20 Album Dalam 5 Menit – Funeral Doom Metal
Doom metal menghantarkan pada mulut gerbang nuansa pemakaman yang dihuni oleh perasaan tegang, berkabung, dan sedih. Sedangkan funeral doom metal terasa seperti peti peristirahatan anda langsung dilempar ke dalam liang kubur ditengah sambaran petir, dan kidung-kidung bernada pesimistik yang dikumandangkan tanpa akhir. Secara metaforis, itulah kira-kira yang membuat funeral doom metal memiliki garis perbedaan yang signifikan terhadap doom metal klasik.
Funeral doom metal bermain dengan durasi musik yang sangat ekstrim secara longivitas, akan tetapi mereka justru menaruh sangat sedikit variasi nada atau timbre yang dapat dimainkan. Tempo yang hampir tidak pernah melebihi angka 20 bpm, memainkan 2-3 not riff dengan sustain distorsi yang panjang, geraman vokal death growl yang begitu mendalam, hingga pukulan drum dengan tata suara yang terdengar berukuran raksasa. Seringkali akan terdapat elemen synth atau kibor bernuansa gothic atau classical di sana untuk mendramatisasi atmosfer musik.
Terkadang terdengar seperti sebuah antitesis daripada gaya crescendo post-rock, yang mana memanfaatkan dinamika sebagai proses indah dan emosional menuju untuk sesuatu yang besar dan klimaks pada bagian akhir. Sementara funeral doom metal seringkali membuat akhiran daripada musiknya menggantung dan hampa, seolah-olah musik ini memang dirancang untuk dinikmati dengan cara meresapi setiap proses perjalanannya tanpa mengharapkan suatu imbalan yang memukau setelah melewatinya. Benar-benar seperti perjalanan transcend sebuah jiwa yang lepas dari tubuhnya dan hanya mampu melayang-layang sembari mengintip dunia orang-orang mati dan hidup.
Kraken Duumvirate – The Stars Below, the Seas Above
Selain mengisahkan krisis eksistensialisme, funeral doom seringkali mengangkat keangkeran dari monster laut bergaya lovecraftian. Kraken Duumvirate mempragakannya ke dalam bentuk yang akurat mengambil perwujudan kraken yang memiliki suara death growl maha dahsyat. Kehilangan kekuatan ritmis membuat melodi gitar dan synth terombang-ambing dalam bentangan samudra yang luas dan misterius.
Loss – Horizonless
Doom metal selalu ditakdirkan untuk menghadirkan kisah pilu dan malapetaka meski terdapat kilauan cahaya di depan mata yang menghampiri. Geraman mendalam dari vokal kematian sama sekali menutup diri dari kehidupan dan melodi gitar yang lunglai hanya bisa bersimpati. Perpindahan bahu membahu dari chord baja menjadi jembatan untuk menuju kesuraman abadi.
Memorandum – Menhirs… Affres
Latihan uji ketahanan mental yang sempurna untuk mengetes apakah memiliki tekad sekeras baja seperti halnya Stockdale yang berhasil kabur sebagai tawanan atas siksaan bertahun-tahun yang dialaminya atau justru hanyut dalam duka dan nestapa. Kepingan lagu pertama terkesan monolitik dan berjalan ditempat. Terpaan drum yang begitu keruh dan intimidatif dengan melodi murung yang meluncur menembus ketebalan kabut. Lagu berikutnya menunjukkan persebaran yang lebih luas dan eksperimen yang lebih lebar.
Asunder – A Clarion Call
Asunder menghiasi perjalanan setapak kekelamannya dengan montase riff bergaya death-doom, suara drum yang berlumpur, vokal yang tidak mengenal kebahagiaan, dan melodi penuh kebingungan. Raga dan jiwa seperti dipisah dan disatukan dalam menghadapi kengerian dari kematian. Isian riff yang terasa mengeluarkan banyak nada dan bergerigi daripada seharusnya funeral doom. Eksploitasi melodi hanya menyentuh setengah fretboard dan seringkali mengisi bagian hening dengan gesekan cello dan clean tone gitar lembab sebagai tanda berkabung.
Dauðaró – Ákall að handan
Dauðaró seperti jemaat Sabbath-iah yang terlalu obsesif akan ajarannya. Mereka tidak hanya merentangkan durasinya, tetapi membuat gaya riffing Sabbath menjadi lebih mengerikan dan memanjangkan masa penderitaan nya. Hisapan vokal yang kusut dan pengaruh kebudayaan black metal Islandia telah membuat aransemen musiknya semakin menghitam.
Heimskringla – Vikingløypa
Heimskringla melapisi kontur musiknya dengan sesuatu yang lebih berkilau. Akan tetapi justru itu menimbulkan sebuah kecurigaan besar akan malapetaka yang mengintai di bawahnya. Hymne vokal wanita surgawi itu laksana seperti nyanyian siren yang menggoda para pelaut dan melemparkan serbuk mantra guna-guna melalui kelipan suara synth. Segera setelah mangsa mendekat, barulah suara malapetaka dari geraman mematikan wujud asli siren itu muncul. Ditambah dengan daya keras distorsi gitar dan tabuhan drum yang sanggup mengkaramkan apapun.
Lacrymae Rerum – The Flies
Tanpa tedeng aling-aling, Lacrymae Rerum membuat musiknya menyeramkan dari detik pertama dengan dentingan piano yang menakut-nakuti dan misterius. Vokal terdengar merobek tenggorokannya sendiri, sementara melodi gitar terus menukik untuk menghantarkan pada dasar jurang terdalam.
Burial Choir – Descension of Firmament
Terkadang musik funeral doom dapat menjadi media reflektif untuk lebih menghargai kesendirian dan kenangan pahit. Burial Choir memperlihatkan caranya dengan menaruh potongan melodi piano sentimentil yang mengeluarkan linangan air mata dan segera menangis terseguk-seguk. Terdengar seperti gaya legiun melodic doom metal era 90’an, dimana melodi gitar menjadi protagonis di sini sebagai saksi melihat tarikan vokal yang terasa getir dan menahan perihnya luka.
Quercus – Kverulant
Quercus meninggalkan begitu banyak kekosongan yang hampa dalam aransemen musiknya. Memiliki keterkaitan dengan gaya doom 90’an, distorsi nya begitu padat dengan keanehan melodi.
Candlegoat – Tenebrosa
Sebagai satu-satunya band funeral doom metal yang bertahan di skena lokal, Candlegoat meninggalkan warisan berupa album semata wayangnya. Kekuatan daripada melodi yang bergerak kembang kempis digemakan dengan lebih nyaring pada kekuatan getaran nada rendah pada bass. Gaya riffing candlemass yang dimarinasi dengan kemalangan yang lebih membuat riff-riff berenggangan menciptakan keheningan suram dan seringkali berkerumun dengan pukulan drum yang dashyat.
Despond – Supreme Funeral Oration
Tidak mengherankan jika Evoken, sebagai band funeral doom berpengaruh seringkali ditiru oleh band funeral doom lainnya, seperti Despond. Vokal growl dengan tekstur pohon beringin yang terdengar angker. Tendangan kick drum yang lebih bernyali mengeluarkan senjata pedal ganda dan bermitra dengan riffing lamban yang telah dibusukkan oleh aroma death metal. Sesekali elemen synth mengintip dan mengisi kekosongan dengan kabut yang tebal dan misterius.
Lone Wanderer – The Faustian Winter
Lone Wanderer berdiri pada sisi funeral doom metal yang epik dan mengumbar pallete kesedihan yang lebih dominan. Melodi gitar yang mendayu-dayu menarik ulur perasaan dan sesekali garis bass terkadang mendekat untuk memperlihatkan nada-nada rendah berkilau yang lesu dan muram.
Shades of Deep Water – Death’s Threshold
Suara gesekan biola yang menggenang di balik lapisan drum dan bass, terkesan seperti mendengar lapisan orkestra yang terendam oleh air dan berkabut. Akan tetapi Shades of Deep Water memiliki daya tarik untuk membuat bagian kepala dari melodi terdengar memorable dan ikonik.
In Oblivion – Memories Engraved in Stone
In Oblivion seperti berinvestasi penuh pada lead gitar dan mempercayakan semuanya dalam kendali. Melodi gitar yang mampu melanjutkan dan memberhentikan aransemen, begitu lincah dalam menghidupkan situasi dengan berbagai cara seperti meninggikan nada, menyerang dalam pola tremolo riff, dan sapuan riff berat yang curam. Perhatikan bahwa kemitraan antara melodi dan vokal tampak padu, seolah melodi gitar ikut bersenandung bersama nyanyian busuk yang dikumandangkan.
Adversvm – Aion Sitra Ahra
Adversvm menghadirkan nuansa yang lebih pekat dan ritualistik dalam memadukan funeral doom, death metal dan black metal. Aransemen daripada instrumen terlihat lebih banyak berkerumun, menumpuk, dan membentuk koalisi antara sengatan melodi dissonant, gebukan drum yang terus menerjang, dan vokal bernada rendah yang tidak pernah gagal menghunus perasaan.
Dispersed Ashes – The Nature of Things
Dispersed Ashes menghasilkan karya hibridisasi blackened funeral doom yang begitu dicintai oleh kalangan penggemar bawah tanah funeral doom metal. Gitar yang seperti tidak dimasukkan dalam tahap pengolahan lebih lanjut membuat melodinya sangat nyaring berhadapan di muka dan mengeluarkan nada-nada sedih yang sangat jernih dan steril. Vokal serak yang sangat merepresentasikan kengerian dari unsur black metal.
Bacterium – Sunt Lacrymae
Dalam album berdurasi singkat 33 menit ini, Bacterium menciptakan kolase funeral doom yang begitu primitif, mentah, dan digiling bersama dengan efek fuzz yang kotor dan psychedelic. Desisan simbal begitu tajam dan berdarah dingin, beradu dengan geraman death growl ala manusia gua. Elemen dungeon synth menyeringai dengan mimik menyeramkan dibalik kebisingan yang terus mengudara.
Atramentus – Stygian
Sebuah lukisan album yang sangat representatif terhadap sonik yang disajikan. Bagaimana keseluruhan musik seperti membuka portal astral menghadirkan berbagai mahluk gaib dengan bentuk amarah dan murka yang menyerupai badai salju. Vokal growl yang sangat rendah meneriaki gendang telinga, dan meninggi mengerang kesakitan yang dipandu oleh riff dan gesekan synth yang tragis.
Of Darkness – Missa tridentina
Sesuai nama daripada band, album ini sangat terasa bernuansa nihilistik dan misantrophia terhadap kehadiran cahaya dan sinar yang terang. Semuanya ditenggelamkan dengan sudut yang gelap, riff-riff keruh terus menempel tidak membiarkan berlama-lama meninggalkan keberadaanya. Vokal koir echo yang melolong secara misterius terkesan seperti ritual pemanggilan roh.
Dvvell – Quiescent
Dvvell menghadirkan kondisi pemakaman yang diselimuti oleh bau-bau tak sedap dari gorong-gorong New Orleans yang kotor dan berlumpur. Itu terdengar jelas daripada vokal dan perputaran riff gitar yang begitu kental bernuansa sludge metal, serta dengkuran bass yang bertekstur baja dan drony. Akan tetapi tendangan daripada aksen drum lebih jernih.
Baca Juga :