20 Album Dalam 5 Menit – Raw Black Metal
Sejak kemunculan pertamanya pada 4 dekade silam, black metal selalu berpandangan sinis terhadap ketenaran dan kemapanan. Sayangnya, pengalaman mengajarkan kami bahwa kultur alternatif hanyalah antrian panjang yang bila waktunya tiba akan bertransformasi menjadi kultur yang mapan dan tenar berikutnya (lihat vaporwave, punk, hardcore punk, soundcloud hip-hop, hyperpop). Segelintir penggiat seni black metal yang sadar akan hal itu, membuat gerakan separatis di bawah nama bendera “raw black metal” dalam misi mengembalikan kodrati awal black metal yang seharusnya jauh dari hiruk pikuk kehidupan normal, dan menjadi sangat terkucilkan, dikarenakan stigma-stigma negatif yang terus dibiarkan melekat begitu saja.
Selain menjadi sarang bagi pihak oposisi kepercayaan relijiusitas dan tempat bersemayam yang nyaman bagi penganut sudut politik yang ekstrem, hal lain yang membuat orang memalingkan wajah dari black metal adalah produksi musiknya yang kasar, abrasif, dan menghajar membran timpani dengan kebisingan yang menusuk. Unsur itu yang malah semakin ditingkatkan dalam ranah raw black metal, bahkan ironisnya mereka memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini untuk membuat musik yang justru sangat terkesan teknofobia.
Membuat rekaman maupun permainan musik mereka terkesan amatir, repetitif, dan minimalis dalam hal produksi dan aransemen. Vokal yang berteriak nyaring pada mikrofon seadanya dan menghasilkan pixel suara yang begitu pecah. Peminat raw black metal saat ini berkembang begitu pesat dan 20 band di bawah hanyalah sepersekian bukti bahwa dari balik ruang bawah tanah yang gelap tersimpan begitu banyak potensi seni yang merangkak dibalik kegelapan.
Obsidian – Into the Depths of the Shadow
Tema vampirisme black metal telah ada sejak kultus black metal Prancis, LLN berdiri. Tetapi jarang seperti Obsidian yang benar-benar menggunakan piano bernuansa romantisme sebagai instrumental tunggal untuk mengiringinya berteriak. Vokal bahkan dibiarkan berdiri jauh berada di paling belakang, dan membiarkan musiknya terselubung oleh kabut-kabut melodi yang mencekam.
Kiukinberg – Adorn My Flesh in Shadows
Ini adalah tipe black metal yang umumnya dipikirkan orang. Tempo yang cepat, riff dan pukulan drum yang sangat menonjok wajah, dan belokan-belokan tajam dari gaya musik punk / d-beat hadir di sini. Tarikan vokal Ariale yang serak namun memiliki pitch tinggi membuat Kiukinberg seperti dikomandoi oleh vokalis bergenre Riot Grrrl.
Devouring Famine – Haunting Echoes
Ada kalanya raw black metal juga menampilkan sisi yang lebih mendayu-dayu dan melankolis seperti ini. Dengan struktur riff sebagai primadona utama, Devouring Famine juga mendekor aransemen musiknya dengan melodi-melodi gitar yang terkesan sloppy dan sumbang ke luar dari akar nada dasar. Akan tetapi itu yang justru memberikan ekstra kengerian daripada musiknya.
Miséricorde – Le Loup Des Ruines
Produksi gitar super tajam dan pedas, hingga sulit membedakan mana aksen rff atau mana hanya sebatas deburan noise yang dihasilkan dari instrumen. Sebuah album yang mengisahkan pengasingan seorang ksatria werewolf pada abad medieval. Menancapkan bebunyian synth yang bersinar di tengah keramaian dan hembusan fatamorgana literatur puisi Prancis untuk mengisahkan pengasingan yang begitu pedih dan nestapa.
Nocturnal Prayer – Mutilation On The Bed Of Winter
Berisi kidung dan kumpulan doa malam yang sama menjijikannya dengan tragedi wabah hitam. Ini seperti penuturan black metal bergaya Norwegia yang memainkan pertukaran antara vokal kikir dan melodi-melodi yang tragis dan dingin.
Haatkou – Shades of the New Dawn
Suara yang paling primitif dan kasar dari jajaran album lainnya. Seperti direkam pada sebuah gua raksasa dan memukul-mukul batu cadas disekitar sebagai alat drum perkusinya. Tetapi harus diakui mereka membuat melodi-melodi dingin yang mampu mencapai titik beku dan terasa begitu adiktif.
Äkth Gánahëth – Grógaldr / Äkth Gánahëth
Agak berbeda dengan punggawa black metal Islandia lainnya yang bermain melodi miring berefek dissonant dan aroma psychedelic. Riff-riff yang sangat kental dengan pengaruh gaya black metal Amerika atau band semacam Shining. Rekaman yang terdengar cukup bersahabat bila dibandingkan dengan jajaran raw black metal lainnya.
Inferno Requiem – Shanhai
Mungkin terdengar sedikit “penghinaan” terhadap raw black metal dengan memasukan suara bass kick drum yang lebih bombastis. Tetapi kultus black metal asal Taiwan ini membayarnya dengan serangan keji riff yang terdengar begitu murka dan vokal yang sepenuhnya mengeluarkan aura kedengkian.
Mossen – Mossen
Sebaiknya jangan terkecoh dengan sampul gambar mereka yang terlihat teduh dan mempesona. Gitar yang langsung ditancapkan pada pedal distorsi, jelas membuat gulungan kebisingan yang tiada habisnya. Namun dibalik himpitan ultra noise, tersimpan melodi-melodi yang membawa pada medan perang dengan gagah perkasa.
Dark Desires – The Wanderer and His Shadow
Meski didasari oleh riff dan chord yang serupa, namun penulisan melodi yang kuat setidaknya membuat musiknya menjadi lebih dinamis dan tidak membosankan. Terdengar seperti gaya black metal gelombang ke-2, dengan gaya produksi rekaman musik yang memberikan sedikit pengampunan pada indra pendengaran. Meski kasar, tetapi filterisasi noise dapat ditolerir dan instrumen mendapatkan ruangannya masing-masing.
Mons Veneris – Inversados d’Um Abismo de Podridão
Apakah kompleksitas aransemen dan raw black metal selalu berseberangan? Nyatanya tidak di tangan Mons Veneris. Melodi gitar dissonant yang membutuhkan perhatian lebih khusus. Musiknya merentang dari serangan membabi buta, hingga perundungan yang bersifat pesimistik. Mereka mengaku sangat terpengaruh dengan gerakan kultus black metal 90’an di Prancis, Les Legion Noires (LLN).
Adati – Panembahan Senapati Jumeneng Ratu ing Nagari Mataram
Skena black metal lokal saat ini sedang digempur oleh berbagai gerakan proyek black metal satu orang yang misterius. Bahkan telah membuat penikmat bertanya-tanya siapa orang dibalik semua moniker misterius ini? Adati adalah salah satunya dan nampaknya membawa tema seputaran peristiwa yang terjadi di mataram dengan melodi-melodi yang penuh dengan kemuliaan dan kemenangan.
Oerheks – Cagghenvinna
Menjadi atmosferik dan melodius bukan suatu yang hina dalam raw black metal. Asalkan itu bisa dikendalikan untuk menciptakan nuansa musik yang jauh lebih mengerikan seperti yang diperbuat Oerheks. Memainkan melodi dengan multi layer yang dilapisi oleh nada-nada tidak beraturan. Drum bergemuruh dengan tipis menghujani teriakan vokal yang penuh siksaan.
Nightgaunt – Visitant
Ini merupakan tipikal black metal yang berpotensi memiliki repetisi pemutaran yang banyak dan tahan lama. Penulisan melodi yang kuat dan berkelok seperti ini sangat menunjang untuk memberikan dinamika pada lagu yang berdurasi panjang. Suara vokal terasa lebih suram dan memilih pendekatan yang memekik daripada berteriak.
Somme – Prussian Blood
Somme masih mempertahankan tradisi para leluhur finnish black metal. Membuat bagian gitar memiliki bagian layer ganda yang diisi oleh riff beringas dan menyisipkan melodi-melodi kelam yang menjuntai. Tetapi dengan narasi lirik bertemakan perang dunia pertama, seringkali mengubah alunan musiknya menjadi lebih berapi-api.
Abhartach – Reigning in the Sky of Fire
Album paradoks dari yang menjadi sebuah mahakarya black metal mentah dan tanpa ampun, namun tetap ingin mempertahankan kilauan synth bernuansa ambient yang meditatif. Dengan penaplikasian daripada tremolo rif yang terdengar lebih rapat dan instrumen yang begitu melebur satu dengan lainnya, membuat peranan vokal dirasa begitu terpinggirkan di sini.
Grole – With a Pike Upon My Shoulder
Grole seringkali membuat gaya melodi tunggal sebagai pembukaan lagu, dan memiliki kombinasi suara punk dan black metal yang terkadang bergeser dari ledakan blast-beat menuju lagu bertempo mid yang dipersenjatai oleh ketukan groovy drum dan 3 langkah pergeseran power chord sebagai pengiring yang statis. Gaya rekaman yang sangat amat terkesan analog.
Black Kruud – Elemental Cremation
Salah satu mahakarya yang masih begitu senantiasa menaburkan kecepatan ekstrim dan kekuatan vokal yang sangat lantang dan bergairah. Gitar yang diasah lebih tajam dan pedas dengan aksen distorsi suaranya yang masih terdengar jelas.
Крошка Нетопырь и Малыш Мёртвая Голова – Волшебные Рассказы о Былом и Небывалом
Suara yang sepenuhnya mentah dan telah ditambal sulam dengan elemen noise, ketukan drum yang begitu punk, dan menggunakan kekuatan reverb seadanya yang hanya memanfaatkan ruang kosong di basement atau bawah tanah. Riff yang kadang bergeser pada arah yang bersifat atmosferik dengan transisi yang memukau dan tidak membosankan.
Evilfeast – Isenheimen
Raw black metal bukan seniman bodoh yang tidak memahami artinya penerapan dinamika dan pentingnya pergolakan emosional dalam setiap lagu. Mereka seringkali menambahkan interlude dungeon synth untuk mencairkan suasana sejenak, sebelum akhirnya melodi-melodi berkabut mulai mengitari aransemen. Suara reverb dan tata pengaturan yang lebih professional.
Baca Juga : 20 Album Dalam 5 Menit – Hyperpop