Soulreaper : Asupan Musik Tercadas di Indonesia (Eps – 02)
Soulreaper
Minggu ini nampaknya bukan minggu yang produktif bagi saya dalam menggali musik baru. Sepanjang minggu saya hanya mendengarkan ulang album-album favorit hip-hop lawas semasa SMP. Bahkan selama 2 hari penuh yaitu pada hari Selasa hingga Kamis. Sepanjang hari saya hanya mendengarkan album The 7 Day Theory dari Makaveli A.K.A 2PAC secara penuh. Saya tidak ingat pasti kapan terakhir kali saya mengalami fenomena earworm selama berhari-hari seperti ini. Namun yang itu sudah terjadi lama sekali ketika saya pertama kali mendengarkan Slayer beberapa tahun yang lalu.
Mungkin tidak ada masalah jika hal ini terjadi beberapa tahun yang lalu, Tetapi sekarang ini cukup menganggu produktifitas saya dalam menulis. Saya bahkan belum mendengarkan EP terbaru yang dikeluarkan band kesayangan saya, Insomium dan juga album terbaru dari legenda death metal asal Britania Raya, yakni Carcass. Padahal sudah jauh-jauh hari saya memposting berita perilisan kedua album tersebut lewat akun facebook saya.
Tetapi untunglah beberapa menjelang akhir pekan saya kembali antusias dan gairah untuk menggali banyak musik baru. Sehingga episode 2 Soulreaper ini akhirnya bisa saya tulis dan rampung pada hari minggu ini. Episode soulreaper kali ini tidak kalah dengan episode soulreaper sebelumnya. Soulreaper masih terus akan memberikan album-album metal yang siap menyelusuri setiap ruas jiwa, dan nadi anda untuk membangkitkan energi yang terpendam dalam diri anda. So kencangkan sabuk pengaman kalian kita akan berpetualang ke dalam dimensi dan geraman distorsi tanpa batas.
Dola – Czasy
Seperti layaknya santapan siang yang selalu dibuka dengan appetizer yang lezat, namun ringan. Ada baiknya playlist soulreaper kali ini juga dimulai dengan sesuatu yang “ringan” namun tidak mengacaukan konsep keseluruhan dari soulreaper. Saya pertama kali menemukan Dola ketika mereka merilis album perdananya setahun silam. Trio doom metal asal Polandia ini menawarkan komposisi musik doom yang psychotic dan trippy. Balutan elemen drone, post-metal, black metal, dark jazz hingga psychedelic secara impulisif mengisi rongga-rongga musiknya. Merasakan nuansa meditatif dibalik selubungan atmosfir yang ambient dan gloomy membuat album ini terasa personal.
Tetapi saya cukup tertegun kenapa Dola tidak masuk ke dalam databse Metal Archives. Entahlah mungkin karena mereka memang banyak menyisipkan extended part jamming akustik neo-folk. Sehingga bagi pihak MA band ini bukan sepenuhnya metal. Padahal jika ditelaah lebih jauh prosi akustik folk di setiap musiknya mengandung pemilihan chord progession yang gelap dan disonan. Kalian akan tetap mendengar visi chaotic yang beigtu menyelubungi seluruh elemen musiknya. Meskipun tidak banyak ditemukan dinding distorsi yang tebal. Tetapi Dola mampu menerjemahkan musik “ekstrim metal” ke bentuk manifestasi yang berbeda.
Vile Horrendous Aerial Bombardment – Sovereignty in Rubble
Semua orang setuju bila sebaiknya menghindari situasi-situasi kacau agar tidak membahayakan kondisi hidupnya. Tetapi bagaimana jika “kekacanauan” tersebut di replikasikan ke dalam sebuah bentukk seni abstrak? Tentu saja masih banyak orang yang akan menghindari dan menolak untuk mendengarkannya. Tetapi bagi yang sudah terbiasa bergumul dengan musik-musik dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Justru album-album seperti ini mereka jadikan sebuah media untuk meditasi dalam memulihkan jiwanya.
Didirikan di Northwest pada awal 2010’an. Vile Horrendous Aerial Bombardment menamai label dirinya dengan sebutan militan grinding noise. 3 kata yang menjinjikan bagi sebagian orang sudah cukup memberi penjalasan deskriptiif mengenai musik mereka. Bising, rancak, dan membabi buta dengan distorsi tanpa ampun. Anda ingin menyaksikan nuansa perang namun malas menonton film dokumenter? album ini bisa menjadi solusi. Raungan distorsi gitar yang padat dan gaung bisa digambarkan seperti laju bunyi mesin tank yang bising. Sementara gebukan d-beat yang eksplosif sudah pasti menggambarkan rentetan senjata api yang tiada habis menembaki musuhnya. Sementara elemen noisy yang dihasilkan dari efek feedback anggap saja seperti seorang tentara yang terkena efek ledakan flashbang.
Ghostheart Nebula – Ascension
Black Lion Records mungkin bukan merupakan label melodic death metal terbaik. Tetapi setidaknya bagi saya Black Lion Records memiliki track record yang cukup baik di salah satu medan sub-genre death metal ini. Sehingga ketika Black Lion Records mengumumkan roster barunya, Ghostheart Nebula yang merupakan band melodic death / doom. Saya tertarik untuk mencobanya apalagi artworknya yang cukup eye-catching.
Ghostheart Nebula membawa konsep melodic death metal dengan pendekatan yang lebih doomy bahkan bisa dikatakan masuk ke ranah funeral doom. Bagaimana Ghostheart Nebula lebih tertarik untuk membangun emosi-nya secara perlahan sehingga bisa mendapatkan atmosfir yang desperate dan melankolis yang terus membayangi sepanjang lagu. Selain piawai meramu nada-nada penuh emosi. Saya rasa album ini bukan termasuk album doom metal yang membosankan. Karena Ghostheart Nebula juga banyak meleburkan elemen-elemen classical, gothic sehingga keseluruhan album tidak hanya diisi oleh repitisi riff yang monoton.
Prsolov – Letter You’ll Never Read
Memang menyenangkan bila menggali band-band extreme metal anyar yang menawarkan konsep musik yang eksprimental dan berbeda. Tetapi terkadang tidak ada salahnya juga sedikit melongok pada generasi penerus yang masih mempertahankan spirit dari band-band sekolah lama. Prsolov mungkin bisa menjadi perhentian sejenak untuk melepas penat mendengarkan musik extreme metal dengan musikalitas yang berat. Lewat album debutnya ini one-man death roll asal ukraina ini menyajikan riff-riff death metal, thrash metal yang in your face dan straightfoward.
Tidak ada unsur-unsur avant-garde, atmospheric, atau apapun itu yang berhubungan dengan genre eksperimental. Prsolov hanya berfokus untuk menyajikan riff-riff banger dengan karakter sound yang bouncy dan groovy. Eksekusinya terdengar seperti persilangan antara dismember, exodus, kreator yang diberi style rekaman musik-musik modern groove metal.
Zvijer – Pod balkanskim noćnim nebom
Bosnia memiliki beragam band underground black metal yang potensial salah satunya Zvijer. Setelah mendapat respon yang cukup positif dikalangan scene underground bm atas pencapaian 2 album studio terdahulunya. Zvijer kembali di tahun ini dengan EP terbarunya. Zvijer masih menyajikan racikan sound black metal yang mengedepankan perpaduan aspek dari riffing-riffing melodius dengan dengan interval nada yang memberikan esensi grim dan diabolic. EP ini tidak hanya sekedar sebuah album pengusung sound norsecore belaka.
Tetapi Zvijer mampu mendorong musikalitasnya untuk menciptakan pattern-pattern riff yang memiliki warna yang lebih variasi. Bosnia juga memiliki kultur musik folk yang kuat, sehingga tidak ada alasan untuk Zvijer tidak melibatkan musik folk asal daerahnya tersebut. Zvijer berhasil menggabungkan aggresi black metal dengan elemen folk sehingga terdengar seperti sebuah hymne paganisme yang penuh dengan citra misantrophis dan aura negatif.
Baca Juga : Dungeontroll : Mournful Melodies of Ophior’s Grotto Review
Infiltrated Mankind – Inside The Apelike
Album ini cukup sering berseliweran di beranda fb saya, sehingga saya tertarik mencobanya. Menurut informasi ini merupakan album debut dari pasukan death metal asal Rusia, Infiltrated Mankind. Saya rasa seluruh aspek dari musik death metal tersaji dialbum ini semuanya. Brutal, aggresif, tetapi bisa menghasilkan komposisi musik yang teknikal nan kompleks secara bersamaan. Album ini mungkin bisa menjadi jalan tengah bagi para “cvlt” yang selalu mengeluhkan permainan death metal yang diselipi dengan banyak part-part solo gitar. Singkat kata album ini seperti mempertemukan Mass Infection, Decrepit Birth, Obscura, dan Spawn of Possessions ke dalam satu ruang linkup.
Hiljaisuus Vajoaa – Kaikkeuden ytimeen
Salah satu rilisan funeral doom yang berkualitas di tahun ini. Trio funeral doom asal Finlandia ini merampungkan album studio ke-2 nya yang berjudul Kaikkeuden ytimeen. Saya menyukai konsep musik funeral doom dengan yang lebih mengedepankan aspek atmosfir, dan emosi yang membawa level “epicness” ke dalam nuansa kesedihan yang mendalam seperti album ini. Kombinasi permainan tekstur antara lead-lead melodius dengan riffing yang berat berkarakter drony juga memberikan 2 sisi sound yang bisa dinikmati secara bersamaan. So setidaknya bisa digunakan untuk melakukan headbang secara perlahan meski nuansa depressif menyelubungi. Sebuah album yang sempurna sebagai pengantar lagu untuk menyerahkan nyawa pada tiang gantungan.
Deha – Fulgur et Morte
Jika harus menjuluki seorang Mike Patton di kancah black metal. Saya tidak ragu untuk menobatkan julukan tersebut pada Deha. Deha bukan hanya seorang musisi yang memiliki segudang side-project band. Tetapi juga dia sudah banyak memainkan jenis musik yang berbeda mulai death Metal, post metal, avant-garde black metal, funeral doom, dan lain sebagainya. Tetapi kali ini Deha merilis album terbarunya dengan band solonya sendiri dengan nama yang sama. Fulgur El Morte menjadi album studio ke-6 yang dirlis Deha tahun ini
Fulgur El Morte berisikan 2 lagu dengan berdurasi 55 menit. Setidaknya durasi album kali ini lebih manusiawi jika dibandingkan dengan album Summertime MMXXI yang mencapai 3 jam lebih. 2 lagu ini menampilkan musikalitas raw black metal deha yang super pekat. Semua tone instrumensasi baik vokal, gitar, bass, drum di tune-up dengan warna pekat yang serupa. Sehingga album ini murni sebuah pusaran kekuatan yang memncarkan energi gerhana total.
Issolei – Cilicium
Black metal mungkin sudah semakin berkembang di berbagai penjuru daerah. Tetapi norway masih mampu melahirkan band-band black metal bagus disana. Issolei mungkin bisa masuk ke dalam list tersebut. Issolei dengan bangga mempersembahkan album perdananya yang berjudul “Cilicum”. Ada sebuah kombinasi yang menarik disini. Isolei tidak hanya mengambil dan memadukan beragam fragment sound dari para old-keeper TNBM. tetapi juga memadukan unsur riffing dengan pemilihan sound yang dissonant. Terdengar sedikit tricky ketika kata-kata “dissonant” pada black metal sejatinya lebih mengarah pada karakteristik sound dari france maupun iceland black metal. Tetapi teknik vocal yang raspy, distorsi gitar yang icy, dan ketukan black’n roll mampu membuat dinding pembatas bahwa album ini masih memiliki cita rasa sound TNBM yang kental.
Mitochondrial Sun – Bodies and Gold
Saya rasa sudah tidak relevan lagi bila Mitchondrial Sun disebut sebagai side-project dari Niklas Sundin. Karena semenjak Niklas keluar dari Dark Tranquillity 2019 lalu. Mitchondrial Sun menjadi band utama yang digarap oleh Niklas. Selepas keluar dari DT, Niklas semakin aktif di bawah bendera Mitchondrial Sun. Setelah setahun lalu dia merilis 2 buah album full-length. Kali ini NIklas merilis EP nya yang brtajuk “Bodies And Gold”.
Tentu ini merupakan bentuk manifestasi berbeda yang disalurkan oleh Niklas ketika bersama DT. Bersama Mithocondrion, Niklas menunangkan ide dan kreasi musikalitasnya ke dalam bentuk musik yang lebih emotif. Hamparan elemen musik dark ambient yang diproyeksikan dengan sentuhan musik klasik, dan turunan musik elektronik memberikan sebuah sisi dimensi perjalanan baru yang belum pernah ditunjukan Niklas ketika bersama DT. Tetapi bagusnya, Niklas membuat musiknya tidak melebar kemana-mana. Sehingga ini bukan merupakan sebuah album yang experimental dengan mencoba membangun berbagai refleksi nuansa yang berbeda. Tujuan Niklas dari awal sudah jelas untuk membuat musik yang cinematic, dibalut dengan pace yang lamban dan moody.
Baca Juga : Soulreaper : Asupan Musik Tercadas di Indonesia (Eps – 01)