daily playlistFeatures

Playlist That I Discovered Today : Xavier Diaz-Latorre, Ayano Kaneko, Niveum, ISON

Playlist That I Discovered Today : Xavier Diaz-Latorre, Ayano Kaneko, Niveum, ISON

Sesuai dengan tujuan awal saya mendirikan website ini. Indonesian’s Most Wanted selalu berusaha untuk memberikan rekomendasi musik baru dan fresh setiap harinya. Maka dari itu saya menambah series ini ke dalam agenda harian. Pada section ini saya akan mendeskripsikan dan memberikan album-album yang saya temukan selama seharian penuh.

Genre musik yang diposting bisa bermacam-macam tergantung mood, dan pemikiran abstrak saya dalam mencari musik-musik baru. Sehingga mungkin seluruh section ini terlihat seperti sebuah misteri box. Saya juga akan menceritakan setiap albumnya dengan menggunakan sudut pandang first impression. So mungkin jika kalian bisa menggali lebih dalam lagi dari masing-masing album. Kalian bisa menemukan esensi tersendiri yang mungkin berbeda dengan pandangan saya. Ok tanpa berlama-lama lagi berikut album-album yang saya temukan hari ini.

Francesco da Milano: Il Libro della Fortuna, Napoli 1536 – Xavier Diaz-Latorre

Playlist : Xavier Diaz Latorre

Xavier Diaz-Latorre gitaris classical kelahiran spanyol merilis album terbarunya tahun ini. Album teranyar Xavier berjudul “Francesco da Milano: Il Libro della Fortuna, Napoli 1536” dan dirilis via Cantus Records. Pada album ini Xavier mengkomposisi ulang karya-karya milik seorang komposer asal Italia bernama “Francesco da Milano”. Francesco lahir sekitar pada abad 14-15. Sehingga dia termasuk sebagai komposer musik pada abad renaisans atau abad medieval. Xavier ingin mempertahankan nuansa dan kekhasan dari musik abad pertengahan. Sehingga dia tidak secara egois memainkan seluruh canto yang ada dengan menggunakan gitarnya. Maka dari itu, Xavier mengundang beberapa musisi lainnya yang memang ahli dalam memainkan alat-alat musik khas abad pertengahan.

Xavier mengundang Carlos González sebagai pemain viola da mano tenor, Patrick Hoopmans sebagai pemain viola da mano baja, dan Grant Tomlinson sebagai pemain renaissance lute. Ini berarti Xavier tidak hanya memainkan ulang karya karya Milano tetapi juga mampu merestorasinya dengan gaya baru. Jika mayoritas karya-karya Francesco hanya dimainkan oleh lute. Di tangan Xavier, karya Francesco jauh lebih berwarna dan memiliki kedalaman emosional yang lebih karena perpaduan harmoni dari beragam timbre yang dihasilkan.

Niveum – Colors

Playlist : Niveum

Mungkin jika kalian mengenal istilah vaporwave genre musik yang berkembang pada awal dekade 2010’an. Album ini bisa masuk dikategorikan ke dalam genre musik tersebut. Tetapi album ini memberikan kesan yang lebih dari hanya sekedar kolase lagu-lagu elevator. Tetapi “Colors” bisa menggambarkan nuansa, dan aura dari imajinasi kehidupan retro-futuristik secara utuh lewat musiknya. Warna aestetik musiknya pun terbilang unik, tidak hanya mengkonsolidasikan elemen vaporwave dengan jenis musik lainnya. Tetapi berkat kolbaorasi beat yang dihasilkan dari warna musik future funk dan nu-disco membuat “Colors” juga bisa membuka nuansa lainnya selain hanya menyajikan nuansa retro-futuristik.

Beat-beat groovy, banger, dan warm yang dihasilkan. Secara tidak langsung telah membuat sebuah siluet yang memberikan pandangan jingga mengenai susana sunset di tepi pantai tropis.

Niveum – Colors Bandcamp

Baca Juga : Playlist That I Discovered Today : Kal-El, Vale, Latitudes, Gallows Hymn

Ison – Aurora

Playlist : Ison

Menemukan album ini sepertinya telah membuka imajinasi saya sejenak untuk melakukan time traveling dan mengarungi perjalanan kosmis yang gelap dan penuh misteri. Dilihat dari sedikit sejarahnya, “Aurora” merupakan album studio ke-4 dari Ison. Bisa dibilang album ini merupakan emulsi dari beragam musik kemudian dikonversi menjadi sebuah pusaran energi gelap yang kuat. Musik shoegaze, dan post-rock yang biasanya memiliki atmosfir yang lebih bright dan kelabu. Ditangan Ison disulap menjadi berwarna pekat karena dileburkan dengan zat-zat darkwave, goth, drone, ambient, hingga riffing-riffing sludgy dan black metal.

Semuanya berputar dalam satu pusaran dan menciptakan formula musik crescendo yang menakjubkan. Sementara jika membedah segi vokal anda akan lebih terkejut lagi, dimana kali ini Daniel Änghede selaku motor band mengundang sekaligus 8 vokalis berbeda. Sehingga membawa sebuah warna suara yang lebih melodius tetapi sekaligus memberikan panorama yang gloomy dan gothic berkat warna vokal yang dihasilkan masing-masing vokalis.

Ison – Aurora Bandcamp

カネコアヤノ [Ayano Kaneko] – 燦々[Sansan]

Playlist : Ayano Kaneko

Setelah mengarungi perjalanan berbagai dimensi yang cukup melelahkan. Mungkin album ini bisa merefresh dan mereset otak kembali ke keadaan sekitar. Ayano Koneko merupakan seorang vokalis indie-pop, folk kelahiran Jepang. Ya tidak seperti ketiga album sebelumnya, album “燦々” lebih menawarkan perjalanan musik lebih casual dan santai. Ayano meramu perpaduan beragam elemen musik mulai dari psych, dream pop, jazz, folk dan mampu mengsimplifikasi formula musik yang ada menjadi sebuah album pop yang catchy, juicy, dan easy going.

Entah hanya perasaan saya atau tidak, tetapi album ini sepertinya terpengaruh juga dengan band-band rock lawas seperti “The Police”, “The Beatles”. Memang tidak diambil template musiknya secara keseluruhan. Mungkin Ayano hanya mengekstrasi beberapa elemen yang dirasa cocok saja dengan warna musiknya.

Baca Juga : Musisi Lokal Yang Wajib Didengar : Alienslaugtherexisted, Inkpinku, Sorem, Jemala, Egoism

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link