Doom MetalFeaturesMetalRedifining The Darkness

Redefining The Darkness : Revivalist Sludge Metal Movements

Redefining The Darkness : Revivalist Sludge Metal Movements

Redefining The Darkness : Black Sabbath

Secara terminology dalam musik metal “sludge” atau biasa disebut “sludge metal” adalah sebuah sub genre dari metal. Sludge memiliki karakteristik sound tersendiri yaitu dengan menggabungkan unsur doom metal dengan sisi sound aggresif dari hardcore punk. Secara simpel sludge dapat dianalogikan memiliki persilangan sound antara Black Sabbath dengan band hardcore punk sejenis Discharge, Black Flag. Disatu sisi sludge menamiplkan elemen-elemen riff yang bertempo lamban, dan bernuansa gelap layaknya “Black Sabbath” atau band pengusung doom metal. Tetapi dilain sisi sludge juga menampilkan teriakan vokal, dan gebukan drum eksplosif yang terinspirasi dari band-band hardcore.

Ada juga segelintir orang yang membuat metafora bahwa musik sludge ini terdengar seperti hardcore blues. Karena pada awal pengembangannya, sludge mengadopsi tangga-tangga nada pentatonis yang dominan pada sektor instrumen terutama gitar. Tangga nada yang menjadi dasar musik blues tersebut kemudian dipadukan dengan aggresi dan raungan distorsi ala musik hardcore. Sehingga hal tersebutlah yang memunculkan istilah dari hardcore blues.

Early Days Of Sludge Metal (1980’s-1990’s)

Redefining The Darkness : Melvins

Awal kemunculan sludge metal tentu tidak terlepas dari campur tangan para pendahulunya seperti Vanila Fudge, Black Sabbath, Motorhead, The Stooges, MC5, Black Flag. Namun dari sekian banyaknya band di atas ada satu band yang dipercaya membuat cetak biru dari sound proto sludge metal di akhir 80an yaitu Melvins. Band asal washington ini dipercaya mulai memasukan style dan unsur sludge ke dalam karya-karya mereka.

Kebangkitan sludge mulai tumbuh subur selama dekade 90’an yang ditandai dengan muncul nya kelompok-kelompok band sludge metal di berbagai penjuru daerah. Tetapi daerah yang paling berpengaruh besar dalam perkembangan musik sludge terletak di New orleans. New Orleans (NOLA) merupakan salah satu kota terbesar di Amerika Serikat yang berlokasi di negara bagian Louisiana. NOLA menjadi kota yang melahirkan beragam band legendaris sludge metal. Band seperti Crowbar, Eyehategod, Stressball, Soilent Green merupakan produk asli dari scene sludge metal di NOLA. Band tersebut tidak hanya dipercaya sebagai gerbang pembuka untuk sound-sound sludge yang lebih maju dan modern. Tetapi kelompok scene NOLA tersebut juga merilis berbagai album legendaris yang sudah dianggap seperti “kitab suci” bagi scene sludge secara global.

Tentu scene NOLA tidak sendirian dalam mengibarkan panji kebangkitan musik sludge di era 90’an. Beranjak ke Boston ada salah satu legenda hidup sludge yaitu Grief. Sementara di North Carolina ada sekelompok band sludge yang cukup berpengaruh seperti Buzzoven, Corrosion of Conformity, Weedeater. California memiliki Noothgrush, sedangkan New York ada Negative Reaction. Lalu menyebrang ke dataran Eropa, tepatnya di negara Britania Raya ada sebuah band sludge raksasa yang membawa dan menebarkan racun sludge metal ke tanah kelahiran Ratu Elizabeth tersebut, yakni Iron Monkey.

Redefining The Darkness : NOLA

The Evolution Of Sludge Metal (2000’s — Present)

Perkembangan scene sludge di era 2000’an hingga 2010’an menurut saya tumbuh secara subur yang ditandai dengan munculnya beragam pasukan sludge metal baru dengan materi, konsep, dan sound yang cukup menjanjikan untuk disebut sebagai “generasi penerus”. Faktor eksternal seperti perkembangan musikalitas pada scene metal secara global tentunya sangat memberikan dampak yang cukup besar pada perkembangan sludge metal itu sendiri. Faktor tersebut mulai mempengaruhi band-band sludge pendatang untuk memunculkan hasrat mencoba melakukan eksperimentasi. Eksperimentasi yang dimaksud disini adalah band sludge pendatang tertantang untuk memadukan musik sludge dengan unsur-unsur sound lain yang berada di luar konteks sludge metal.

Atmospheric Sludge Metal (Isis, Cult of Luna, Minsk, Neurosis)

Redefining The Darkness : Cult Of Luna

Evolusi sludge metal yang muncul pertama kali di benak saya adalah atmospheric sludge metal. Kata “atmospheric” disini merujuk pada output komposisi musik sludge metal yang lebih menekankan pada variabel permainan tekstur, harmoni dan emosional. Jadi jika musik sludge konvensional biasanya hanya terfokus pada permainan riff, dan nuansa sound yang kotor dan gelap. Namun atmospheric sludge lebih memiliki beragam sudut pandang yang bisa divisualisasikan untuk menggambarkan emosi musiknya.

Sejatinya band-band pengusung sub-genre ini sudah lahir pada era 90’an. Namun genre ini nampaknya lebih berkembang pada dekade 2000’an. Kelompok band seperti Isis, Cult of Luna, Minsk, dan Neurosis yang dianggap mempelopori style dari atmospheric sludge metal ini. Tidak hanya terpaku pada pakem sound sludge yang sudah ada. Mereka mencoba untuk mengkombinasikan sludge metal dengan cita rasa sound tribal dan post metal.

Proggresive Sludge Metal (Baroness, Mastodon, Kylessa, The Ocean, Inter Arma)

Redefining The Darkness : Baroness

Memasuki awal dekade 2000’an muncul beberapa band pendatang seperti Mastodon, Baroness, Kylessa, & The Ocean. Band-band pendatang tersebut tidak hanya sekedar memainkan musik sludge. Tetap mencoba untuk mendefinisi ulang dan menawarkan konsep sound sludge yang berbeda dari template sound sludge yang sudah diciptakan oleh para terdahulunya. Kelompok band tersebut menemukan formula untuk mengkombinasikan sludge konvensional dengan cita rasa musik progressive rock dan progressive metal. Seolah ditangan mereka sludge metal memiliki seubah pencapaianke tingkat level selanjutnya secara musikalitas. Kombinasi riff-riff berkarakter murky dan berat dapat berbaur dengan kompleksitas dari perubahan time signature yang diadopsi dari musik-musik berlabel prog rock maupun prog metal.

Redefining The Darkness : Inter Arma

Sementara Inter Arma punya cara tersendiri untuk meramu sound sludge ke tingkatan yang lebih “extra ordinary”. Inter arma merupakan kuintet band sludge metal asal Virginia yang dibentuk sekitar tahun 2006 dan baru mulai aktif selama dekade 2010’an. Inter Arma seakan melakukan perombakan total pada tubuh sound sludge metal. Restorasi yang dilakukan Inter Arma terhadap musik sludge dilakukan dengan cara melakukan eksperimen dan ekspansi ke berbagai elemen-elemen teritori sound extreme metal lainnya. Inter Arma menjelajahi beragam musik mulai dari death metal, black metal, doom metal, post-metal bahkan Inter arma berani mencampuradukan soundnya dengan elemen-elemen yang diluar konteks metal sekalipun seperti psychedelic, dan elemen-elemen tribal.

Extreme Noisy Sludge Metal (Primitve Man, THOU, Indian, Hell)

Redefining The Darkness : Thou

Sepertinya perpaduan sound sludge dengan family extreme musik di luar ranah sludge seolah menjadi ladang subur untuk melakukan ekplorasi secara masif. Terbukti cukup banyak jagoan sludge yang lahir dari persilangan ini. Sekelompok band-band seperti Indian, Monarch, Hell, Atavist, The Body, & THOU menekan musik Sludge ke tingkat yang lebih ekstrim. Gerombolan band tersebut mengeksploitasi sound sludge ke tingkat yang lebih extreme dengan menggunakan elemen sound harsh electronik yang noisy pada layer backdrop sound. Sementara karakteristik dan tekstur riff memiliki warna efek gitar yang berbumbu drony. Sungguh sebuah paket lengkap untuk memberikan gambaran mimpi buruk yang tersaji ke dalam style musik sludge ini.

Redefining The Darkness : Primitive Man

Dari sekian banyak nama band pengusung genre ini. Ada satu band yang cukup populer atau dikenal, yakni Primitive Man. Kelompok sludge asal Denver tersebut tidak hanya sekedar memainkan sound sludge dengan tipikal gaya-gaya 90’s early sludge semacam Grief dan Iron monkey. Tetapi Primitive man mengkombinasikan unsur dari powerelectronic, Industrial yang banyak terinspirasi dari Godflesh periode album awal.

Blackened Sludge Metal (Coffinworm, Wolvhammer, Chucrchburn, Mantar, Cobalt)

Redefining The Darkness : Cobalt

Persilangan antara black metal dengan sludge metal mungkin akan menemukan sebuah titik paradoks. Karena dari segi intensitas tempo permainan dan karakter musik masing-masing bertolak belakang. Black metal cenderung untuk bermain dengan tempo yang cepat namun menghasilkan nuansa atmosfir yang cold dan grim. Sebaliknya di kubu sludge metal, sludge metal identik dengan intensitas tempo lagu yang terdengar lamban dan menghasilkan nuansa yang lebih murky atau gersang. Tetapi nyatanya kombinasi dari kedua elemen ini cukup berjalan.

Blackened Sludge dapat terealisasi dengan baik yang berhasil dikesekusi dengan cukup solid oleh berbagai band pendatang. Beberapa band diantaranya seperti Lord Mantis, Wolvhammer, Churchburn, Mantar, dan Cobalt yang merupakan side-project dari Charlie Fell (Vocalis Lord Mantis). Sludge mampu menambah variabel atmosfirnya dengan memadukan musik black metal. Sekelompok band tersebut juga membukan atmosfir dan elemen musik yang terdengar lebih occult, dan mistis. Tetapi ada satu nama band yang tidak boleh dilewatkan yakni Coffinworm. Coffinworm merupakan band blackened sludge asal Indianapolis, Indiana. Coffinworm munngkin sudah bubar namun mereka meninggalkan 2 buah album yang sayang untuk dilewatkan sebagai pecinta dari persilangan sludge ini.

Baca Juga : Soulreaper : Asupan Musik Tercadas di Indonesia (Eps – 01)

Break The Limit (Black Tusk, Allfeather, High On Fire, Fistula)

Redefining The Darkness : Black Tusk

Kebanyakan metalhead mungkin boleh beranggapan bahwa musik sludge selalu identik dengan musik bertempo slow-paced. Tetapi mereka lupa bahwa musik sludge juga terpengaruh oleh musik-musik hardcore punk. Sehingga tidak menutup kemungkinan juga ada band sludge yang membawa kecepatan dan aggresitifitas musik hardcore punk ke dalam musiknya. Hal tersebut akhirnya terealisasikan oleh sekelompok band sludge yang memiliki ide semacam ini.

Berkunjung ke kota Georgia ada Black Tusk yang siap memborbardir telinga anda dengan racikan soundnya. Black Tusk mengkonsolidasikan komposisi sound Early-Sludge yang dibalut dengan bumbu riff-riff progressive layaknya Baroness, dan Mastodon. Bukan hanya itu saja Black Tusk menaikan “tempo adrenalin” musiknya menjadi 2x lebih cepat dari band-band NOLA sludge. Ketukan drum Black Tusk pun terkadang memberikan aura-aura thrashy. Sementara band sejenis High On Fire, Allfather , Fistula memiliki kasus yang serupa. Ketiganya terdengar lebih hardcore-ism dengan segala intensitas kecepatan, paced yang mereka mainkan namun tetap memeberikan nuansa sludgy yang kental.

Back To Nature (Meth Drinker, Moloch, Medicine Noose) & The Return Old Keeper (Come To Grief, Iron Monkey, Superjoint)

Redefining The Darkness : Meth Drinker

Meskipun sound sludge sudah banyak terkontaminasi dari unsur-unsur sub-metal. Tetapi masih ada beberapa band revivalis yang mau mempertahankan pakem awal dai musik sludge, dimana tetap mengandalkan kombinasi sound antara doom / stoner metal dengan sound hardcore punk. Meth Drinker bisa dijadikan contoh yang sangat baik yang menggambarkan band revivalis pengusung old school sludge. Meski Meth Drinker besar di Swiss dan jauh dari area NOLA & Amerika. Tetapi Meth Drinker seolah tau bagaimana cara “menghormati” para seniornya. Meth Drinker masih kukuh untuk tetap berkubang dalam kekotoran dari elemen musik early sludge. Meth Drinker juga sedikit banyak terpengaruh oleh Noothgrush, Grief, Eyehategod. Menyusul nama Meth Drinker revivalis sludge lainnya yang tetap mengibarkan bendera early sludgecore movements antara lain Moloch (U.K) & Medicine Noose (Germany).

Redefining The Darkness : Iron Monkey

Seoalah tidak mau kalah dengan para revivalist. 3 band old-keeper memutuskan untuk kembali muncul dan eksis setelah lama tidak terdengar gaungnya. Pertama ada legenda hidup sludge, Grief yang memtusukan kembali setelah 2009 lalu bubar. Grief kembali tampil dengan nama anyar, yakni Come To Grief. Come To Grief nama yang diambil dari salah satu judul lagu mereka. Meski di bawah nama anyar mereka masih tetap memberikan nunasa spirit early sludge metal yang slow, cult, dan terdengar menjengkelkan bagi metalhead yang hanya menggemari sound metal yang berkecepatan tinggi. Kemudian Iron Monkey turut menyudahi tidur panjangnya pada 2017 lalu. Mereka kemudian merilis album combeacknya di tahun tersebut yang berjudul “9-13”. Kemudian raksasa sludge lainnya yang kembali berkiprah yaitu Superjoint. Superjoint merupakan side-project dari Jimmy Bower (Gitaris Eyehategod) dan Phil H.anselmo (Pantera, Down, Scour). Keduanya juga dikenal sebagai salah satu tokoh sentral dalam NOLA metal scene.

Underground Movements

Redefining The Darkness : Elder Druid

Band-band sludge di atas mayoritas sudah cukup dikenal baik dalam ruang lingkup scene sludge itu sendiri ataupun scene metal secara global. Tetapi scene sludge juga masih sesak dibanjiri oleh segudang band-band underground yang tersebar di berbagai belahan negara di dunia. Polandia merupakan salah satu negara exportir scene undergorund sludge yang cukup massif di era sekarang. Band-band sludge yang berasal dari sana diantaranya ada Legalize Crime, O.D.R.A, Parh, Inverted Mind, 71TonMan, dan masih banyak lagi. Sementara Italia juga tidak bisa dianggap remeh dengan banyaknya pendatang-pendatang band sludge anyar yang lahir disana. Band-band seperti Naga, Void Of Sleep, Zolle, Otus, LaColpa merupakan produk asli dari negeri menara Pisa tersebut. Sementara di Negara lain, setidaknya ada beberapa band sludge revivalis yang muncul. Britania Raya memiliki Elder Druid dan Beggar. Menyebrang ke dataran Swedia ada Ocean Chief, Pyramido, dan Kongh.

Kemudian mendarat di Perancis ada Fange. Terakhir di negeri Belanda memiliki band yang berpotensi menjadi pillar penerus sludge yaitu Leechfeast.

Sludge Metal Local Heroes

Redefining The Darkness : SSSLOTHHH

Dikala scene sludge sudah menjamur ke wilayah yang lebih luas seperti negara-negara eropa, lantas bagaimanakah perkembangan scene sludge di Indonesia? mungkin secara kuantitas perkembangan sludge di Indonesia tidak bisa berbicara banyak dan tentu saja jumlahnya kalah jauh dengan scene extreme metal lainnya seperti brutal death metal, hardcore punk, dan black metal yang sudah menjamur lebih dulu, dan bahkan sudah menjadi “trendsetter” scene metal di Indonesia. Namun jika berbicara kualitas menurut saya scene “sludge” di Indonesia setidaknya sudah tidak bisa dipandang sebelah mata.

Bandung memiliki beberapa band sludge yang patut diperhitungkan namanya seperti SSSLOTHHH yang memiliki komposisi sound sludge metal yang ekploratif, dan experimental berkat banyaknya influence dan pengaruh dari berbagai band metal mulai dari Cult of luna, Neurosis, Godflesh, Pelican, dan early Mastodon. Selanjutnya ada Theist yang meskipun baru menelurkan sebuah album EP namun memberikan ancaman cukup serius dengan formulasi sound crust punk, old-school death metal dan sludge yang benar-benar mematikan. Kemudian ada kuintet sludge asal bandung lainnya, Oath yang kuat terpengaruh dengan sound Grief. Beberapa kota lainnya juga memiliki jagoan sludgenya masing-masing. Seperti di jakarta ada Godplant, kemudian Denpasar, Bali ada Cyclops. Sementara di Jawa Timur ada 2 jagoan sludge asal Surabaya yaitu Dhurma dan Abraham.

Verdict

Scene sludge sempat dan mungkin masih dianggap scene outsider oleh sebagian penggemar extreme metal. Hal tersebut dikarenakan sound lamban yang mereka ciptakan seutuhnya melawan arus scene extreme metal yang mayoritas pada saat itu dibanjiri dengan gelombang-gelombang early death & black metal, atau scene thrash yang ketiganya lebih berorientasi pada sound dengan intensitas tinggi, cepat, dan aggresif. Hal tersebut membuat kalangan metalhead sendiri pun merasa bingung dan tidak mengerti maksud dari komposisi, dan racikan sound sludge metal sehingga tidak jarang banyak yang membenci dan berujar bahwa musik sludge terdengar monoton, repetitif, dan tidak memiliki variasi.

Namun lain dulu lain kini scene sludge sudah sangat banyak digandrungi terbukti dengan semakin maraknya band-band anyar yang mengadopsi musik ini. Selain itu, hal lainnya yang bisa dijadikan tolak ukur dibalik perkembangan scene sludge yang tumbuh subur dikarenakan banyaknya eksplorasi,eksperimentasi dan eksploitasi yang sangat berpengaruh dalam memberikan warna-baru pada scene sludge entah itu dari sisi lirik, musik , ataupun visual yang diciptakan oleh masing-masing band.

Redefining The Darkness : Doom

Baca Juga : REDEFINING THE DARKNESS : COMPREHENSIVE STORY OF FRANCE BLACK METAL – PART I (LES LEGIONS NOIRES)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link