1996ClassicHip HopReviews

Makaveli : The Don Killuminati (The 7 Days Theory) Review

Makaveli : album cover

Makaveli sanggup mengubah luka, amarah, dan kesedihanya menjadi sebuah nilai seni artistik yang fenomenal. 15 tahun pasca kepergiannya seluruh ucapan yang diluapkan dari jiwanya yang paling mendalam masih terasa nyata dan jujur dalam menyikapi kehidupan yang fana ini.

12 Oktober, 1995 merupakan salah satu hari paling bersejarah dalam dunia hip hop. Tupac Amaru Shakur (2PAC) dinyatakan bebas dari penjara setelah menjalani masa hukumanya selama 8 bulan atas dugaan kasus pemerkosaan. Suge Knight sang CEO label rekaman Death Row yang menjamin pembebasan 2PAC dengan mengajukan beberapa syarat kepada rapper kelahiran asal New York tersebut. Suge Knight bersedia membayar jaminan pembebasan 2PAC sebesar 1.4 juta dollar dengan syarat dia harus bersedia bergabung bersama Death Row. Tidak sampai disitu, 2PAC juga harus merilis 3 album studio di bawah Death Row dengan nilai kontrak mencapai 3.5 juta dollar. Tanpa berpikir lebih lama lagi 2PAC menandatangani kontrak tersebut untuk bergabung bersama aliansi Death Row.

Selepas keluar dari penjara, 2PAC langsung meluncur ke California untuk mengerjakan album studio terbarunya. 2PAC menunjukan etos kerja yang luar biasa dan berbeda dari sebelumnya. Menurut Kurupt, 2PAC bahkan bersedia bekerja di studio selama seminggu penuh dan mampu menulis lirik untuk 3 lagu per harinya. Hasilnya 2PAC melepas “All Eyez On Me” pada Februari 1996, dan hanya berjarak 4 bulan setelah 2PAC keluar dari penjara. “All Eyez On Me” juga merupakan double album hip hop pertama, dimana di dalamnya berisikan 27 buah lagu. Album “All Eyez on Me” sukses besar, dan album ini terjual sebanyak 556 ribu kopi di minggu pertama penjualannya. Namun sesuai dengan kesepkatan awal 2PAC bersama Death Row. Dia harus merilis satu buah album studio lagi untuk Death Row.

2PAC kemudian ingin memenuhi kontraknya bersama Death Row dengan merilis album ketiganya di bawah Death Row. Berbeda dari album sebelumnya, 2PAC ingin menghadirkan sesuatu yang baru. 2PAC memutuskan untuk merubah nama panggungnya menjadi Makaveli. Tetapi sebelum mengetahui alasan mengapa 2PAC merubah nama panggungnya menjadi Makaveli kita harus melakukan kilas balik sejenak. Ketika 2PAC berada di dalam penjara, dia mengalami masa-masa paling depresi dan suram dalam hidupnya. Selepas kasus penembakan Quad Studio pada 1994 dan tuduhan kasus pemerkosaan yang menimpa dirinya. Melalui sebuah interview 2PAC mengaku bahwa dirinya merasa dikhianati oleh kawan-kawan terdekatnya. Saat itu pandangan 2PAC terhadap dunia berubah secara drastis. 2PAC kemudian mulai membaca dan mendalami seorang tokoh bernama Niccoliò Machiavelli. Niccoliò Machiavelli merupakan seorang filsuf Italia yang memalsukan kematianya demi mengelabui para musuhnya. Hal itulah yang membuat 2PAC terinspirasi dengan aksi Niccolio dan memutuskan merubah nama panggungnya menjadi Makaveli.

Makaveli : the don

The Don Killuminati (The 7 Days Theory) merupakan album pertama bagi 2PAC dengan nama moniker barunya, Makaveli. Album ini dirilis pada 5 November 1996 2 bulan setelah 2PAC tewas ditembak di L.A pada September 1996. Pada saat album ini dirilis, mulai bermunculan teori-teori konspirasi bersamaan dengan kematian 2PAC. Anak dari Suge Knight berusaha meyakinkan publik, bahwa 2PAC saat ini masih hidup dan sedang memalsukan kematiannya percis seperti yang dilakukan oleh Niccoliò Machiavelli. Kemudian muncul berbagai konspirasi miring tentang 2PAC yang disebut dengan “The 7 Days Theory“. Untungnya seluruh rumor miring tersebut hanya sebatas konspirasi fanmade. Sebelum meninggal 2PAC menjelaskan bahwa makna di balik ” The 7 Days Theory” adalah waktu pengerjaan album ini yang dia selesaikan hanya dalam waktu 7 hari.

Perbedaan besar antara album “The Don Killuminati (The 7 Days Theory)” dan “All Eyez On Me” terletak pada personal konteks dari seorang 2PAC atau Makaveli. “All Eyez On Me” menjadi album transit bagi 2PAC untuk merubah personalitas dirinya yang semula merupakan seorang aktivis menjadi seorang prajurit yang rela berperang demi Death Row. “All Eyez On Me” secara keseluruhan menampilkan essensi mengenai kultur west-coast hip hop dan agenda Death Row. 2PAC seolah memiliki misi untuk mempertegas bahwa West Coast Hip hop berkuasa dan tidak ada yang mampu menggulingkannya.

Sedangkan The Don Killuminati (The 7 Days Theory) lebih bercerita mengenai agenda dan personalitas diri seorang 2PAC sebagai Makaveli. Album ini bahkan bisa dibilang dikerjakan secara semi-Indipendent. 2PAC merekam album ini secara privat tanpa banyak melibatkan tim dari Death Row. Apalagi selepas Dr.Dre meninggalkan Death Row, 2PAC memilih merekut produser underrated. 2PAC kembali menampilkan sisi emosionalnya yang dituangkan ke dalam sebuah album penuh. Terakhir kali 2PAC melakukan hal serupa pada album “Me Against The World” yang dibalut dengan rasa kesedihan dan frustasinya. Tetapi karena role 2PAC sebagai Makaveli dengan kepribadian yang berbeda. Dia lebih melibatkan emosi kemarahan, dan kebencian yang membara terhadap para musuhnya.

Tidak heran jika secara musikalitas album ini terkesan lebih “raw” dibandingkan jajaran album 2PAC lainnya. Pemilihan beat yang lebih “kotor” dan mungkin tidak terdengar “ramah” untuk ranah mainstream seandainya album ini bukan dirilis oleh 2PAC. Sementara dalam penulisan lirik, 2PAC menggunakan kata-kata yang frontal, tanpa banyak melibatkan metafora-metafora puitis. Semua lirik ditulis dengan straight to the point.

Baca Juga : Nas : King Disease II Review

Makaveli : 3PAC

Bomb First (My Second Reply)” membuka album dengan sebuah intro press release yang memiliki pesan kuat melakukan konfrotasi terhadap seluruh “musuh” 2PAC. Lewat track ini, 2PAC menjelaskan album Makaveli merupakan “balasan kedua”, setelah sebelumnya dia merilis single “Hit’Em Up” sebagai “balasan pertama”. Seperti single “Hit’Em Up”, 2PAC menargetkan untuk melakukan pelecehan atau dissing pada beberapa Rapper New York dengan menyebut namanya secara langsung. Namun kali ini 2PAC menambah daftar nama-nama yang menjadi musuhnya. NAS dan Jay-Z menjadi target berikutnya setelah 2PAC lebih dulu melakukan dissing terhadap Biggie, Puffy, dan Mobb Deep. Terinspirasi dari beat hip hop New York, instrument pada track ini mengeluarkan dentingan piano yang terkesan suram. Sementara beat yang berjalan terdengar disturbing jika dibandingkan lagu 2PAC lainnya yang identik dengan groovy warm beat.

Tidak terlalu bagus secara struktur lagu, Tetapi lirik yang terkadung pada lagu ini seperti sebuah roadmap perang dengan pemetaan yang jelas. 2PAC menjelaskan misinya secara keseluruhan. Kemudian dia juga mengklaim bahwa dirinya seorang yang mampu menulis lirik-lirik spiritual seperti kitab Quran. E.D.I Mean, dan Young Nobble dan beserta personil “The Outlawz” lainnya menyatakan kesdiannya untuk menjadi tentara bagi 2PAC dan siap “berperang” bersama melawan musuh-musuhnya.

“Hail Mary” sebagai ajang pembuktian 2PAC bahwa dirinya masih sanggup menghasilkan lagu hip hop yang anthemic dan essential meski dengan format yang berbeda. Lagu ini memancarkan persona yang horror, dark, dan creepy. Sementara scene Detroit hip hop yang menciptakan term “horrorcore”. “Hail Mary” secara tidak langsung yang membawa term “horrorcore” ke ranah lebih mainstream. Perpaduan beat groovy dengan sampling nada-nada baroq kathedral memberikan ruh musik yang terdengar lebih spiritual. Secara konten keseluruhan lagu ini terdengar solid, Yaki Kadafi meski hanya mengisi pada verse akhir, tetapi delivering dan voice nya yang khas sudah lebih dari cukup untuk dijadikan additional point untuk lagu ini.

“Toss it Up” & “To Live & Die in La” meupakan 2 lagu yang dijadikan single untuk album ini. Tidak heran karena kedua track ini memiliki orientasi yang lebih pop-ish secara struktur lagu, beat maupun hook. “Toss It Up” lagu yang lebih cocok jika seandainya masuk dalam album “All Eyez On Me”. Terdengar lebih groovy, dengan khas beat-beat G-funk, Sementara chorus Danny Boy & Jojo yang menjembatani verse 1 & verse 2 pac menjalankan tugasnya dengan menghasilkan hook R&B yang catchy dan danceable. Tetapi emosi anger dari 2PAC nampaknya masih melekat di lagu ini meski lagu ini secara keseluruhan memiliki vibes yang lebih romantic dan joyfull.

Pada verse 2, 2Pac merubah lagu bernuansa romantic ini menjadi sebuah lagu diss yang frontal dan mematikan. Kali ini 2PAC menyerang Dr.Dre yang juga merupakan mantan rekannya di Death Row. Menurut kabar, 2PAC geram terhadap Dr.Dre karena dia pergi meninggalkan Death Row. Sehingga dia mengambil sampling dari lagu Dr.Dre berjudul “No Diggity” untuk digunakan pada “Toss it Up” sebagai senjata untuk menyerang Dre. Mungkin liriknya tidak seganas lagu “Real muthaphuckkin g’s” karena Eazy-E memang menulis lagu itu secara khusus untuk menyerang Dr. Dre. Tetapi delivering emosional dari 2PAC yang menyinggung secara langsung mengenai ranah sexual dan tempat asal Dre nampaknya sudah cukup membuat Dr.Dre merasa “terhina”.

Baca Juga : Hip Hop 2021 Chartlist

No longer Dre Day: arrivederci!
Blown and forgotten, rotten for plotting child’s play
Check your sexuality, as fruity as this Alizé
Quick to jump ship, punk trick, what a dumb move
Cross Death Row, now who you gonna run to?
Laugh at you suckers ’cause you similar
Pretending to be hard, oh my God, check your temperature
Screaming “Compton”, but you can’t return, you ain’t heard?
Brothers pissed ’cause you switched and escaped to the burbs

“To Live & Die in La” menawarkan sesuatu yang lebih relaxing, smooth, dan enjoyable. Sebuah sequel track dari “California Love” tetapi memberikan pesona yang sedikit berbeda. Jika “California Love” cocok digunakan sebagai lagu pesta dansa di California pada malam hari. “To Live & Die in La” lebih cocok digunakan sebagai soundtrack d isiang hari sambil mengelilingi kota California yang cerah. Bassline yang membentuk sound “sunny warm”, dan hook vokal Val Young memberikan aura positif, cerah dan gembira pada lagu ini. Satu-satunya lagu yang tidak menampilkan personalitas 2PAC sebagai Makaveli, dimana dia lebih menceritakan keadaan kota yang dicintainya yakni California.

Sudah cukup disuguhkan 2 track dengan lirik yang ringan, “Blasphemy” kembali berfokus pada tujuan awal album Makaveli ini dibuat. “Blasphemy” merupakan track paling “berat” jika dibedah dari sisi liriknya karena memiliki persepsi yang multitafsir. Lagu ini seperti merangkum inti sari dari filosofis kehidupan menjadi 3 rap verse. Sebuah lagu yang bisa dibilang seperti “autobiografi” yang tertulis secara utuh mengenai pandangan, dan ekspresi emosional 2PAC. Pada verse pertama, 2PAC menunjukan relasi yang berbeda terhadap sang ayah. Awalnya 2PAC yang membenci sosok figur ayahnya karena telah menelantarkan dirinya bersama ibunya. Tetapi perkembangan pola berpikir 2PAC dan pengalamannya yang langsung bertemu dengan sang ayah sepertinya telah merubah cara pandang terhadap ayahnya. Dia bahkan sangat memegang teguh nasihat yang diberikan sang ayah.

My family tree, consists of drug dealers, thugs and killers
Strugglin; known to hustle; screamin fuck they feelings
I got advice from my father, all he told me was this
Ni**a, get off your ass if you plan to be rich

Tetapi di bait selanjutnya 2PAC kembali bertransformasi menjadi sang prophet dan membagikan 2 nasihat besarnya dari 10 nasihat yang ada. Kebanyakan orang percaya 10 nasihat tersebut diambil dari 10 perintah Allah. Tetapi yang saya yakini 10 nasihat yang dimaksud 2PAC adalah visi misi dari organisasi Black Panther. 2PAC juga menjelaskan akronim dari M.O.B yang dimaksud di track ini.

There’s ten rules to the game, but I’ll share with you two
Know ni**as gon’ hate you for whatever you do
Now, rule one: get your cash on, M.O.B.
That’s Money Over Bitches, ’cause they breed envy
Now, rule two is a hard one: watch for phonies
Keep your enemies close, ni**a, watch your homies”

Pada akhir verse 2 lagu “Blasphemy” merupakan line yang paling kontroversial dari isi keseluruhan lagu ini. Bait lirik yang langsung merefleksikan makna dari “Blasphemy” karena 2PAC memberikan gambaran bahwa Tuhan merupakan seorang wanita yang membutuhkan waktu lebih lama untuk bersolek sebelum tiba di Jerusalem. Entah apakah terdengar seperti sebuah “dark jokes” atau sindiran yang keras, tetapi 2PAC sendiri memiliki keyakinan berbeda tentang konsep Tuhan dan afterlife. Pada sesi interviewnya bersama Vibe, dia meyakini bahwa Tuhan, surga dan neraka berada dalam kehidupan kita sehari-hari. Dia menjelaskan bahwa semakin baik orang akan semakin dekat dengan Tuhannya dan terjadi hal sebaliknya. Dia juga menambahkan bahwa surga dan neraka adalah gambaran kejadian sehari-hari antara yang menyenangkan atau juga kejadian yang mengerikan.

Still bullshittin’, ni**as in Jerusalem waitin’ for signs
God comin’, she’s just takin’ her time (haha!)

Pada pembukaan verse 3 lagu “Blasphemy” menjawab sudah seluruh teka-teki mengenai mengapa 2PAC memberi judul lagu ini “Blasphemy” atau orang-orang yang tersulut mengenai album cover dari album ini. 2PAC mempercayai eksitensi Tuhan tapi dia sangat marah dan geram terhadap sistem agama yang ada saat ini. Kembali pada intro track “Blasphemy” ketika track dibuka dengan lantunan khotbah tapi dengan vokal yang evil dan menyeramkan. Seperti mengisyaratkan bahwa dibalik ucapan sang manis pendeta, ada pribadi yang jahat dan munafik tersirat di dalam hatinya. 2PAC juga pernah menjelaskan hal serupa pada sesi interview VIBE ketika sistem gereja yang corrupt telah membuat para anak yang tumbuh di lingkungan kemiskinan sulit untuk mempercayai keberadaan Tuhan. Mereka (pihak gereja) selalu membicarakan hal kemewahan, mengelola uang besar tetapi tidak pernah mau membantu orang-orang yang membutuhkan di sekitarnya.

The preacher want me buried, why? ‘Cause I know he a liar
Have you ever seen a crackhead? That’s eternal fire
Why you got these kids’ minds thinkin’ that they evil?
While the preacher bein’ freaky, you say, “honor God’s people”
Should we cry when the Pope die? My request:
We should cry if they cried when we buried Malcolm X

“Life of an Outlaw” merupakan track yang lebih banyak menceritakan The Outlawz, grup hip hop yang dibentuk dan dibina langsung oleh 2PAC. Tentu pada lagu ini 2PAC memberikan “panggungnya” kepada para personil The Outlawz untuk saling melemparkan bar rhymenya. Pada sektor instrument saya memiliki rasa yang campur aduk di lagu ini. Bassline groovy yang menonjol di album menghasilkan melody-melody yang enjoyable dan memorable. Tetapi penempatan hi-hat rolland TR-808 terkesan menganggu dan tidak pas.

“Just Like Daddy” lagu lainnya yang dijadikan moment promotional 2PAC terhadap The Outlawz. Disini 2PAC bertindak seperti seorang sosok figur ayah yang mengajari anak-anaknya yakni The Outlawz dalam berbuat hal yang benar, dalam kasus ini membuat musik hip hop yang dicintai. Sebuah lagu trademark hip hop yang banyak mengasosiasikan lirik-lirik bertemakan wanita, dan seks. Merupakan lirikal point yang hampir selalu berhasil untuk membuat artist hip hop dicintai oleh pengemar. Val Young kembali mengisi hook di lagu ini, tetapi refrain vokalnya tidak sevital ketika dia mengisi hook pada track “To Live & Die in L.A.”.

2PAC mencoba untuk melakukan pendekatan yang lebih emotional dan moody pada lagu berjudul “Krazy”. Suara bluessy gitar yang meraung sedih dengan beat bertempo pelan mengiringi bait demi bait lirik yang dinarasikan 2PAC. Bukan merupakan sebuah track sentimental yang membuat air mata bercucuran seperti “Dear Mama”. Tetapi track ini lebih mengeksplor hubungan 2PAC dengan keluarganya yang lebih intim dan memberikan inspirasi ke ranah yang lebih positif. Bad-Azz juga turut menyumbangkan lirik-lirik dengan tema nasihat dan realita kehidupan yang kuat. Tetapi saya kurang sreg dengan pembawaan vokalnya yang lebih slow ketika sedang mendelivery pesan-pesan kuat yang dibawakannya. Tetapi secara overall lagu ini bisa dibilang merupakan salah satu lagu terbaik di album ini.

Baca Juga : Rakim Allah The God MC – Depth Analysis

“White Man’z World” memberikan pembuktian bahwa 2PAC masih sangat concern dan peduli untuk kehidupan ras kulit hitam menjadi lebih baik. Banyak yang menunding semenjak 2PAC keluar dari penjara dia seolah tidak peduli lagi dengan misi-misi Black Panthers. Karena album “All Eyez On ME” lebih mengedepankan cerita mengenai selebrasi kehidupan. Tetapi di bawah moniker Makaveli, 2PAC kembali menghadirkan lagu-lagu dengan tema social-motivation yang gagah.

2PAC memasukan sampling pidato Malcom X dengan pesan motivational yang kuat. Lagu ini Seperti membangkitkan sisi kritis 2PAC pada album “2PACALYPSE” namun dengan pemikiran yang jauh lebih matang dan dewasa. Perfomance “Danny Boy” saya rasa mengganggu jalannya lagu ini. Hook-hook Danny Boy seperti bersebrangan dengan perpaduan pesan kuat dari 2PAC dan Malcom X.

3 Lagu berikutnya pada album Makaveli, membentuk sebuah saga yang berbeda dari lagu-lagu sebelumnya. Ketiga lagu ini memperlihatkan relasi yang kompleks antara 2PAC dengan NAS. “Me & My Girlfriend” merupakan sebuah lagu metaphorical yang menceritakan hubungan 2PAC dengan senjatanya yang diibaratkan sebagai seorang kekasih. Inspirasi utama dari lagu ini diambil dari lagu milik NAS yang berjudul “I Gave You Power”. Meski saat itu NAS dan 2PAC sedang memiliki konflik, tetapi itu tidak membatasi 2PAC untuk menggagumi karya milik NAS. Delivering flow dan rhyme 2PAC kali ini terdengar lebih aggresif dari lagu sebelumnya. Sebuah petikan gitar spanyol seperti memberikan gambaran seorang 2PAC menjadi desperado yang menghabisi musuh-musuhnya bersama dengan “kekasihnya”.

“Hold Ya Head” lagu 2PAC lainnya yang terinspirasi dari karya milik NAS. Bukan merupakan sebuah inspirasi utama tetapi refrain vokal “One Thug” yang digunakan 2PAC sangat jelas terdengar mirip dengan lagu “One Love” milik Nas. Sebuah pesan motivational kembali ditampilkan 2PAC pada lagu ini. Mungkin memiliki pesan sejenis dengan lagu “Keep Ya Head Up” namun dengan konteks lirik yang lebih general. Produksi lagu ini merupakan produksi terbaik yang dihasilkan Hurt-M-Badd. Beat-beat bouncy mampu bersinergi solid bersama dengan rhyme scheme 2PAC yang terdengar lebih karismatik pada track ini. Lagu ini juga memiliki vibes yang mengingatkan akan lagu “Lil Ghetto Boy” dari Donny Hathway.

“Against All Odds” kembali membuka tabir sisi radikalisme dari 2PAC untuk melawan para musuhnya. Ini bukan bercerita mengenai sebuah lagu hip hop yang glamour dan ditaburi oleh beragam pandangan lifestyle. “Against All Odds” merupakan sebuah anthemic war yang membara. 2PAC nampaknya sangat menjiwai perannya sebagai Makaveli. Dibuka dengan sampling sound tank dan letupan suara meriam, peperangan ini nampaknya sudah tidak bisa lagi diartikan secara harafiah. “Against All Odds” lagu diss terbaik yang dikeluarkan oleh 2PAC, bahkan jika dilihat dalam frame hip hop 15 tahun dari sekarang. Lagu ini masih sangat relevan disebut sebagai lagu diss terbaik di kancah hip hop. Karena pada masa tersebut hukuman pelecehan nama baik belum terlalu sensitif seperti sekarang. Sehingga jika berbicara lagu diss, hip hop di era terdahulu selalu memiliki previlege untuk terkesan lebih frontal.

“Hit Em Up” lebih ngehype karena terdapat video clip yang menghina puffy dan biggie secara direct. Tetapi “Against All Odds” jauh terdengar lebih membabi buta dan harsh dalam melaukan blasphemy. Tanpa melibatkan satupun personIl “The Outlawz” dibalik moniker Makavelinya, 2PAC seolah ingin menghabisi para musuhnya dengan kata-katanya sendiri. Makaveli sanggup mengubah luka, amarah, dan kesedihanya menjadi sebuah nilai seni artistik yang fenomenal. 15 tahun pasca kepergiannya seluruh ucapan yang diluapkan dari jiwanya yang paling mendalam masih terasa nyata dan jujur dalam menyikapi kehidupan yang fana ini

Baca Juga : Hip Hop 2021 Chartlist

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link