebuah karya. Para prog “snob” tentu selalu menaruh ekspetasi yang tinggi nan ambisius agar band idolanya tidak membuat sesuatu yang generik dan mengecewakan. Faktor ini yang terkadang membuat musisi prog rock kesulitan ketika mereka berada disuatu titik, dimana mereka sudah merasa mencapai high end point dari musikalitas mereka. Disatu sisi sang musisi merasa dia sudah melakukan segalanya, tetapi disisi lain para fans terus menuntut sesuatu yang lebih spektakuler lagi. Tidak jarang permasalahan seperti ini justru memberikan tekanan yang lebih besar dan bisa berujung dengan bubar atau vakumnya suatu band. Lika liku problematika seperti ini sudah pernah dirasakan oleh Samuel Santana sang founder dari band progressive asal Italia, Ravend Sad.
Kilas balik di tahun 2011 Samuel merasa bahwa dirinya sudah berada di suatu titik yang tidak memungkinkan lagi agar musikalitasnya bisa berkembang ke arah yang lebih jauh lagi. Samuel akhirnya memutuskan untuk membubarkan Raven Sad di tahun tersebut. Alih-alih memiliki mimpi untuk bisa menjadi penerus band-band seperti Marillion, Genesis, YES yang berdiri di garda terdepan dalam skena prog rock. Namun apa daya setiap individu personil dari Raven City harus menghadapi kenyataan pahit bahwa pada saat itu perjalanan bandnya harus berakhir dengan timeframe karir yang terbilang singkat. Beberapa tahun berselang “Samuel” seketika berubah pikiran dan memutuskan untuk kembali menghidupkan Raven Sad. Butuh setidaknya 6 tahun agar “Samuel” bisa menyulutkan obor semangatnya kembali untuk berhasrat menulis musik dan menghidupkan Raven Sad yang sudah lama dinyatakan mati suri. Kebangkitan kedua yang dialami Raven Sad menghasilkan album studio keempat mereka berjudul The Life and The Wing. Album tersebut sekaligus merupakan album studio pertama mereka setelah dalam kurun waktu 1 dekade.
The Life and The Wing bisa menjadi sebuah batu lompatan yang baru. Selain dirilis bertepatan dengan dimulainya dekade yang baru, The Life and The Wing memiliki output yang berbeda jika dibandingkan dengan album-album predecessor milik Raven Sad. Album dibuka dengan track instrumental berjudul “Legend#1” yang berdurasi kurang lebih 1 menit 48 detik. Sejak awal track “Legend#1” dikumandangkan, track tersebut langsung disambut dengan komposisi sound yang melodik dan dibungkus dengan chord-chord piano manis serta lead-lead gitar dengan nuansa terkesan moody. Raven Sad seolah memberikan pesan pembuka bahwa seluruh lagu di album ini akan memiliki nuansa yang emosional penuh mood diselimuti dengan perasaan melankolis dan kelabu. Pada track “The Sandess Of Raven” dan “Absolution Trial”, Raven Sad membuat peran piano dan guitar lebih banyak memiliki visi yang sejalan dan secara bergantian membuat layer-layer sound harmony melankolis agar terdengar lebih nuansa di kedua track ini terkesan lebih surreal. Track-track tersebut memiliki formula sound catchy, karena instrument section pada track tersebut tidak menunjukan adanya komposisi sound yang berkesan “prog nerdy”. Raven Sad berusaha menyingkirkan komposisi extended instrument section antara setiap personil dengan durasi yang berlebihan, atau perubahan time signature yang scera tiba-tiba. Sebagai gantinya Instrument section dari kedua track tersebut lebih mengalir dan lebih berhasrat untuk memancarkan komposisi sound yang terasa lebih personal dan emosional.
Baca Juga : Tricot : Repeat Review

Tentu Raven Sad juga memiliki track yang bisa dikategorikan ke dalam nerdy prog sounds. Track “City Lights And Dessert Dark” dibuka dengan rhythm yang lebih up-beat, funky bassline, dan diiringi dengan layer-layer sound keyboard. Komposisi tersebut sepintas menginggatkan dengan signature keyboard sound yang banyak digunakan oleh band-band Neo Prog era 80’an. Namun memasuki 1/3 dari bagian akhir lagu, nuansa seketika berubah menjadi terdengar lebih tenang dan moody. Raungan bluesy gitar milik “Samuel” seolah memecah kesunyian dengan nada-nada kesedihan dari gitarnya sendiri. Track “Colorbox” dibuka dengan ethereal jazzy piano yang kemudian beberapa menit berselang, vocal Gabriele kali ini memberikan pendekatan atmsofir yang lebih heavenly” Kemudian dipertengahan track, “Colorbox” bertransisi menjadi dengan tempo upbeat namun tetap mempertahankan fluidity dan mood yang sudah disusun sejak awal track, sehingga meskipun adanya perubahan tempo namun perubahannya terasa lebih cair. Track selanjutnya “Ride Of The Tempest” memiliki mood yang masih terasa kohesif jika dibandingkan dengan track lainnya namun memasuki beberapa menit akhir, Raven Sad memberikan plot twist dengan memasukanriff gitar dengan karakteristik sound groovy dan metallic. Kali ini Raven Sad mencoba untuk merancang lagu ini untuk mempertebal label rock yang disematkan pada mereka. Album ditutup dengan track instrumental berjudul “Legend#2”. Jika pada track pembuka “Legend#1” langsung diselimuti dengan atmosfir dan emosi yang kelabu. “Legend#2” tampak terdengar memiliki emosi yang menggebu gebu, dan glorius.
Seperti yang diungkapkan oleh Samuel, Album The Leaf and The Wing mengangkat kisah seorang yang bernama Will Weaker. Will yang sedang dilanda kesedihan dan depressi tanpa sengaja menonton sebuah acara TV yang sedang meliput seorang astronot mendarat di bulan pada. Melihat acara tersebut Will tergerak untuk mencari jati dirinya ke dalam jiwanya agar bisa menolong kehidupannya di masa depan. Sebenarnya sekilas tema lirik yang diangkat terdengar seperti sebuah perjalanan spiritual yang absurd dan missmatch. Namun ini menjadi alasan yang kuat mengapa di album ini, Raven Sad terkadang menyisipkan layer pysych rock yang sepertinya Raven Sad tidak bisa sepenuhnya meninggalkan elemen psych rock yang sudah mereka perkenalkan semenjak awal band ini terbentuk.
Lewat album The Leaf and The Wings, Raven Sad mengintegrasikan elemen-elemen classic symphonic prog rock, neo prog, dan psych rock dengan Solid. Perpaduan diantaranya tidak serta merta membuat komposisi music The Leaf and The Wings menjadi over saturation. Sepanjang album, Raven Sad tidak kehilangan arah dan tujuan untuk terus berfokus dan konsisten dalam menghasilkan komposisi proggresive rock yang lembut, emosional, dan menggambarkan personal feeling subjek yang diangkat secara gamblang. Waktu vakum dengan periode yang panjang, nampaknya dimanfaatkan betul oleh Samuel dan kolega untuk memikirkan konsep dari album ini secara matang. Seluruh aspek di album ini nampaknya diperhatikan secara mendetail bahkan hingga pemilihan setiap chord demi chord.
Rating : 8 / 10
Baca Juga : Foo Fighters : Medicine at Midnight Review