2022Hip HopRapReviews

Elzhi / Georgia Anne Muldrow – Zhigeist – Review

Kombinasi Elzhi dan Georgia tidak hanya sebetas melebarkan ekspansi teritori musik belaka. Tetapi juga membawa pesan penting mengenai persatuan, dimana pesan tersebut diterjemahkan ke dalam setiap elemen musik yang berdiri seperti pilar kokoh untuk selalu menyokong persatuan agar tetap berada dalam bagian teratas dari hierarki kehidupan.

Dalam sesi wawancara bersama That’s 5 pada tahun 2020, Elzhi menepis argumen bahwa Detroit hip hop memiliki sejarah terabaikan. Dia berkata semenjak para rapper Detroit seperti Proof, Royce da 5’9” ,Phat Kat, Slum Village, Obie Trice, dan Guilty Simpson mengisi acara open mic pada awal karirnya. Mereka mendapat apresiasi, sambutan, dan rasa hormat yang sangat layak. Memang dibutuhkan effort ekstra untuk menembus pasar lebih besar, karena skena hip hop Detroit tidak dibangun di atas sensasionalisme, dan mereka tidak memiliki fame yang seolah memperlakukan para rapper bak seorang selebritis.

Jadi dalam hal popularitas, detroit hip hop selangkah lebih mundur dibandingkan skena hip hop di bagian Amerika lainnya. Namun terima kasih, karena popularitas tidak selalu menjadi indikator utama dalam memberikan penilaian bagus atau tidaknya sebuah karya musik. Sebaliknya, kita justru mendapatkan nama-nama rapper asal Detroit yang murni menonjolkan sisi kualitas musik dan kepiawan mereka dalam meracik permainan kata menjadi serangkaian rhyme dan flow menarik. Royce Da 5’9, Big Sean, Apollo Brown, Conway The Machine, Westside Gunn, Danny Brown, dan Elzhi adalah nama-nama pantas dan sahih disebut sebagai “rapper murni bertalenta alami”.

Menjadi rapper sekaligus penulis lagu sejak 1998, Elzhi memiliki beberapa titik penting dalam perjalanan karirnya. Pada awal karirnya, Elzhi sempat berafiliasi dengan grup hip hop, 926 dan Slum Village bersama J Dilla. Dirinya memiliki hubungan erat dan beberapa kali berkolaborasi dengan tokoh-tokoh sentral hip hop seperti Madlib, Guilty Simpson, Royce da 5’9″, One Be Lo. Keputusan Elzhi mendaur ulang album ‘Illmatic’ milik Nas menjadi sebuah mixtape gratisan berjudul ‘Elmatic’ merupakan momen paling penting dalam karir solonya. Mixtape tersebut sukses besar, fans baru, pengamat dan kritikus musik berbondong-bondong menghampiri Elzhi hanya untuk memuji dan mengelu-elukan ‘Elmatic’.

Sekarang, disinilah kita terdampar, semenjak Elzhi bergelut dengan masalah mental pada album ‘Lead Poison’ (2016) dan berhasil menemukan penawarnya pada album ‘Seven Times Down Eight Times Up’ (2020). Saat ini kita tengah dibawa pada sebuah misi untuk menyampaikan pesan cinta pada masyarakat kulit berwarna bersama Elzhi dalam album terbarunya berjudul ‘Zhigeist’. Kali ini dirinya sengaja berkolaborasi dengan penyanyi / produser, Georgia Anne Muldrow agar bahasa musiknya dapat diterjemahkan ke dalam bentuk dan perspektif berbeda dari biasanya.

Baca Juga : Nas – King Disease II Review

elzhi-georgia-anne-muldrow-zhigeist-photos-by-The-Source

Sebelumnya Georgia sudah berkolaborasi bersama musisi-musisi terkenal seperti Mos Def, Erykah Badu, dan Madlib, sehingga tidak heran kehadirannya sebagai produser penuh di album ini menjadi sebuah pembeda. Georgia membuat cara kerja rangkaian keseluruhan instrumen, berjalan dengan pendekatan berbeda dibandingkan sederet album hip hop lainnya.

Beat-beat boom bap terdengar lebih sophisticated dan fleksibel. Diiringi dengan transisional instrumen berjalan smooth membuat jalur instrumen tidak bergerak dalam transisi looping. Menimbulkan sebuah kesan seperti instrumen yang dimainkan secara live dan direkam oleh musisi asli, dibandingkan menggunakan teknik sampling yang ditempel dari beberapa instrumen.

Banyaknya bagian improvisasional dari setiap timbre musik, memberikan jalannya setiap lagu tidak terkesan dibangun di atas 1 jenis beat serupa. Saya berpikir, seandainya bagian rapping bar Elzhi dicabut dari bagian lagu. Rangkaian instrumen lebih dari layak untuk dijadikan sebuah album instrumental utuh yang tidak membosankan. Georgia menampilkan kreatifitas dengan betapa luwes dirinya memiliki berbagai kombinasi kunci warna musik menarik mulai dari jazz, soul, funk, rnb, & psych-gospel.

Peran Georgia sangat penting untuk terus merekatkan musikalitas keseluruhan album agar terus menempel erat dalam nuansa dan tradisi musik-musik dari kultur kulit berwarna. Dengarkan sejenak lagu-lagu ‘Strangeland’, ‘Neferititi’, & ‘Prons & Cons’ yang secara back-to-back menampilkan dentingan piano elegan yang sangat kuat melakukan impersonate nuansa jazzy-minded lengkap dengan citra mewahnya. Sementara lagu ‘Understanding / Understanding Reprise’ berdiri dengan 2 kaki, dimana kaki pertama menginjak elemen soul-jazz relaxing dan kaki lainnya menapak pada elemen rnb. Lagu ‘Already Gone’ & ‘Compassion’ berdiri pada posisi berbeda, karena keduanya lebih menonjolkan parade groovy bass funk dengan dendangan begitu menghentak dan menonjol.

Tetapi disinilah poin pentingnya, yang membuat cara kerja Georgia terasa berbeda dengan produser hip hop kebanyakan. Dia tidak mengambil sampling-sampling musiknya untuk menjadi instrumen penghasil tekstur bernuansa grimmy dan suram. Sebaliknya, dia membuat tone seluruh instrumen terdengar lebih bersinar. Style unik dari vokal Georgia bercorak gospel-psych semakin mempertebal pernyataan bahwa album ini memiliki citra positif dan bercahaya.

‘Amnesia’, ‘Every Moment’, ‘Understanding / Understanding Reprise’, & ‘Already Gone’ contoh konkrit dari improvisasi vokal seorang Georgia yang memiliki peran penting di balik mic, dan tidak kalah sentralnya dari rapping bar mr. Elzhi. Tidak hanya melempar hook catchy, memorable dan seksis tetapi suaranya juga menjadi pengingat setiap saat bahwa album ini selalu berada dalam naungan tradisi musik kulit berwarna.

Sementara itu mari beranjak pada sisi sebrang koin, dimana pesan dan rhyme scheme Elzhi harusnya menjadi bagian terpenting di sini. Layer vokal mengikuti gaya produksi hip hop era 80’an, dimana vokal sengaja diletakan pada layer terdepan. Memberikan ruang dan kekuatan penuh pada Elzhi untuk menyampaikan pidato dan sajaknya secara nyaring dan tajam.

Sejak hari pertama Elzhi memuntahkan bar pertamanya, fokusnya tidak mengarah untuk menjadi seorang rapper yang mahir merangkai pola flow super kompleks dan teknikal. Hal tersebut juga tidak berubah sampai album ‘Zhigeist’ ini mendarat dalam playlist ponsel anda masing-masing. Dia lebih concern bagaimana agar flow berjalan lebih mulus, menggugah, dan sangat kooperatif terhadap liukan-liukan beat. ‘King Shit’, ‘Strangeland’, ‘Already Gone’ lagu-lagu yang menampilkan rapping bar Elzhi menjadi spot utama dari jajaran lagu lainnya. Dengar bagimana flow Elzhi masih terdengar relevan dan klik dengan setiap hentakan beat, meskipun beat dan instrumen sedikit memperlihatkan transisi improvisasinya.

Dirinya masih menaruh penghormatan besar terhadap pahlawan-pahlawan semasa kecilnya. Flow Elzhi masih melekat dengan style ala Nas, Biggie, Jay-Z, dimana anda tidak membutuhkan waktu lama untuk merasa terhubung dengannya. Kemampuan lirikal seorang Elzhi juga tergolong unik, dia tidak banyak melakukan setup punchline mengejutkan dalam setiap kalimat. Dia juga tidak tenggelam dalam permainan kata-kata kompleks yang super imajinatif dan kompleks.

Kemampuan metaforikal yang merangkai berbagai peristiwa tidak saling berkaitan menjadi sebuah lagu lah yang menjadi daya tarik utama kemampuan lirikis seorang Elzhi. Tidak heran tema lirik album ini begitu tersebar dan tidak terpusat pada sebuah topik besar. Lagu seperti ‘Amnesia’, ‘Every Moment’ sedikit menyombongkan kepiawaian menulis liriknya yang digunakan sebagai kekuatan untuk membangun kepercayaan dirinya.

Tetapi pada lagu ‘Understanding / Understanding Reprise’ merupakan sebuah panggilan untuk mengingatkan kenapa album ini diciptakan. Elzhi membuat sebuah kisah utuh mengenai kondisi kehidupan nestapa yang dijalani oleh orang berkulit warna dan menceritakan dari sudut pandang pengalaman pribadinya. ‘Already Gone’ menceritakan makna dibalik nama panggunggnya, sedangkan ‘Nefertiti’ sedikit mengintip sisi romantisme nya.

overall tidak ada satupun kesalahan-kesalahan kritikal yang membuat jalan album ini terganggu. Mungkin kekurangan paling menonjol ditemukan dari penampilan mr. Dudley Perkins (Suami Georgia) pada album ini. Kekurangan bukan pada fungsionalitas musiknya, tetapi lebih pada perannya yang sangat jauh berada di bawah bayang-bayang kombinasi Elzhi dan Georgia. Sisanya saya rasa kekurangannya lebih bersifat preferences pribadi. Jika misal anda menuntut agar album ini berjalan lebih eksperimental, atau bergerak dalam flow kompleks, baru anda akan menemukan celah besar dari kekurangan album ini.

Biar bagaimanapun upaya Georgia agar membuat album ini tetap terdengar relevan, dan modern-minded meski dihimpit oleh elemen-elemen musik lawas, merupakah sebuah effort yang patut diapresiasi. Kombinasi Elzhi dan Georgia tidak hanya sebetas melebarkan ekspansi teritori musik belaka. Tetapi juga membawa pesan penting mengenai persatuan, dimana pesan tersebut diterjemahkan ke dalam setiap elemen musik yang berdiri seperti pilar kokoh untuk selalu menyokong persatuan agar tetap berada dalam bagian teratas dari hierarki kehidupan.

Baca Juga : Tyler, The Creator : Call Me If You Get Lost

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link