Soulreaper : Asupan Musik Tercadas di Indonesia (Eps – 03)
-Soulreaper-
Sebetulnya episode Soulreaper hari ini dibuat tidak berdasarkan rencana saya. Awalnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan Soulreaper untuk sementara waktu. Tetapi kemudian saya melihat, ternyata banyak band metal merilis materi-materi terbarunya secara serempak hari ini. Melihat hal tersebut maka saya putuskan untuk membuat konten ini secara mendadak. Kembali pada topik awal, munculnya album rilisan metal baru sepertinya bukan sebuah kejanggalan, karena hal tersebut terjadi setiap harinya. Tetapi hari ini terasa spesial, karena rilisan-rilisan anyar tersebut datang dari berbagai band metal ternama seperti Thulcandra, Be’Lakor, Whitechapel, Archspire, dan masih banyak lagi. Sepertinya mereka sudah tidak sabar ingin menyediakan soundtrack–soundtrack terbaru untuk menyambut hari raya halloween yang diadakan pada tanggal 31 Oktober nanti.
Diluar koridor extreme metal, sebenarnya banyak band rock/non-extreme metal turut melepaskan album terbarunya pada hari ini. Legenda grunge, Jerry Cantrell melepaskan album studio ke-4 nya, Brighten. Lucifer band occult rock asal Jerman merilis Lucifer IV hari ini. Sementara di ranah power metal, ada Running Wild & Beast in Black serempak merilis album studio terbarunya. Terakhir kuartet proggresive stoner metal asal Georgia, Mastodon merilis album Hushed and Grim yang sudah banyak ditunggu oleh penggemarnya. Tetapi karena series Soulreaper dikhususkan untuk membahas band extreme metal, maka saya hanya akan menyajikan informasi seputar extreme metal di series Soulreaper ini.
Thulcandra – A Dying Wish

Genre : Melodic Black Metal
Asal : Munich, Bavaria, Jerman
Label : Napalm Records
Setelah lama “tertidur” akhirnya Thulcandra kembali melanjutkan petualangannya dalam melintasi tanah saju dipenuhi panorama dingin dan juga menyeramkan. Tremolo riff icy cold, dan geraman vokal grim dari Steffen Kummerer sudah siap membekukan hati,emosi, dan pikiran anda untuk turut merasakan apa yang terlintas dalam musik mereka. Disini Thulcandra kembali menyajikan permainan melodic black metal atraktif dengan vibes swedish old school black metal seperti Dissection, Sacramentum, dan Unanimated.
Archspire – Bleed The Future

Genre : Technical Death Metal
Asal : Vancouver, British Columbia, Canada
Label : Season of Mists
Menindaklanjuti mahakarya Archspire, Relentless Mutation yang dirilis pada tahun 2017 lalu. Archspire kembali menebarkan ancamannya tahun ini lewat album studio ke-4 nya berjudul Bleed the Future. Sebuah album death metal yang tidak hanya menyajikan gimmick gore dan menyeramkan. Tetapi mampu menciptakan sebuah mahakarya dengan unsur teknis ekstrim dan rumit. Menentang hukum fisika, dan hukum kodrat alam manusia, Bleed the Future menyajikan materi death metal ke tingkatan yang hampir mustahil dicapai oleh sebagian besar homo sapiens yang hidup saat ini. Archspire kembali membuktikan bahwa mereka memang pantas berada di puncak rantai extreme metal dalam segi orisinalitas.
Be’Lakor – Coherence

Genre : Melodic Death Metal
Asal : Melbourne, Victoria, Australia
Label : Napalm Records
Sebagai band yang sudah diakui sebagai master di bidangnya, Be’Lakor tetap masih ingin menantang dirinya sendiri. Lewat album Coherence, Be’Lakor mendorong batasan musik melodic death metal ke arah lebih jauh dan mulai keluar meninggalkan pakem lama struktur musik ini. Be’Lakor secara ekstensif berani menulis lagu dengan durasi panjang dan memasukan elemen proggresif ke dalam musiknya. Semuanya tidak akan berjalan mudah, tetapi cara ini dilakukan Be’Lakor untuk meningkatkan eksistensial mereka ke level berikutnya.
Whitechapel – Kin

Genre : Deathcore
Asal : Knoxville, Tennessee, United States
Label : Metal Blade Records
Pada tahun 2019 Whitechapel mengejutkan skena deathcore dengan formulasi musik barunya. The Valley membawa musik deathcore ke arah ekspetasi yang tidak terpikirkan sebelumnya. Phil Bozeman memadukan chugging riff berat, guttural vokal dengan elemen alt-rock, nu-metal, hingga struktur style rekaman ala band metal progressif kontemporer. Sementara Kin memperjelas bahwa mereka semakin nyaman dengan style musik barunya. Tidak peduli bahwa mereka sudah dianggap “mencoreng” nama deathcore, namun yang jelas Phil ingin agar musiknya bisa merefleksikan secara dinamis setiap variabel perasaan emosionalnya.
First Fragment – Gloire Éternelle

Genre : Neoclassical Technical Death Metal
Asal : Longueuil, Quebec, Canada
Label : Unique Leader Records
First Fragment merupakan salah satu band extreme metal yang paling ditunggu kelanjutan kiprahnya. Setelah melepaskan album Dasein, First Fragment dipuja-puja oleh para tech-boy sebagai salah satu band modern technical death metal terbaik saat ini. Bagaimana tidak, mereka mencoba untuk memadukan elemen neoclassical, dan flamenco ke dalam ranah musik death metal yang di atas kertas akan terkesan kontradiktif. Tetapi di tangan ketiga pemuda asal Canada ini, semuanya berjalan mulus dan Dasein adalah bukti otentiknya. Berbekal landasan dari Dasein, terciptalah Gloire Éternelle dengan penuh ekspetasi yang akan melebihi Dasein secara musikalitas. Alurnya akan terasa semakin unik, ledakan bomb drum semakin tak tertahankan, hingga eksekusi permainan gitar yang menimbulkan kesan bingung namun sekaligus memberi perasaan kagum.
Baca Juga : Soulreaper : Asupan Musik Tercadas di Indonesia (Eps – 02)
Burial – Inner Gateways To The Slumbering Equilibrium At The Center Of Cosmos

Genre : Death / Doom Metal
Asal : Siena/Pistoia/Reggio Emilia/Venezia, Italia
Label : Everlasting Spew Records
Dari jajaran nama band pada episode Soulreaper kali ini, Burial terbilang band paling muda dan belum banyak berpengalaman. Tetapi kuartet death metal ini memiliki dedikasi tinggi untuk menciptakan sebuah karya extreme metal exceptional. Burial tanpa henti memberikan racun-racun mematikan setiap bar demi bar dalam musiknya. Sebuah monster ganas dan berbahaya berhasil mereka interpretasikan wujudnya ke dalam bentuk riff dissonant berkerak, ledakan drum, dan amarah growling lengkap dengan sura vokal bengis.
Ghost Bath – Selfloather

Genre : Depressive Black Metal
Asal : Minot, North Dakota, United States
Label : Nuclear Blast / Northern Silence Records
Setiap orang pastinya ingin bisa segera terbebas dari masa-masa suram dan depresinya. Tetapi lain halnya dengan kelima pria yang bersatu dalam moniker bernama Ghost Bath. Mereka nampaknya malah semakin asik menikmati dan tenggelam dalam rasa depresinya. Emosi negatif dari masing-masing individu seluruhnya tercurahkan ke dalam bisingnya distorsi, letupan blast-beat, dan teriakan penuh dengan keputusasaan. Self Loather juga sekaligus menjadi penutup kisah perjalanan album trilogi Ghost Bath dan menjadi “kitab suci” bagi metalhead untuk memahami arti musik depresif metal secara definitif.
Count Raven – The Sixth Storm

Genre : Doom Metal
Asal : Stockholm, Sweden
Label : I Hate Records
Mungkin comebacknya Count Raven dibilang cukup terlambat dibandingkan rekan-rekan doom metal seperjuangannya. Ketika Candlemass, Saint Vitus sudah melakukan comebacknya pada tahun 2019 lalu, Count Raven yang dimotori oleh Dan “Fodde” Fondelius baru bisa merealisasikan comebacknya tahun ini. Tetapi hal terpenting adalah eksekusinya, karena sekali lagi Count Raven membawa traditional doom ke meja permainan dengan attitude serius. Mereka sekali lagi mendemonstrasikan bagaimana cara meracik riff-riff doom berlabel “epicus” agar menjadi sebuah karya doom monumental dan akan selalu dikenang bagi doomers. The Sixth Storm sebuah bentuk invesment baik yang dilakukan untuk kembali memunculkan nama Count Raven kembali ke peta musik traditional doom metal.
Kayo Dot – Moss Grew on the Swords and Plowshares Alike

Genre : Avant-garde / Experimental / Ambient Metal
Asal : Boston, Massachusetts, New York, United States
Label : Prophecy Productions
Jika anda berdebat mengenai genre musik mana lebih superior bersama dengan Toby Driver saya rasa hasilnya akan nihil alias sia-sia. Semenjak Toby membuat musik bersama Maudlin of the Well, dirinya seolah tidak menganggap keberadaan perbedaan dari sebuah genre musik. Toby memadukan elemen musik rock, blues, pop, metal, jazz, ambient, ke dalam setiap karyanya. Output musiknya pun beragam, tetapi kebetulan album studio ke-10 Kayo Dot ini memiliki rasa lebih anger dan keras. Tangga nada minor yang dibalut dengan distorsi keras lebih sering ditemukan pada album ini dibandingkan jajaran album Kayo Dot lainnya. Tetapi jangan berharap anda akan menemukan riff-riff tremolo death metal / black metal groovy dan thrashy. Seluruh eksekusi musik melakukan pendekatan avant-garde dengan banyaknya implementasi odd-time signature pada seksi ritem.
Death SS – Ten

Genre : Industrial Metal
Asal : Florence, Tuscany, Italia
Label : Skol Records
Semenjak band ini mulai aktif mengeluarkan album pada tahun 1981 hingga sekarang. Perjalanan Death SS dipenuhi dengan lika-liku pahit dan manis. Sempat bubar selama beberapa kali, kemudian berganti nama menjadi Sylvester’s Death, hingga akhirnya Steve Sylvester dan kolega kembali menghidupkan Death SS sampai sekarang. Selama 40 tahun berkarir, musik Death SS sudah jauh berubah ke ranah musik industrial, heavy metal dan hard rock. Tetapi identitas & image horror teaterikal mereka merupakan satu-satunya unsur asli Death SS yang melekat hingga sekarang. Ten merupakan hasil tindak lanjut dari album Rock ‘n’ Roll Armageddon dan dirilis tahun 2018 lalu. Keseluruhan album ini masih menampilkan formula musik metal, hard rock, dan rock’n’roll era 80an.
Baca Juga : Soulreaper : Asupan Musik Tercadas di Indonesia (Eps – 01)