2021MetalPower MetalReviews

Iron Attack! : No Loser, No Winner Review

Iron Attack! beraspirasi dalam setiap detik musiknya untuk menciptakan soundtrack petualangan epik dalam dunia 2 dimensi yang dipenuhi dengan berbagai rintangan di dalamnya.

Ketika saya sedang mensortir playlist lama saya, saya tidak sengaja menemukan band bernama Iron Attack!. Tidak ingat pasti kenapa beberapa lagunya bisa mampir ke dalam playlist pribadi lama saya, tetapi yang saya ingat Iron Attack! ini termasuk sebagai salah satu band power metal asal Jepang. Singkat cerita saya sedikit melakukan riset mengenai biografi band ini di metal archives dan hasilnya sangat mengejutkan. Band yang baru aktif didirikan tahun 2006 oleh Iron-Chino dan Yuuma ini sudah merilis 70 lebih album studio. Disaat band lain membutuhkan waktu lama untuk merilis sebuah album, Iron Attack! bahkan sanggup merilis 5-8 album setiap tahunnya. Saya penasaran dengan proses kreatif mereka, namun apa daya saya tak kunjung menemukan jawabannya, karena interviewer lebih sibuk menggorek hal trivial dan sejarah mengenai band ini. Singkatnya jika Dragonforce dijuluki sebagai “extreme power metal” dalam konteks musik. Saya akan menobatkan hal serupa kepada Iron Attack! dari segi produktifitas.

Selain kuantitas, mereka juga turut memperhatikan setiap albumnya dari segi kualitas. Jejak diskografia Iron Attack! sekarang sudah berbeda kualitasnya ketika hari pertama band ini terbentuk. Awalnya band ini didirikan sebagai one man band instrumental power metal yang memparodikan cover album band-band metal eropa seperti Judas Priest, Manowar, dan Children of Bodom. Tetapi seiring berjalannya waktu, konsep Iron Attack! berubah dan mulai lebih fokus pada penggarapan musik bertemakan doujin dan touhou. Kemudian semenjak album Crying Destiny, Iron Attack! mulai melibatkan departemen vokal dan tidak main-main mereka berhasil menggaet Yama-B untuk menjadi kontributor vokal dalam beberapa album Iron Attack!.

Tetapi masa pandemi nampaknya cukup mempengaruhi produktifitas dari Iron Attack!. Tahun 2020 kemarin, Iron Attack! hanya melepaskan 3 buah album full-length, sedangkan sejak tulisan ini dibuat, Iron Attack! sejauh ini baru melepaskan 2 album studio di tahun 2021. Masih terlihat banyak jika dilihat dari perspektif band pada umumnya, tetapi hal ini justru menjadi tidak lumrah bagi Iron Attack!. No Loser, No Winner merupakan album pertama yang dirilis Iron Attack! pada tahun ini. Seperti biasanya, tidak ada promosi dari pihak Iron Attackl! maupun masing-masing personil, album ini secara mengejutkan dilepas ke publik pada 16 maret lalu.

Baca Juga : Tricot : Repeat Review

Iron-Attack-Photograph
photo by : https://www.jame-world.com/es/news/151781-iron-attack-lanzo-un-nuevo-album.html

Kesan yang saya tangkap dari No Loser, No Winner, banyak kepingan puzzle elemen musik asli Iron Attack! hilang di album ini. No Loser, No Winner sejatinya masih berada dalam koridor musik power metal, tetapi dengan pendekatan eksekusi, dan output berbeda dari jajaran album-album lawas mereka. Jika pada album-album seperti Far East Judgment, Savage Flames, dan Sparking!, iron Attack! masih mengadopsi riff-riff speedy heavy metal inspirasi dari Blind Guardian, Iced Earth, Gamma Ray, dan Judas Priest. No Loser, No Winner akan lebih cocok disandingkan dengan band-band melodic power metal semacam Freedom Call, Derdian, dan Stratovarius. Sudah tidak ditemukan lagi gemuruh distorsi riff tebal dengan aura demonic, yang beradu dengan ledakan suara drum secepat kilat.

Mereka masih mampu menciptakan lagu-lagu bertempo cepat dan eksplosif, tetapi gaya produksi sound terdengar lebih modern dan bersih, dibandingkan pertama kali Iron Attack! merilis albumnya di tahun 2007. Suara kotor, dan agresif yang memberikan getaran musik ala speed metal era akhir 80’an sudah terkikis habis di album ini. Iron-Chino masih menjadi pusat perhatian Iron Attack! lewat permainan gitarnya yang epik dilengkapi dengan skill extra ordinary. Tetapi Iron-Chino kali ini lebih melakukan glorifikasi terhadap sisi melodis dari permainan lead gitarnya. Iron-Chino memperbanyak porsi lick-lick pentatonis dengan melodic passage, bahkan di beberapa bagian permainan gitar Iron-Chino menyentuh spektrum hard rock / glam rock 80’an. Sektor gitar lebih menghasilkan momen-momen“face-melted” hasil lengkingan melodi indah nan epik dibandingkan menghasilkan riff-riff banger peningkat adrenalin, dan pemicu headbang.

Tetapi yang masih melekat dalam Iron Attack! disini adalah konsistensi mereka untuk tidak memberikan peran berlebihan kepada instrumen non-konvensional dalam musik metal. Mereka masih menggunakan instrumen keyboard, maupun string untuk memberi nilai tambah pada estetik kesan epik, tetapi perannya tidak pernah sejajar dengan departemen gitar, bass, maupun drum. Hasil mixing suara lebih ditarik ke belakang, tidak ada porsi solo keyboard, dan tidak ada elemen excitment yang dihasilkan diluar dari departemen gitar, drum, dan vokal. Mungkin ini satu-satunya karakteristik musik Iron Attack! secara mayor yang masih dipertahankan dalam album No Loser, No Winner ini. Iron Attack! masih menjaga keaslian dari musik heavy metal tradisional meskipun mereka sudah tidak lagi sepenuhnya berada dalam naungan label musik tersebut.

Berbicara performa vokal, sejujurnya saya menilai Iron Attack! lebih kuat dalam segi instrumensasi dibandingkan segi vokal. Dalam beberapa momen vokal memang mampu merancang chorus dengan hook super catchy, karena musik power metal satu-satunya sub-metal yang justru mewajibkan untuk menyertakan chorus dengan tipikal seperti itu. Tetapi jika menyangkut masalah longtivity ini sudah masuk ranah berbeda. Iron Attack! tidak pernah membuat lagu-lagu berpotensi menjadi classic cvlt maupun lagu kebangsaan bagi musik power metal secara general dan nampaknya statemen ini masih berlaku hingga sekarang.

Iron-Attack!-Deutschland

“No Losser, No Winner” membuka album dengan dentingan piano classy dan terkesan megah. Vokal まいなすいょん kali ini diberi kesempatan untuk melangkah lebih dulu. Iron-Chino yang tidak sabaran langsung menggempur dengan kecepatan jari-jemarinya dalam mengeksekusi lick demi lick gitar secepat kilat. Permainan drum di lagu ini memiliki sifat bipolar, terkadang drum bisa sangat kooperatif dengan gitar untuk menciptakan tempo yang cepat. Tetapi dalam dimensi lain, sektor drum malah terdengar kontradiktif dengan memberikan fill-fill groovy mid-paced simpel. Apa yang saya suka dari lagu ini adalah flow daripada lagu itu sendiri. Susunan verse, pre chorus, chorus, bridge, solo semuanya dikemas dengan apik.

“Masquerade” tidak menawarkan sesuatu yang wah dan baru dari Iron Attack!. Tetapi lagu ini salah satu lagu yang menampilkan template melodic power metal ala Iron Attack!. Performa vokal sayangnya tidak mengangkat nuansa kolosal yang sudah susah payah dirancang oleh departemen instrumen. Delivering vokal masih terdengar senada mesti sering terjadinya perubahan kord pada tangga nada, sementara Yuuma mengalihkan power vokalnya, ke dalam hal endurance agar vokalnya dapat melengking selama mungkin.

“ムーン・アタック!” memiliki naunsa dan rasa musik AOR / hard rock 80’an paling melekat. lick pentatonis melodis paling mencolok dalam permainan gitar Iron-Chino. Lagu ini memiliki kesan lebih anthemic dibandingkan menawarkan sesuatu yang epik. Backing vokal “ooooo” dengan perpaduan chorus dari sang vokal lebih cocok membuat lagu ini dimainkan pada arena stadium besar atau istilah dalam dunia rock dikategorikan sebagai musik stadium rock. “Light of Deliverence” dimulai dengan lick-lick bernuansa devilish bersamaan dengan sistem harmoni barok yang masuk. Ini merupakan lagu kedua dialbum ini yang kental bernuansa melodic european power metal.

Tetapi apa yang membuat lagu ini lebih kuat dari “Masquerade” adalah chorus vokal lebih menempel, dan keseluruhan struktur lagu lebih variatif beserta eksekusinya yang lebih bombastis. Performa vokal mampu menghasilkan chorus menonjol diiringi dengan backing vokal bernuansa surgawi. Sangat jarang ditemui Iron Attack! bermain dengan vokal bertekstur multi-layered seperti ini, tetapi implementasinya langsung tepat sasaran dengan sekali coba. Standing out point tidak hanya diberikan pada vokal, tetapi kejeniusan seorang Iron-Chino juga terlihat disini. Iron-Chino mampu memberikan panorama nuansa dark,epik, dan anger lewat kombinasi permainan riff nya yang diimplementasikan dalam beragam teknik. Harmonisasi melodi indah yang dipadukan dengan banyaknya lick apreggio kompleks bertebaran disepanjang lagu ini. Saya memiliki simpulan untuk menyebutkan teknik permainan gitarnya, yaitu apreggios from hell, melody from heaven.

“Depths of void” lagu instrumental pertama yang muncul pada album ini. Guitarwork, dan pemilihan distrosi Iron-Chino kali ini mengingatkan saya akan album Rising Force milik Yngwie. Lagu yang kembali banyak diberi bumbu nada-nada barok dengan permainan apreggio gitar melimpah. Tetapi bisa saya katakan head melodi pada gitar justru tidak terdengar semenarik dan mencolok jika dibandingkan part solo gitarnya. Rangkaian melodi nya masih terdengar bagus dan indah tapi tidak memiliki rasa sensasional yang memuncak. “Flashing Raid!” lagu yang kembali menampilkan sisi heavy metal / hard rock dari Iron Attack!. Performa vokal lebih terdengar sebagai mediator untuk menambah hook, dibandingkan memberikan performa teaterikal.

“Snow Assault” lagu instrumen kedua yang tampil di album ini. Sesuai dengan judulnya, lagu ini seperti memberikan suasana yang lebih menegangkan dari sebelumnya. Bagian gitar dimainkan dengan suara-suara menyerupai sirine tanda bahaya. Jika diibaratkan ke dalam game franchise touhou, saya rasa lagu ini cocok dijadikan backsong untuk melawan final boss dalam game tersebut. Jika “Snow Assault” cocok dijadikan lagu pengiring melawan final boss, lagu “憂鬱なスミレは閉じない夢を見る” bagus untuk dimasukan sebagai credit ending song. Lagu tersebut bernuansa ballad namun dengan rasa lebih mengarah ke arah j-pop dibanding ballad-ballad hair rock 80’an.

Seperti beberapa album Iron Attack! ke belakang, mereka kembali menyisipkan 2 lagu bonus. Lagu bonus berupa lagu semi instrumental dan dipilih dari ke-8 lagu inti album ini. Lagu yang terpilih untuk dijadikan versi semi instrumen adalah “Masquerade” & “No Losser, No Winner”. Saya pribadi lebih mengharapkan lagu “Lights of Deliverance” dijadikan sebagai lagu bonus menggantikan “No Losser, No Winner”. Karena lagu tersebut memiliki bagian instrumen lebih variatif dan menantang untuk ditelaah lebih dalam.

Saya rasa album “No Losser, No Winner” memiliki target market lebih spesifik dan segmented dalam konteks musiknya. Flow keseluruhan album seperti dirancang untuk kebutuhan scoring video game dibandingkan sebagi sebuah album metal yang banger. Jika anda ingin mendengarkan musik Iron Attack! sembari mengacungkan jari horn devil dan berpose muka seram saya lebih menyarankan untuk mendengarkan album seperti Crying Destiny, Devil’s Daughter, atau Vampire Concerto. Atau jika dirasa album-album tersebut terlalu raw, beberapa album seperti Red Justice, Follow the Destiny, atau Japonism bisa dipertimbangkan untuk dijadikan alternatif. Iron Attack! beraspirasi dalam setiap detik musiknya untuk menciptakan soundtrack petualangan epik dalam dunia 2 dimensi yang dipenuhi dengan berbagai rintangan di dalamnya.

Rating : 6 / 10

Baca Juga : Messa : Feast For Water Review

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link