2021Black MetalMetalReviews

Aorlhac : Pierres Brûlées Review

Aorlhac : Pierres Brûlées Cover

Aorlhac menyampaikan maksud dari album ini dengan tepat sasaran. Mampu menarasikan dan menafsirkan musiknya secara emosional, ekspresif dan direct. Meski itu artinya mereka harus mengorbankan sedikit proses kreatifnya.

Medieval black metal, bagi sebagian penggemar black metal mungkin tidak diakui sebagai sebuah sub genre black metal yang resmi. Bahkan lebih spesifik lagi, mereka malah tidak tahu adanya keberadaan dari sub genre black metal satu ini. Medieval black metal memiliki pengakuan abu-abu yang setara dengan sederet sub genre metal aneh yang pernah dimuat dalam situs Louder. Untungnya medieval black metal memiliki segementasi musik dan konsep lirik yang lebih terarah. Black metal yang diperkaya dengan tema lirik sekitaran cerita folkor dari kebudayaan abad pertengahan. Struktur melodi maupun riff gitar juga acap kali “mengambil” sistem harmoni dari musik periode medieval dan renaissance. Elemen yang tidak direpresentasikan secara utuh, tetapi digunakan hanya untuk memberi gambaran soundcape abad pertengahan.

Sangat mudah untuk mengidentifikasi jenis musik ini bila sudah memahami konsepnya. Tetapi perihal siapa pencetus pertama kali, tidak ada sejarah yang mencatat hal tersebut. Scene medieval black metal di Perancis paling sering vital menyulut pergerakan ini. Segerombolan band seperti Darkenhöld, Sühnopfer, Artefact, dan Aorlhac menjadi pillar yang menjaga nyala obor scene ini agar tetap menyala. Penghormatan terhadap mereka mungkin tidak sebesar para band black metal penganut lirikal simbolis dan spritual. Tetapi effort yang dikeluarkan selalu membuat orang penasaran yang akhirnya terjerembab masuk ke dalam fragment black metal ini.

Aorlhac baru berdiri 2007, tetapi band ini sudah memiliki jajaran diskografi yang bisa dikatakan solid hingga saat ini. 2 album terakhir yang mereka rilis “La cité des vents” dan “L’esprit des vents” mendapat respon positif. Keduanya belum termasuk ke dalam album timeless black metal. Tetapi untuk dinominasikan ke dalam katergori best black metal album of the year. Keduanya lebih dari sanggup untuk memenuhi kriteria tersebut. Ketika mereka mengumumkan hendak merlis album Pierres brûlées ini menjadi sebuah tantangan baru bagi mereka. Pierres brûlées merupakan album studio ke-4 dan Aorlhac tidak perlu meyakinkan para pendengarnya akan kualitas musiknya. Tetapi disatu sisi ada tanggung jawab besar yang harus diemban. Aorlhac harus mampu menjaga konsistensi dari kedua album dengan konsep brilliant yang sudah mereka lepas sebelumnya. Pada titik ini Pierres brûlées juga memberikan pressure yang cukup serius bagi Aorlhac.

Baca Juga : Groza : The Redemptive End Review

Aorlhac : Photoshoot #1

“Pierres Brûlées” merupakan album yang paling memiliki emosi dan amarah meledak-ledak diantara jajaran album Aorlhac lainnya. Album ini lebih sering menghambur-hamburkan tempo yang lebih eksplosif dengan jangka waktu ketahanannya yang lama. “La Colere du Voican” membuka track dengan epik dan membara. Terlihat seperti sebuah permulaan yang bagus karena baru menginjak track pertama, album ini sudah disuguhi highlighted track. Lagu berdurasi 5 menit ini berhasil memadukan sisi kreatifitas melodi yang Aorlhac miliki sebelumnya, dengan endapan emosional anger yang baru mereka temukan. Sisi melodis, emosi tempramental, dan vocal Spellbound yang liar dan multi-layered sungguh membuat komposisi lagu ini padat berisi. Departemen gitar memiliki banyak ide untuk menyisipkan beragam section melody, dan mereka tidak perlu mengulang head melody secara terus menerus.

Berbicara vokal Spellbound tugasnya di album ini tidak hanya meluapkan emosinya dengan shrieking vokalnya. Spellbound juga mampu mengorkestrasi nuansa yang lebih epic dan cinematic dengan corak vokal yang lain. “Nos Ames Aux morees idees” menampilkan skill ekstension vokal Spellbound yang ciamik. Vokal Spellbound mengomandoi arah mood dan suasana dari lagu tersebut. Disamping itu lagu ini memiliki komposisi yang lebih organized. Sektor drum lebih terkontrol “emosinya” dan banyak memasukan filling part berbeda. Departemen bass juga bisa lebih menonjol untuk menempatkan bassline-bassline yang adiktif dan energetic. “Averses sur Peyre-Ayre” merupakan track instrumental interlude berdurasi 2 menit yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan sejenak. Aorlhac pernah membuat format track serupa pada L’esprit des vents. Tetapi kali ini Aorlhac menampilkan improvement yang membaik. Memiliki transisi smooth, dengan melody yang bervariasi dan multi-layered. Tidak ada outro fade out omong kosong lagi, sehingga track ini sukses mentrasfer emosinya hingga pada detik akhir lagu.

Save the best for last mungkin filosofi itu yang dianut pada album ini. Aorlhac menempatkan 2 track terakhir dengan komposisi brilliant. “La Gurre De Escolps” dibangun dengan struktur melody yang lebih dissonant dan tidak lazim dari Aorlhac biasanya. Lagu ini juga dilengkapi dengan twist formula sound yang cukup menyentuh ranah punk. Dualisme antara sisi melodis dan kemarahan di lagu ini seperti siklus pasang surut dari ombak. Track terakhir “Pierres Brulees” memiliki pendekatan lagu bergaya album Aorlhac sebelumnya. Porsi melodi gitar yang lebih didepan, dan juga diselipi dengan lead solo gitar yang singkat namun epik.

Banyaknya compliment pada album ini juga berbanding lurus dengan kelemahan dari isi album ini. “Au Travers de nos cris” track berdurasi 8 menit yang membosankan. Saya tidak ada masalah dengan track berdurasi panjang asalkan eksekusinya yang efektif. Tetapi track ini seharusnya bisa dipotong menjadi track berdurasi 4 menit saja. Terlalu banyak membuang-buang waktu untuk berkutat pada porsi sound yang repetitif namun unspiring. Butuh menyentuh setengah lebih durasi track untuk mendapatkan maksud yang diinginkan oleh lagu ini. Terlalu lama untuk mendapatkan esensi dari sebuah track juga bisa menyebabkan orang malas untuk mendengarkanya secara utuh.

Kualitas sound prduksi sama sekali tidak ada kendala secara kualitas. Tetapi sektor drum dan vokal yang ditempatkan pada posisi yang lebih upfront terkadang menggangu kestabilan album ini. Ketika sektor drum maupun vokal sudah mulai meluapkan emosinya dengan nyaring. Elemen gitar dan bass menjadi tertutup. Anda harus lebih teliti, dan terfokus untuk bisa mendengar porsi gitar, dan bass secara clear. Mungkin Aorlhac ingin mengedepankan ekspresi kemarahanya yang lebih membara. Tetapi efeknya juga ternyata bisa menggangu kestabilan perfomance dari album ini.

“Pierres brûlées” bukan sebuah album yang buruk, tetapi tidak terlalu banyak energi excitement yang terkandung di sini. Disepanjang album tidak banyak momen yang mengandung part-part memorable, beberapa lagu juga memiliki perfomance yang flat. Sehingga saya sebagai orang yang sudah lama memperhatikan Aorlhac. Ketika diberi pilihan untuk memutar album ini full dan berulang. Mungkin saya hanya ingin memutar track yang dianggap bagus dan melupakan sisanya. Kendati demikian, Aorlhac menyampaikan maksud dari album ini dengan tepat sasaran. Mampu menarasikan dan menafsirkan musiknya secara emosional, ekspresif dan direct. Meski itu artinya mereka harus mengorbankan sedikit proses kreatifnya.

Rating : 6.5 / 10

Baca Juga : Choria : A Dismal Repertoire Review

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link