Ossaert – Pelgrimsoord – Review
Ossaert memanfaatkan sisi dualisme dalam musiknya untuk membuat sekat-sekat pembeda dari tumpukan band black metal yang bertebaran diluaran sana.Ossaert seolah menjadi the choosen one untuk menyampaikan seluruh pandangan dan ideologinya dengan cara-cara yang bertentangan seutuhnya.
Menemukan harta terpendam di antara tumpukan album black metal yang berceceran dalam skena black metal bawah tanah menurut saya merupakan sebuah pekerjaan tricky. Seperti kita ketahui pada umumnya, black metal adalah salah satu kultur musik yang menjadikan nilai-nilai ketidakwajaran, kebisingan, dan keburukan sebagai selling point paling utama. Masalahnya banyak dijumpai band-band yang membuat kualitas musiknya seburuk mungkin bukan karena mereka sadar akan selling point utama dari black metal. Tetapi lebih condong kepada ketidakcakapan mereka menulis materi musik yang layak untuk didengarkan secara album penuh. Ditahun 90’an melakukan hal serupa mungkin akan bekerja dengan baik, tetapi seiring berjalannya waktu, dimana black metal juga sudah berkembang secara bentuk musik. Pendengar juga memiliki hak untuk menuntut sesuatu yang lebih agar mereka tidak hanya sekedar disajikan materi-materi grandnoise black metal tidak berbobot, tetapi juga ada sebuah kesan baik yang dapat ditinggalkan pada setiap kali karya-karya black metal baru tercipta.
Untungnya Ossaert dapat masuk ke dalam kategori band dengan prospek cerah berkat suguhan musik yang mereka buat. Secara teknis, Ossaert merupakan duo projek black metal asal Overijssel, Belanda dan terbentuk pada tahun 2019. Fakta dilapangan sang frontman yang dijuluki dengan P. memiliki andil 80% dalam konsep dan musikalitas secara keselurhan. P. merupakan vokalis, gitaris, bassist sekaligus tokoh utama yang menjadi tonggak dalam penulisan materi lagu-lagu Ossaert. Sementara rekannya, W. yang dipercaya memegang sektor drum hanya berstatus sebagai session musician dan lebih banyak bekerja di belakang layar, sehingga dapat dikatakan sejatinya Ossaert ini merupakan projek semi one-man.
Titik cerah dari musik Ossaert sudah terlihat ketika mereka melepaskan album perdananya berjudul Bedehuis di tahun 2020 lalu. Pada album tersebut, Ossaert mencoba melekatkan musik ala traditional black metal yang memiliki sense of grimness, ruthless dan raw dengan mengultilisasikan peran dari melodi, atmosfir yang diekstrasi dari harmoni gitar, suara choir, dan bahkan pengunaan clean vocal. Tentu ini bukanlah suatu hal baru dan menyegarkan dalam skena black metal, karena sudah banyak band yang melakukan hal serupa. Contohnya beberapa nama seperti Aorlhac,
Batushka, Uada, dan masih banyak lagi sejumlah nama yang sudah lebih dulu mendobrak musik black metal ke tingkatan berbeda. Tetapi saya menagpresiasi effort Ossaert untuk setidaknya terlihat berbeda dari ribuan band black metal diluaran sana, sehingga ada suatu hal unik yang dapat ditonjolkan dalam musik mereka.
Kabar baiknya, meskipun P. disibukkan oleh berbagai projek band lainnya diluar Ossaert, P. menyempatkan diri untuk melepas album full kedua Ossaert dengan judul Pelgrimsoord di tahun 2021. Hanya rilis berjarak beberapa belas bulan saja dari album debut, Pelgrimsoord menjadi pusat perhatian selanjutnya bagi para pendengarnya setelah cukup bosan memutar album Bedehuis secara berkala. Sama halnya dengan album Berduis, Album Pelgrimsoord diisi dengan 4 buah lagu yang jika dikalkulasikan durasi keseluruhan album mencapai 41 menit. 7 Menit lebih panjang daripada album awal, serta durasi setiap lagu lebih panjang membuat Ossaert di atas kertas mengisyaratkan akan ada sesuatu hal baru yang ingin coba mereka tawarkan pada album Pelgrimsoord ini.
Baca Juga : Helheim : WoduridaR Review
Lagu pembuka berjudul “De Geest en de Vervoering”, langsung menampilkan sedikit cuplikan elemen musik yang tidak dijumpai pada album pertama mereka. Sepotong intro choir diiringi dengan bunyi-bunyian organ katedral usang sudah lebih cukup untuk mulai membangkitkan hawa-hawa kegelapan di awal lagu. Keseluruhan isi lagu berjalan lebih dinamis dan bergerak lebih fluid jika dibandingkan dengan album pendahulu mereka. Penempatan 2 riff section berkarakter seragam sudah tidak lagi ditaruh secara berdampingan. Akibatnya sisi dualisme musikalitas Ossaert semakin menonjol terlihat ketika mereka juga membuat lebih banyak riff bergaya melodik dan bertempo sedang untuk dijadikan sebagai jembatan penghubung antar riff section yang terdengar eksplosif. Sisi baiknya bagian musik dengan daya eksplosif selalu ampuh untuk dijadikan punchline yang cukup membuat bulu kuduk bediri sejenak.
Hampir keseluruhan lagu di album ini dibangun di atas tempo mid-paced standar dengan tidak banyak menghamburkan energi-energi kemarahan bertensi tinggi. Bahkan ketika sektor instrumen menyelipkan sedikit bagian serpihan musik punk maupun d-beat, tidak mengartikan hal itu membuat tempo musik menjadi kehilangan fokusnya. Ambil contoh pada pertengahan lagu “De Val en De Beroering” ketika ketukan drum bernuansa punk ternyata cocok dileburkan bersamaan dengan tremolo riff membentuk gelombang-gelombang emosi campur aduk antara kesedihan dan kemarahan. Semetara pada lagu “De Dag en de Verschijning” Ossaert mengintegrasikan elemen punk dengan sedikit berbeda dari sebelumnya. Kali ini betotan bass powerfull menjadi tandem dari hantaman drum single pedal untuk membuka lagu ini, sebelum lagu kembali disambut dengan tremolo riff memadati backdrop dari lagu ini. Seluruh rangkaian album berjalan dengan banyak tikungan dan album ini bukan sekedar album ber tagline raw, kvlt black metal biasa.
Elemen drum dan bass juga sangat dapat diandalkan untuk memberi gelombang improvisasi dan warna musik pada keseluruhan album, tugasnya tidak lagi hanya sekedar mengiringi tempo dan penjaga ritmis belaka. Selain sudah disebutkan tadi bahwa sektor drum dapat menggali sedikit potensi elemen musik punk, ketukan drum di album ini juga memiliki senjata lainnya. Mulai dari ketukan traditional heavy metal ala King Diamond, kombinasi atraksi antara double pedal, dengan hi-hat cymbal seperti Mgła, hingga dapat mengeluarkan tembakan-tembakan blast-beat yang meletup kencang semuanya coba diapplikasikan pada album ini. Sementara tone bass masih terdengar hidup bahkan ditelinga awam sekalipun yang biasanya kesulitan mencari suara bass. Bassline dapat dimanfaatkan sebagai melodi cadangan ditengah himpitan raungan gitar dan dentuman drum.
Jika didengarkan lebih dekat, perbedaan karakter suara gitar terdengar lebih mencolok. Pada album ini distorsi sengaja dibuat lebih muddy, dan tidak terlalu mengeluarkan suara tajam. Sehingga ketika riff gitar dimainkan secara tremolo akan mengeluarkan kesan suara lebih berkabut dan atmosferik. Tidak heran jika album ini menampilkan sisi atmosfir, dan melodi lebih tajam dan posisinya semakin sentral bahkan sama pentingnya dengan sisi agresif dari musik mereka. Lagu “De Nacht en de Verdwijning” dapat dijadikan contoh bagus untuk mengulik sisi melodi dari album ini. Perubahan emosi yang dihasilkan dari pergantian chord-chord progession dihampir sepanjang lagu menampilkan dimensi emosional paling kompleks diantara jajaran lagu di album ini. Ossaert juga tidak segan untuk memberikan suntikan-suntikan melodi gitar dengan tendensi nuansa lebih depresif dan doomy.
Secara instrumensasi harus dikatakan cukup banyak band yang menerapkan metode serupa bahkan dengan hasil output jauh lebih memuaskan. Tetapi untuk mengeskploitasi sektor vokal agar tidak terdengar one dimensional saya rasa Ossaert dapat ditaruh pada posisi di jajaran atas dalam segi hasil eksekusi, apalagi jika berbicara mengenai konteks musik black metal underground. Tentu banyak vokalis berusaha untuk memainkan berbagai variabel emosi lewat vokalnya dengna mencoba berbagai cara. Sayangnya mayoritas hanya terpaku dan memiliki mindset menjebak seolah semuanya harus diimplementasikan dalam bentuk teknik shrieking vokal. Sementara Ossaert tidak segan untuk memasukkan lantunan-lantunan clean vocal tanpa merasa terintimidasi sekalipun.
Pada pertengahan lagu “De Val en De Beroering”, .V meperagakan teknik clean vokal bergaya band pengusung US epic heavy metal sepertiCirith Ungol, Manilla Road. Kehadiran clean vokal juga sama sekali tidak membuat jalurnya keseluruhan lagu terdengar klise. Sementara lagu ” De Dag en de Verschijning” menjadi momen paling penting yang merangkum seluruh aksi terbaik dari clean vokal di album ini. Menyatukan clean vokal bergaya IIhsahn semasa dirinya menukangi Emperor dengan clean vokal pitch tinggi seperti yang dilakukanTravis Ryan bersama Cattle Decapitation pada lagu yang sama, sudah menjadi bukti kuat, bahwa .V menulis seluruh materi di album ini tidak secara asal-asalan. .V memperhatikan seluruh hal yang paling terkecil sekalipun untuk bisa masuk ke dalam album ini. Dia seolah tidak ingin mengintergrasikan clean vokal secara sembarang hanya demi dicap sebagai band black metal revolusioner. .V memastikan agar semua unsur yang terkandung dalam album ini berjalan sesuai dengan ekspetasi dirinya.
Secara garis besar saya tidak banyak menemukan masalah-masalah besar untuk membuat album ini dikatakan flop. Untuk seukuran band black metal pendatang semuanya terasa cukup matang apalagi mengingat Ossaert baru menginjak album studio ke-2. Kualitas produksi suara mumpuni, songwriting terdengar dinamis dan menyimpan banyak energi excitment.
Tentu celah-celah minor masih dapat ditemukan disini dan celah minor tersebut juga 50% datang dari masalah subjektifitas pribadi. Saya pribadi yang gemar mendengarkan musik black metal beritensi tinggi, terkadang merasa tidak sabaran ketika harus menunggu 2-3 riff section sebelum moment of truth itu datang untuk memekakan telinga. Beberapa bagian riff juga sebenarnya dapat dipangkas agar tidak terlalu banyak mengulang bagian-bagian serupa.Kelemahan lainnya adalah ketika Ossaert sibuk menggali sisi melodisme dan atmosfirnya, sampai-sampai Ossaert terkadang kelupaan untuk memblow-up sisi agresitifitas. Akibatnya tidak terlalu banyak ditemukan moment menggairahkan ketika Ossaert sedang berada dalam posisi dark sides nya. Karakte riff nya tidak sekuat ketika Ossaert memainkan riff-riff melodik, bahkan performanya tertutup oleh peran vokal dan drum.
Ossaert memanfaatkan sisi dualisme dalam musiknya untuk membuat sekat-sekat pembeda dari tumpukan band black metal yang bertebaran diluaran sana.Ossaert seolah menjadi the choosen one untuk menyampaikan seluruh pandangan dan ideologinya dengan cara-cara yang bertentangan seutuhnya.
Rating : 8.5 / 10
Baca Juga : Album Black Metal Tahun 2022 Yang Wajib Ditunggu