2021Black MetalMetalReviews

Helheim – WoduridaR – Review

Helheim-WoduridaR-INAMostwanted

Selama 30 tahun perjalanan Helheim, mereka masih memandang bahwa evolusi dalam musikalitas merupakan hal paling essential. Dengan dilepasnya Woduridar, menjadi penanda bahwa Helheim tengah memasuki perjalaanan ke level berikutnya dan siap mencatatkan sejarah baru.

Ketika saya melihat sampul album terbaru milik Helheim berjudul Woduridar. Saya berpikir bahwa keberadaan Helheim dalam skena norway black metal tepat sesuai dengan yang digambarkan dalam sampul album tersebut, yakni sebagai band “kuda hitam”. Ini hanya asumsi pribadi berdasarkan fakta dilapangan, karena saya merasa nama Helheim tidak memiliki kredit sebanyak rekan-rekan seperjuangannya seperti Enslaved, Immortal, maupun band inner circle norway lainnya. Padahal jika ditelusuri lebih dalam lagi, Helheim sudah merilis demo pertamannya di tahun 1993 dan mereka dapat dikatakan sebagai salah satu pionir yang bertanggung jawab dalam melahirkan sub-genre pagan black metal.

Banyak faktor yang membuat nama Helheim tidak berada dalam tingkatan sama dengan para penggegas early act norwegian black metal lainnya. Pertama Helheim lebih sering menjalin hubungan kerja sama dengan labe-label underrated. Bahkan jika dilihat dalam perspektif era sekarang, beberapa label yang pernah bekerja sama dengan Helheim sudah bubar dan tidak diketahui lagi keberadaanya. Faktor kedua adalah ketidakmampuan Helheim untuk memberikan dampak dan pengaruh signifikan secara musikalitas terhadap skena black metal secara global. Saya tidak berkata bahwa 2 album awal mereka yakni Jormundgand, dan Av norrøn ætt itu jelek. Dua album tersebut terbilang solid dan bahkan dapat dikatakan outstanding. Terutama album Jormundgand yang secara kolektif berhasil mencampur adukan sisi penuh amarah dari black metal dengan sense melodik dan atmosferik dengan atraktif, hingga berakhir dengan terciptanya sebuah hymne peperangan epik dan membara.

Sayangnya kehadiran album debut Helheim tersebut tidak cukup menginspirasi massa black metal untuk menjadikan album tersebut sebagai trendsetter. Mereka kerap memilih In The Nightside Eclipse milik Emperor, dan beberapa materi awal milik Gehenna sebagai petunjuk utama, karena dinilai lebih orisinil. Ya mungkin kehadiran album debut milik Helheim ini sedikit terlambat. Seandainya jika Jordmungard dirilis pada tahun 1993 kasusnya mungkin akan berbeda. Ditahun tersebut belum banyak ditemukan musik black metal yang memperlakukan instrumen piano dan synth sejajar dengan instrumen konvensional lainnya.

Tetapi sisi positifnya, ada hal lain yang dapat ditonjolkan Helheim dari hanya sekedar nama dan pengaruh. Selama 30 tahun mereka berkarir, Helheim cukup produktif terlebih lagi ketika mereka melalui dekade 2010’an dengan melepas 4 album studio dan 1 buah EP. Disamping menjadi band produktif, jejak rekam diskografia Helheim secara subliminal menggambarkan fase dan siklus keadaan emosional manusia secara utuh. Era album Jormundgand, dan Av norrøn seperti menggambarkan emosi manusia ketika menginjak usia muda. Fase pencarian jati diri diselubungi dengan amarah, ego, dan semangat berapi-api menjadi hal yang paling ditonjolkan dari kedua album tersebut.

Kemudian memasuki dekade 2000’an, dimana era album Blod & ild hingga Kaoskult mulai menggambarkan kondisi manusia beranjak dewasa. Kehidupan dilalui dengan lebih penuh pertimbangan dan mulai memikirkan sesuatu diluar hasrat dan ego. Terakhir Helheim menemukan fase menuanya ketika mereka melepas album EP , Åsgards fall di tahun 2010. Termasuk EP tersebut, ke-4 album studio Helheim setelahnya menampilkan komposisi musik jauh lebih wise, efektif, dan dewasa dari jajaran diskografia mereka. Sementara saya mencoba menempatkan album WoduridaR ke dalam fase menua mereka namun dibekali dengan ingatan dan memori masa-masa muda dan dewasa Helheim.

Baca Juga : Album Black Metal Tahun 2022 Yang Wajib Ditunggu

Terlihat pada 4 album sebelumnya, Helheim menarik sisi keganasan dan agresitifitas musik black metal dari agenda utama mereka. Menurunkan kadar unsur tersebut, Helheim lebih menekankan pada sisi atmosfir, melodi, dan eksperimentasi dengan direksi utama pada sensibiltas elemen progresif. Ke-4 album tersebut menjadi ajang ujicoba mereka untuk melakukan eksplorasi pada sektor atmosfir dan melodi ke tingkat paling maksimum. Akhirnya setelah menemukan formula yang dirasa cocok, Helheim kembali menginjeksikan elemen feriocity dari musik black metal ke dalam album Woduridar.

Bahkan kita tidak perlu menunggu lama untuk mendengar kembalinya gemuruh icy tremolo riff dengan gempuran blast beat saling beradu dalam rangkaian musik Helheim. Setelah sempat absen mengisi album “Rignir”, blast beat dan tremolo picking langsung digunakan pada lagu pembuka, “Vilje av Stal” untuk langsung memberikan performa beringas dengan daya hantam powerfull. Kembalinya elemen raspy dan grimness semakin menambah variabel emosi yang coba diutarakan pada album Woduridar. Rasa amarah dan emosi dapat diultilisasi ke tingkat yang setara dengan aura melankolis dan epik, dimana kedua unsur tersebut turut memadati album ini.

Helheim terlihat ingin menyerdehanakan sektor riff agar dapat lebih diterima sebagai penghasil moment banger dan memorability di garda terdepan dalam layer musik mereka. Tetapi hal tersebut mungkin tidak terwujud sepenuhnya dikarenkan sektor riff dan porsi clean vokal harus secara adil membagi momen memorable nya masing-masing. Sementara pengertian dari simplikasi riff di sini tidak merujuk pada tekstur dan pola riff berbentuk one-dimensional. Istilah tersebut lebih merujuk kepada keefektifan dalam menggunakan pola riff, dimana pada setiap lagu tidak mengandalkan terlalu banyak riff section dan banyak repitisi, tetapi dapat menerjemahkan aura kegelapan ke dalam rangkaian setiap riff section dengan lebih ringkas.

Ambil contoh riff pembuka pada lagu berjudul “Litil vis maðr”. Sebuah bagian tremolo riff dengan template standar bernuansa band-band scandinavian black metal yang tidak begitu spesial. Namun berkat interval penempatan riff dengan hanya berada di awal dan akhir lagu sukses menjadikan riff tersebut bersinar sekaligus sebagai gerbang pembuka dan penutup untuk menelusuri lorong kegelapan yang hanya diselimuti salju dan pepohonan mengerikan. Berbicara mengenai departemen gitar pada album ini, saya rasa departemen gitar menjadi elemen paling sentral. Tidak hanya memboyong kembali unsur tremolo riff ke dalam meja permainan. Berbagai teknik, dan tekstur riff serta melody juga turut diperagakan di sini.

Kembali pada lagu pembuka “Vilje av stål”, Helheim membawa riff dengan karakteristik lebih dissonant dan melodik. Detil suara gitar pada lagu ini juga spektakuler. Terkadang elemen gitar seolah dialihfungsikan menjadi alat instrumen synth dengan memberikan nada-nada appregio melodius yang dimainkan secara sayup di belakang layer drum dan vokal. Sementara lead dan solo gitar yang dipertunjukkan menjelang akhir lagu semakin membuat aura epicness dan kolosal dilagu ini meningkat. Sementara pada lagu “Åndsfilosofen”, Helheim memperkenalkan permainan dan tekstur riff berbau post rock yang ditempelkan pada pertengahan lagu. Meski momen kemunculannya singkat tetapi hal tersebut cukup memberikan sedikit plot twist.

Pemanfaatan departemen gitar yang begitu dimaksimalkan baik sebagai penghasil emosi kemarahan maupun sebagai mediator penyedia komposisi musik lebih atmosferik membuat Helheim seolah mengesampingkan peran instrumen orkestral lainnya seperti piano, synth, dan horn. Tetapi sebenarnya kehadiran alat musik orkestral tersebut masih berperan penting. Lagu “Ni S Solu Sot” merupakan salah satu lagu yang mengembalikan kejayaan elemen musik orkestra ke dalam struktur musik Helheim. Potongan instrumen musik horn bak mencerminkan suara sasangkala yang secara langsung ditiupkan oleh para perwira penghuni asgard. Memberikan aura menggelegar dan megah dibalik dinding distorsi tebal yang dihasilkan oleh sinergi dari sektor gitar dan drum.

Keluhan saya terhadap clean vokal Helheim di bebreapa album sebelumnya yang sepintas sangat mengingatkan saya akan sosok Niklas Kvarforth (Shining) akhirnya teratasi di album ini. Style produksi reverb clean vokal dialbum ini lebih terdengar menyatu dengan aura folkyness dan nature yang menjadi tema utama keseluruhan album ini. Beberapa vocaline mampu memberikan nilai plus pada album ini. Lagu seperti “Forrang for Fiende” dan “Wonduriar” sangat cocok untuk dijadikan highlighted song jika ingin menggali departemen clean vokal pada album ini. Secara sempurna kedua lagu tersebut menjadikkan clean vocal tidak hanya sebagai sumber penghasil hook-hook catchy dan earworm, tetapi juga dapat dijadikan tumpuan untuk mendesain lagu anthemic. Sementara kelemahan suara drum pada album sebelumnya juga kembali berhasil dapat teratasi dengan baik disini. Gemuruh drum kembali terdengar perkasa dan berisi.

Cita rasa nuansa old school black metal kembali bergerilya dialbum ini, tetapi Helheim belum bisa berpaling seutuhnya dari unsur progresif. Perubahan mood, tempo, dan ritme yang mendadak pada setiap lagu masih sering dijumpai disepanjang album ini. Jika dibedah per lagu hal tersebut tidak menjadi sebuah masalah, karena elemen tersebut menyimpan potensi agar setiap lagu memiliki perjalanannya masing-masing. Tetapi jika ditarik dari keseluruhan lagu saya justru menemukan keseragaman muncul ketika Helheim mengimplementasikan teknik ini. Perubahan mood dinamika loud-quiet diimplementasikan secara serupa pada hampir keseluruhan lagu. Bagi saya ini masih terdengar predictable apalagi setiap kali lagu diputar ulang, unsur kejutan yang mereka coba hadirkan menurun dengan drastis.

“Tankesmad” menurut saya menjadi titik lemah paling ketara di antara jajaran lagu pada album ini. “Tankesmad” mencoba meleburkan sisi progy Helheim ke ranah musik lebih abrasif dari Helheim, namun upayanya harus saya katakan tidak membuahkan hasil maksimal. Saya merasa kedua elemen tersebut masih belum menyatu secara kolektif, dan lagu justru diakhiri dengan anti klimaks, saya juga merasa lagu ini menampilkan effort paling minim dalam sektor clean vokal. Sementara album ditutup dengan lagu berjudul “Det Kommer I Bloger” yang sekaligus menjadi lagu paling panjang dengan durasi menyentuh 12 menit.

Lagu ini membawa penulisan lagu berbeda jika dibandingkan dengan lagu-lagu sebelumnya bahkan beberapa album Helheim ke belakang. Pada lagu ini, Helheim seolah ingin menciptakan anthem “One Rode To Asa Bay (lagu milik Bathory)” nya sendiri. Mengambil kerangka musik prog rock lawas dengan menurunkan tempo menjadi lebih mengalun-alun, Helheim memformulasikan lagu balada viking yang penuh dengan perjalanan dan tragedi. Dimulai dengan cleany distortion gitar yang mengalun selama kurang lebih 1 menit, secara perlahan lagu ini mengambil spot perhatiannya dengan menampilkan tremolo riff bertempo sedang diiringi rangkaian melody yang menusuk batin secara efektif. Meskipun bernuansa balada, dengan porsi clean vocal digunakan seluruh lagu, tetapi lagu ini masih mampu mempertebal estetika dari sound black metal secara instrumensasi.

Secara teknis sebetulnya album berakhir pada lagu “Det Komme I Bloger”, tetapi Helheim measukkan lagu cover Richard Marx berjudul “Hazard” sebagai bonus. Sebuah lagu cover yang sama sekali tidak terdengar buruk atau maksa apalagi kapabilitas sektor vokal mampu menyanyikan clean vocal dengan kualitas bagus di lagu ini ditambah lead-lead gitar yang tidak kalah ciamiknya.

Saya rasa Woduridar menjadi awal baru bagi perjalanan musik Helheim kedepannya. Woduridar menjadi album pertama Helheim yang mencoba merangkul semua elemen musik yang sudah mereka aplikasikan pada album-album sebelumnya dan kemudian disuntikan dengan sedikit ide dan improvisasi baru. Tentu seluruh elemen masih belum bersinergi secara sempurna, masih terdapat celah-celah minor yang dapat mereka tingkatkan kembali pada album-album selanjutnya. Tetapi melihat semua sistem yang dibangun dan berjalan dengan success rate mencapai angka 70% saya rasa ini merupakan effort luar biasa.

Selama 30 tahun perjalanan Helheim, mereka masih memandang bahwa evolusi dalam musikalitas merupakan hal paling essential. Dengan dilepasnya Woduridar, menjadi penanda bahwa Helheim tengah memasuki perjalaanan ke level berikutnya dan siap mencatatkan sejarah baru.

Baca Juga : Aorlhac : Pierres Brûlées Review

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link