Abstract Void : Wishdream Review
Abstract Void mengajarkan pada kita bahwa tidak peduli seberapa besar badai salju yang harus dilalui. Setitik cahaya akan selalu bisa menuntun anda untuk dapat melintasi rintangan badai yang hebat sekalipun.
Alam semesta akan selalu menjadi tempat yang menarik untuk terus diperbicangkan. Sebuah fenomena yang selalu memberikan manfaat dan insight baru bagi kehidupan umat manusia. Memberikan paradigma berfikir pada manusia bahwa ini merupakan suatu unsur yang tidak akan pernah bisa dikendalikan sepenuhnya oleh manusia disamping kematian. Mungkin hubungan manusia dengan alam semesta selama ini terlihat hanya sebatas pengembangan sarana IPTEK. Tetapi kondisi spiritual, emosi, dan kebiasaan manusia justru memiliki hubungan dan kedekatan emosional yang lebih intim dengan jagat alam semesta ini. Napoleon Hill lewat bukunya berjudul “Master Key To Riches” menjelaskan hal serupa mengenai kebiasaan manusia yang ternyata memiliki keterkaitan dengan kekuatan kosmis. Sementara menurut kitab “Liber Azerate” tubuh manusia terdiri dari berbagai portal yang jika keseluruhan digabungkan akan membentuk sebuah kekuatan untuk melawan kekuatan kosmis yang berada dalam dirinya.
Akan menjadi sebuah kisah panjang dan membingungkan bila berbicara lebih jauh mengenai hal ini. Tetapi yang jelas semakin banyak orang menyadari akan hal ini, tidak terkecuali musisi black metal. Banyak band black metal yang berlomba untuk menulis lirik dan bercerita mengenai keterkaitan kondisi emosi manusia dengan alam semesta. Darkspace misalnya, yang memproyeksikan sifat negatif manusia sebagai sebuah ruang angkasa dengan kondisi gelap, mencekam, dan hampa. Kemudian Aureola yang mampu bercerita secara paralel mengenai kehidupan ruang angkasa dan sejarah di masa lampau. Sementara Abstract Void memiliki konsep yang lebih sederhana dalam menyatukan hubungan manusia dengan alam semesta.
Perpaduan elemen blackgaze, synthwave, dan musik elektronik 80’an merangkai konsep estetik musik yang cocok untuk mendampingi lirik-lirik bertemakan kesedihan, kesendirian, dan rasa hancur. Abstract Void sudah mengenalkan konsep ini sejak tahun 2017 ketika dirinya merilis album debut bertajuk “Into the Blue“. Diluar dugaan ternyata, Abstract Void mendapatkan respon cukup positif. Perpaduan musik yang nampaknya akan membuat mayoritas elitis black metal pemuja caveman riff geram mendengar ini. Tetapi Abstract Void berhasil memberikan sebuah pandangan baru mengenai musik black metal. Setelah absen kurang lebih 3 tahun pasca Abstract Void merilis “Back To Reality” pada 2018 lalu. Kemunculan album “Wishdream” di tahun ini tentu merupakan sebuah kabar gembira bagi para penikmat karya Abstract Void.
Baca Juga : Abbath : Outstrider Review
“Forward To The Past” membuka perjalanan dengan penuh nuansa gemerlap dan memancarkan neon vibes yang bersinar terang. Tetapi karena Abstract Void memadukan sound blackgaze dengan retrowave. Warna Neon yang berkilau bukan dihasilkan dari pancaran cahaya gedung-gedung pencakar langit. Namun direfleksikan dari pancaran cahaya aurora yang berkilau di antara sekat-sekat pegunugan es. Gemuruh blast-beat yang terus menghujam tidak sedikitpun menganggu sinarnya melody yang dihasilkan oleh departemen synth. Layer synth juga tidak hanya memberikan estetika nuansa musik retro. Tetapi suara synth juga mampu memberikan visual cahaya yang gemerlap. Pantulan cahaya aurora seolah memberikan petunjuk untuk terus berjalan tanpa mempedulikan dinginya nuansa dari pegunungan es.
Lagu kedua disambut dengan tembang berjudul “Storms”. Jika “Forward To The Past” lebih menitikberatkan pada penggambaran visual mengenai pencahyaan. “Storms” lebih menceritkan suasana icy dan cold yang tengah terjadi. Kali ini, sound synth disetup untuk menghasilkan melody panjang dengan aura yang sinematis dan mellowdramatic. Abstract Void juga tidak ragu menyisipkan extended instrument part agar perpaduan retrowave dan eurobeat bisa saling mengisi unsur emosional pada lagu ini. “Midnight Heart” merupakan track yang paling up-tempo dan groovy dari jajaran track yang ada di album ini.
Selain dibuka dengan looping drum eurobeat yang energetik. “Midnight Heart” menawarkan konsep yang sedikit berbeda dan belum mereka gunakan pada materi terdahulunya. Pada pertengahan lagu Abstract Void menyisipkan riff-riff breakdown metalcore yang groovy nan banger. Tetapi karena eksekusinya yang dibarengi dengan masuknya layer synth. Hasilnya malah terdengar seperti struktur riff band industrial sejenis Mechina, atau Fear Factory (Later). “Impermanence” memiliki nuansa yang paling lengkap dan dinamis. Pada moment-moment tertentu anda akan mendengarkan riff groovy nan heavy terus beradu kuat dengan elemen synth dan keduanya berusaha saling mengalahkan. Memberikan panorama yang chaos, ganas, dan berbahaya. Tetapi beberapa menit setelahnya anda juga akan disuguhkan nuansa yang lebih relaxing dan meditatif. Diiringi dengan tabuhan drum, fase ini seperti memberi isyarat bahwa anda telah berhasil melewati sebuah terjangan badai yang hebat.
“New Vision” lagu highlighted selanjutnya dan mungkin yang terakhir. Karena lagu sesudahnya “Release” hanya berupa sebuah track instrumental yang tidak terlalu banyak memberikan atensi lebih. Pada lagu “New Vision” akhirnya departemen gitar turut dilibatkan untuk merangkai melodi-melodi indah dengan nada-nada kelam. Seluruh section instrument mengeluarkan effort terbaiknya dan bisa menari-nari saling beriringan. Perpindahan section antara lagu begitu rapih seperti melakukan perjalanan antar dimensi secara dua arah. Anda bisa mendapatkan nuansa yang berbeda seketika, tetapi tetap mampu menangkap benang merah dari nuansa yang ditawarkan pada keseluruhan lagu.
“Wishdream” tidak diragukan lagi merupakan album outstanding lainnya yang berhasil dilepas “Abstract Void”. Jika harus dikatakan, “Wishdream” memiliki longtivity untuk diingat seperti album pendahulunya saya akan mengaminkan 100% pernyataan tersebut. Tetapi ada beberapa catatan menarik dan kesimpulan yang dapat diambil dari album “Wishdream” ini. Tidak diragukan lagi “Abstract Void” memiliki kemampuan untuk meramu blackgaze dan musik elektro 80’an dengan penuh kesan yang baik. Tetapi sepertinya terlalu naif jika keseluruhan musik ditempatkan pada layer teratas. Sehingga untuk mensiasati hal tersebut Abstract Void seperti biasa “mengorbankan” layer vokal agar lebih terkubur di antara layer synth dan gemuruh drum. Terdengar bagus bagi mereka yang lebih terfokus untuk menikmati nuansa dan instrument di album ini. Tetapi menjadi sebuah bencana bagi mereka yang mencoba untuk mendalami departemen vokal. Karena departemen vokal seolah tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Sementara Abstract Void nampaknya masih menemukan masalah serupa. Kembali lagi, sektor gitar masih digunakan hanya sebatas sebagai mediator penghasil dinding baja tebal yang berdistorsi. Elemen synth satu-satunya elemen yang digunakan sebagai “backbone” untuk menghasilkan melody dan harmony. Pada lagu “New Vision” mungkin departemen gitar sedikit dilibatkan untuk menciptakan rangkaian melodi. Tetapi momentnya belum cukup banyak, sehingga saya tidak bisa menemukan fungsi essential lainnya pada departemen gitar selain hanya membuat wall of noise.
Sejatinya saya tidak memiliki masalah dengan penggunaan drum machine. Namun mungkin ini saatnya Abstract Void mulai berpikir untuk mengintergrasikan drum hasil dentuman tangan manusia. Setidaknya ketika Abstract Void mulai menghamburkan gempuran blast-beatnya. Terror badai salju dan kekacauan yang tercipta akan jauh terdengar lebih surreal dan natural. Abstract Void mengajarkan pada kita bahwa tidak peduli seberapa besar badai salju yang harus dilalui. Setitik cahaya akan selalu bisa menuntun anda untuk dapat melintasi rintangan badai yang hebat sekalipun.
Rating : 8 / 10
Baca Juga : Choria : A Dismal Repertoire Review