2021ChartlistFeaturesHip Hop

Hip Hop 2021 Chartlist

Hip Hop 2021 Chartlist. Tahun 2020 mungkin merupakan tahun yang tidak terlalu baik bagi scene hip-hop. Tetapi tahun ini saya tidak bisa lagi mengutarakan pendapat yang senada. Karena faktanya tahun 2021 ini dibanjiri dengan album-album yang berkualitas dan secara kuantitas pun dapat dimasukan ke dalam kategori banyak. Mulai dari para OG seperti Nas, EPMD, Madlib, Crazyface, Raekwon, hingga para rapper wajah baru dan pendatang seperti Drake, Little Slimz, Dave, Mckinley Dixon, Tyler, The Creator meramaikan kancah scene hip hop tahun ini dengan merilis album baru. Tidak sampai disitu, beredarnya rumor seperti peluncuran album baru Kendrick Lamar, De La Soul, LL Cool J di tahun ini masih menjadi rumor yang menarik untuk diikuti.

Karena mengingat banyaknya album hip-hop yang dirilis pada tahun ini. Supaya kalian tidak bingung untuk menentukan album hip-hop mana yang sebaiknya didengarkan lebih dulu. Indonesiansmostwanted memutuskan untuk membuat list album hip-hop yang dirilis sepanjang tahun 2021 ini. Sistem penilaianya bukan menggunakan pengurutan nomor berdasarkan yang terbaik. Tetapi saya akan mengulas seluruh album hip-hop 2021 yang saya dengarkan dan selanjutnya setiap album akan diberikan nilai ratingnya masing-masing.

Sekedar catatan karena tahun 2021 ini belum seutuhnya berakhir. Jadi list ini akan diupdate dengan jangka waktu tertentu. Tanpa berlama-lama lagi mari simak list album hip-hop 2021 berikut.

A – Ratings

Nas – King Disease II (Rating : A)

Hip Hop : Nas

Setelah tahun lalu Nas menyabet gelar grammy awards dengan album “King Disease I“. Kali ini rapper kebanggaan New York ini merilis sequel dari album “King Disease”. “King Disease II” mampu menjawab skeptisme dan keraguan yang mempertanyakan apakah album ini akan sebagus album predecessornya. Nas masih berkolaborasi dengan Hit-Boy selaku produksi album ini untuk kembali memoles kualitas produksi album top-tier. Secara musikalitas Hit-Boy dan Nas sepakat untuk melakukan sequencing 2 arah, selain ditemukannya setup instrument berbau vintage, boom-bap hip hop. Nas juga turut memasukan elemen-elemen modern hip hop seperti trap, dan southern hip hop.

Tetapi hal terpenting dialbum ini terletak pada poin vokal dari Nas. Album ini memiliki fokus yang lebih tersentral pada penekanan rapline dari Nas. Tema-tema nasihat filosofi kehidupan yang diproyeksikan ke dalam berbagai fragment sub-tema. Seperti kesadaran sosial, kehidupan di jalanan, sejarah, dan berhubungan dengan lifestyle dari dirinya pribadi. Nas yang memiliki 2 peran sebagai Escobar dan dirinya sendiri. Berhasil mendorong para penggemarnya dari berbagai kalangan untuk melawan masalahnya masing-masing.

Best Track : Rare, 40 Sides, Death Row East, Moments, No Phony Love

Baca Juga : Nas : King Disease II Review

Mckinley Dixon – For My Mama And Anyone Who Look Like Her (Rating : A)

Hip Hop : Mckinley Dixon

Selain tahun ini dibanjiri oleh rilisan anyar dari arus utama. Musik hip-hop di tahun ini juga kedatangan pendatang baru. Adalah Mckinley Dixon yang merilis album debutnya lewat Spacebomb. Kata yang tepat untuk mendeskripsikan seluruh album ini adalah penuh adukan emosional dan penuh dengan kejutan. Setiap lagu selalu menghadirkan komposisi musik yang tidak bisa ditebak arahnya. Mckinley Dixon mendorong dirinya untuk mampu mendeliver rapline-rapline kompleks dengan ragam variasi pattern yang juicy. Sementara sektor instrument dibumbui dengan elemen jazz yang kuat dan memiliki gelombang perubahan tempo yang signifikan.

Secara filosofis lirik, McKinley turut menanamkan ideologi yang kuat. Struktur lagu yang complicated juga turut diadopsi ke dalam lirik yang ditulis di sepanjang album ini. Mckinley menjelaskan album ini akan mengajak setiap orang agar memberanikan diri masuk kedalam dirinya. Lalu memperbaiki kesalahan, dan melakukan instrospeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang. McKinley sudah melakukan hal tersebut dan kini giliran anda yang melakukan hal serupa.

Best Track : Never Will Know, Bless The Child, Make A Poet Black, B.B.N.E, Mamas’ Home

Armand Hammer & The Alchemist – HARAM (Rating : A)

Hip Hop : Ammand Hammer & The Alchemist

Elucid dan Billy Woods yang tergabung dalam moniker Armand Hammer sudah menjadi salah satu penggiat underground NYC hip hop yang disegani. Tahun ini mereka merilis album bersama rapper The Alchemist. “Haram” menjadi judul album yang ditunjuk oleh Armand Hammer. Elucid dan Billy Woods mungkin dikenal sebagai lyricist yang sangat concern terhadap kemasyarakatan dan rasa empati pada manusia. Tetapi kali ini keduanya mengarahkan penulisan lirik yang lebih mengarah terhadap isu-isu yang bersifat tabu diselubungi dengan dogma yang seolah mengitimidasi dan mengekang kehidupan manusia. “Haram” memiliki banyak cara dan upaya agar kritik-kritik yang mengangkat isu-isu rasialisme, perbudakan dan kolonialisme dapat tersampaikan dengan jelas.

Tetapi atmosfir, dan motif dari segi instrumensasi juga dimanupilasi untuk mampu mengintimidasi para pendengarnya. “Haram” seolah sengaja membuat struktur musiknya terdenar lebih abstrak, glitchy, dan memiliki perasaan yang lebih dark dan murung. Chord-chord disonant, jazzy piano yang tidak berstruktur, dan suara synth yang berdecit dan glitchy akan banyak ditemukan disepanjang album ini. Beberapa track mungkin memiliki exception karena menawarkan nuansa Rnb yang Warm. Tetapi ketika “Haram” mulai bermain dengan aggresive sidesnya. Album ini seolah menceritakan kembali jejak kejahatan manusia yang menimbulkan bencana dimasa lampau.

Best Track : Falling out The Sky, Wishing Bad, Peppertive, Indian Summer, Scaffolds

Tyler, The Creator : Call Me If You Get Lost – CMIGYL (Rating : A)

Hip Hop : Tyler, The Creator

Hanya dalam kurun waktu 1 dekade Tyler, The Creator menjelma menjadi rapper dan producer yang ambisius dan memiliki segudang visi brilliant. Setelah tahun lalu Tyler, menyabet gelar grammy lewat album “IGOR“. Tahun ini Tyler, kembali ambisius untuk membangun project lainnya. Bersama Dj Drama, Tyler menyulap album “CMIYGL” menjadi album full-length yang memiliki sensasi layaknya sebuah album mixtape hip-hop lawas. Tyler kembali menunjukan kepiawaanya dalam menghasilkan sebuah album hip-hop dengan permainan kata, transisi, dan sound yang solid dan mempengaruhi satu dengan lainnya.

Tyler banyak memadukan berbagai tipikal musik hip-hop. Mulai dari beat dengan berirama santai yang dibalut dengan elemen neo-soul, jazz. Hingga track-track banger dengan sentuhan elemen trap mampu menghasilkan track yang lebih menghentak dan groovy. Sementara Tyler juga mengalami perkembangan pada kemampuan teknisnya seperti bagaimana dia menyusun tema liriknya agar flow dari setiap lirik tersampaikan secara jelas dan runtut kepada pendengarnya. Kemudian teknik rapping yang lebih flex dan colorful membuat seorang Tyler menjadi lebih matang secara skill.

Best Track : Lemonhead, Wusyaname, Hot Wind Blows, Sweet, Rise, Juggernaut

Baca Juga : Tyler, The Creator : Call Me If You Get Lost

Ghostpell – Ghostpell’s Olga Kórbut (Rating : A)

Hip Hop : Ghostpell

Ghostpell merupakan rapper pendatang dari tanah Spanyol. Memproduseri dan merilisnya secara independent, album debut berjudul “Ghostpell’s Olga Korbut” menjadi awal mula perjalanan Ghostpell di kancah musik hip hop. Mungkin nama Ghostpell baru mencuat tahun ini tapi percayalah jika dirinya tetap konsisten merilis album seperti ini. Bukan suatu hal yang tidak mungkin untuk Ghostpell menjadi salah satu figur undergorund hip hop yang paling disegani.

Secara visi musikalitas, dan eksekusi idenya. Materi album ini mengingatkan saya dengan jajaran diskografi dari KA. Tidak ditemukanya looping mesin drum, instrument lebih berjalan calmy dan watery. Serta flow rapline terdengar lebih menguap diantara sela-sela instrument. Tetapi “Ghostpell’s Olga Korbut” punya instrumensasi yang lebih elegan. Karena Ghostpell turut melibatkan banyak penggunaan timbre seperti violin, piano, flute, saxs, dan beragam alat musik string lainnya. Rapline dari ghostpell juga lebih terdengar impulsif dan ekspresif. Ghostpell langsung berani menyinggung mengenai para bragadoccio rap, pop culture, dan trap music. Ghostpell juga memadukan bahasa Inggris, dan Spanyol dengan luwes, agile, dan dinamis. Terutama ketika Ghostpell tengah menggunakan bahasa Spanyolnya. Karena struktur dari kata bahasa spanyol banyak mengandung huruf vokal serupa. Ghostpell sangat padu untuk membuatnya sebagai senjata assonance rhyme andalanya di album ini. Perfectly solid dari awal hingga akhir mengalir dengan sempurna sebuah classic masterpiece hip hop yang rilis tahun ini.

Best Track : Soldiers & Business, Mr.Ego, Le Sexe et la Musique, Cocaine & Lipton

Hus Kingpin – Portishus (Rating : A)

Hip Hop : Hus Kingpoin

Hus Kingpin sekali lagi membuktikan bahwa dia merupakan seorang underground rapper yang memiliki produktifitas tinggi. Setelah merilis trilogi EP nya pada tahun lalu. Kali ini Hus Kingpin hadir dengan ide project terbarunya berjudul “Portishus”. Seperti yang dIungkapkan sendiri oleh Hus Kingpin bahwa album Portishus ini terinspirasi penuh oleh karya dari band Experimental/Trip-Hop asal Inggris, Portishead. Hus Kingpin terobsesi dengan album Dummy milik Portishead. Sehingga tidak mengherankan album ini mengadopsi penggunaan looping drum, dan delay effect.

Hasilnya instrumensasi pada album Portishus menghasilkan sound yang terdengar lebih moody. Perpaduan antara elemen lo-fi jazz, keyboard psychedelic dengan nada-nada minor membungkus nuansa album ini agar terdengar lebih watery. Hus Kingpin juga masih tertarik pada beat-beat boom bap tradisional yang minimalistik untuk melakukan simplifkasi terhadap instrument section. Sehingga hus kingpin bisa lebih leluasa untuk bereksplorasi untuk menghasilkan flow-flow yang lebih luwes dan beragam.

Best Track : Beth Gibbons, Dark Mourning, Kool Keith, The Heroes, Chasing Ghosts

Baca Juga : Hus Kingpin : Portishus Review

Dave – We’re All Alone In This Together (Rating : A)

Hip Hop : Dave

Santan Dave A.K.A Dave rapper muda asal British kembali merilis album full-length keduanya di tahun ini. Tahun lalu Dave mengklaim perhatian scene hip hop yang lebih luas dengan rilisan debutnya “Psychodrama“. Namun kali ini Dave memboyong album yang penuh dengan ambisi, emosi, dan komentar sosial dengan pesan yang kuat. Meskipun umur Dave baru berusia 23 tahun. Tetapi pesan yang dibawakan pada album ini terdengar seperti seorang yang sudah hidup puluhan tahun dengan segudang pengalaman.

Dave secara optimis menulis lirik-lirik yang mengandung unsur filosofis kuat mengenai kehidupan, sosial, dan spiritual. Dave juga memberanikan diri untuk menaruh poin vokalnya ke area yang lebih upfront dari jajaran elemen musik lainnya. Menekan elemen instrumensasi dan beat lebih ke dalam. Dave seolah ingin para audiencenya terfokus dengan pesan-pesan apa saja yang disampaikan. Instrumensasi dan Beat di album ini memang ditekan agar lebih light, ringan dan tidak banyak layer sound yang masuk secara bersamaan. Tetapi output sound yang dihasilkan memiliki nuansa yang lebih cinematic, elegant yang sanggup menjadi elemen penetral dikala Dave sedang mengeluarkan seluruh emosi dan amarahnya.

Best Track : Vendask, Clash, Three Rivers, Lazarus, Law of Attraction, Heart Attack

Navy Blue – Navy’s Reprise (Rating : A)

Hip Hop : Navy Blue

Saya percaya bahwa dibalik kejadian buruk yang menimpa pasti ada benih keuntungan yang sepadan dibaliknya. Navy Blue nampaknya memetik pelajaran ini. Navy Blue awalnya seorang rapper underground misterius yang menaruh semua karyanya di soundcloud. Namun pendengarnya sedikit dan tidak lama akun soundcloudnya diretas. Lalu beberapa tahun kemudian Navy Blue membuka identitasnya yang membuat orang kaget. Ternyata orang yang dibalik Navy Blue adalah Sage Elsesser seorang skateboarder. Hingga Sage Elsesser akhirnya mencapai keadaan establishnya pada tahun 2020 karena merilis 2 album sekaligus. Tahun ini Navy Blue merampungkan album studio ke-3 nya berjudul “Navy’s Reprise”.

Dipenuhi dengan sampling berbau elemen soul, jazz dan bluessy, “Navy’s Reprise” dapat lebih mengeksplor sisi emosionalnya secara tersentral. Apalagi tema lirik yang dibawakan Navy Blue kali ini lebih banyak mengangkat masalah-masalah personalnya secara mendalam. Pergumulan batin, trauma, dan ketahanan hidupnya menjadi sebuah puisi yang berlumuran kebanggaan dan air mata. Navy Blue juga sempat membuat track yang mendedikasikan khusus untuk para keluarganya. Sebuah album hip hop yang juga bisa dijadikan rujukan untuk refleksi diri.

Best Track : Ritual, Code Of Honor, My Whole Life, Shine, Don’t Get it Twisted

Little Simz – Sometimes I Might Be Introvert (Rating : A)

Hip Hop : Little Slimz

Little Slimz Rapper UK sedang mencoba membuat dinastinya sendiri dalam kancah hip hop. Dirinya seolah tak kenal lelah dengan terus merilis materi anyar secara konstan dan rapid selama beberapa tahun belakangan ini. “Sometimes I Might Be Introvert” menjadi album keempat Little Simz yang dirilis sepanjang karirnya. Jika sebuah term “introvert” diasosikan sebagai sebuah bentuk tindakan kemunduran bagi hubungan sosial antara manusia. Little Simz justru menggunakan term “introvert” sebagai senjata untuk melawan berbagai masalah dalam hidupnya.

Untuk berdiri diantara kondisi fame, ketenaran dan juga anxiety yang timbul karena pelbagai masalahnya yang pelik. Little seolah berujar bahwa sifat Introvert ini terkadang diperlukan. Sehingga album ” Sometimes I Might Be Introvert” merupakan sebuah terapi bagi dirinya. Little Simz sendiri lebih cenderung memasukan flow-flow dengan nada yang datar, badass, dan emotionless seolah tidak mempedulikan apa yang terjadi dan terus terfokus untuk mengeksusi bar demi bar. Sementara latar instrumensasi bergerak lebih lincah, dan colorful. Album ini memiliki latar sound yang berotasi. Elemen-elemen groovy, afrobeat, RnB, Classic secara bergantian menghiasi instrumensasi di album ini layaknya siang berganti malam.

KA A Martyr’s Reward (Rating : A)

Hip Hop : KA

Pada tahun 2020 lalu, KA membuktikan lewat album “Descendant Of Kin” jika proyek hip hop bertemakan simbolis masih sangat relevan di era sekarang. Peristiwa yang diangkat dari kisah Bible yakni Kain & Habel menurut KA masih terus terjadi meskipun peradaban manusia sudah lebih maju dibanding peristiwa tersebut. Sudah 1 dekade KA membangun portofolio diskografi yang solid sekaligus mengokohkan dirinya sebagai role model dari scene underground hip hop. Tetapi pertanyaanya akankah KA dapat terus mempertahankan achievement yang sudah dia bangun selama bertahun tahun ini.

Namun ketika album ini dilepas, pepatah kuno mengenai emas sepertinya masih sangat relevan untuk KA. KA masih menampilkan filosofi dan visi yang serupa dengan beberapa project sebelumnya. KA membawa storytelling dengan pendekatan yang simbolik, kuat namun dibungkus dengan nuansa yang grim. Sisi seni dari Flow KA justru datang dari kelembutan dan calmness yang terlihat seperti asap yang bertebaran di udara. Emotionless, dan memiliki rasionya tersendiri tanpa memerlukan bantuan dari looping drum ketika KA ingin berimprovisasi. KA juga sengaja menghilangkan peran dari looping drum untuk memberikan tekstur yang lebih ritualistik, meditatif, sehingga rapline demi rapline yang disampaikan KA terkesan seperti sebuah mantra yang memberikan afirmasi yang terkoneksi secara personal.

Best Track : I Need All That, Peace Peace Peace, PWH, I Notice, We Living

Lil Nas X – Montero (Rating : A)

Hip Hop : Lil Nas X

Album perdana dari rapper viral dan sensasional Lil Nas X akhirnya dilepas ke publik pada tahun 2021. Sebelum album ini muncul, sudah berjuta-juta pasang mata aware terhadap raper kelahiran tahun 1999 ini. Pendapat yang bergam muncul mengenai Lil Nas x mulai dari ujaran kebencian terhadap segudang kontroversi yang dibuatnya. Hingga pendapat yang mengakusisi bahwa Lil Nas X hanya seorang rapper/pop-star one hit wonder. Selepas tahun 2019 lalu, Lil Nas X berhasil melepas single “Old Town Road” yang sekaligus menjadi single terlama yang bertengger di urutan no 1 Billboard sejak tahun 1958. Tim marketing jenius nan chaotic dari Lil Nas X yang memanfaatkan cercaan dan hinaan sudah cukup untuk mendongkrak popularitasnya. Sehingga misi album ini sudah jelas, Lil Nas X dan kolega hanya tinggal membuat sebuah product yang secara musikalitas diterima oleh masyarakat tanpa memikirkan sisi marketingnya lagi.

Momentum tersebut langsung dimanfaatkan dengan baik lewat album “Montero” ini. Kualitas produksinya top-notch dan memiliki aspek yang mendetil. Timbre yang digunakan juga meiliki jangkauan yang luas potongan sound horn, accoustic gitar, piano semuanya memiliki peran yang jelas untuk membantu menghidupkan nuansa dan pesan yang ingin disampaikan dari setiap lagu. Sementara kekuatan Lil Nas X sendiri bukan terletak pada rhyme scheme, perfomance vocal atau hook-hook yang strong dan memorable. Melainkan power storytelling dari Lil Nas X lah yang menjadi kekuatan utamanya. Nas membuka sisi tabir lainnya dari personalitas yang selama ini belum dia tunjukan seutuhnya. Lirik di album ini justru tidak menampilkan sisi kontroversi dari Nas ataupun lirik-lirik berbau star-syndrome. Justru lirik album ini berisi instropeksi dari Nas untuk mempertahankan harga dirinya dan melawan pelbagai masalahnya untuk menjadi orang yang lebih baik.

Best Track : Montero, Scoop, One of Me, Sun Goes Down, Void

Injury Reserve – By The Time I Get To Phoenix (Rating : A)

Hip Hop : Injury Reserve

Ini merupakan album ketiga dari trio hip hop kolektif asal Phoenix, Injury Reserve. Kemunculan album ini dilatari dengan berita duka meninggalnya salah satu personil Injury Reserve, Stepa J. Groggs 2020 lalu. Sampai sekarang pihak Injury Reverse pun belum memberikan kabar kelanjutan mengenai kematianya. Tetapi yang jelas album “By The Time I Get To Phoenix” didedikasikan untuk sang mendiang koleganya tersebut. Jika ada yang berkata bahwa rhyme & poetry merupakan 2 aspek utama dalam dunia hip hop. Injury Reserve akan menyangkalnya dan menambah satu lagi unsur yaitu abstractness.

Jika ada yang berpikir bahwa mendengarkan diskografi dari A Tribe Called Quest sudah bisa dibilang nerdy hip hop head. Simpan argumen tersebut hingga anda selesai mendengarkan album ini. Struktur ketukan dan beat di album ini seolah memiliki patternya sendiri untuk berubah-ubah. Seperti tidak terpaku pada chord progession dan time signature. Beat yang ada seolah bertransformasi membentuk riff-riff yang dissonant dan glitchy. Timbre yang ditungakan juga lebih banyak menghasilkan suara yang berkarakter metalic, harsh, dan noisy. Sementara porsi dari rapline secara mayoritas justru yang bergerak lebih statis. Sehingga perubahan hampir sepenuhnya dikendalikan oleh bagian instrument. Jika boleh menciptakan term sendiri, album ini akan saya beri label “free hip hop” atau “math hip hop”.

Best Track : Knees, Outside, Wild The West, Footwork in a Forest Fire, Postpostpartum

Dj Muggs x Flee Lord – Rammellzze (Rating : A)

Hip Hop : Dj Muggs X Flee Lord

Eksistensi Flee Lord ditahun ini mungkin tidak segila di tahun lalu. Tetapi apa yang dilakukannya kali ini tidak kalah mind blowing. Rapper yang baru membludak namanya di tahun 2017 ini berhasil menggaet Dj Muggs untuk berkolaborasi dengan dirinya. DJ muggs adalah orang yang berjasa memproduseri Cypress Hill. Muggs sendiri memang lagi gencar-gencarnya berkolaborasi dengan para talenta underground.

“Rammellzze” menampilkan materi hip hop yang straight to the point, dan fokus yang terarah dengan tajam. Album yang hanya berisi 10 track + 1 outro sudah lebih dari cukup untuk menyajikan materi hip hop yang juicy dan berisi. Tidak salah lagi Flee menggaet Dj Muggs, Karena beliau memang master dalam membuat beat-beat, dan elemen sound yang terdengar gelap, horror tetapi sekaligus memberikan elemen yang memberikan rasa takjub. Magis Dj Muggs telah sedikit banyak membawa nuansa album ini ke ranah horrorcore seperti apa yang dilakukanya dulu. Tetapi dengan rasa dan eksekusi yang berbeda. Sementara Flee Lord semakin percaya diri untuk mencoba mereplikasi berbagai style rapping. Lewat flow dan rhymenya, Flee mampu menyatu ketika dirinya berkolaborasi dengan Ghostface Killah, Roc Marciano, dan Meyhem Lauren.

Best Track : SA Mobbin, Wallabi & Gucci Loafers, Mansion in The Ghetto, Daleon X Delgado, The Equation

Genesis Owusu – Smiling With No Teeth (Rating : A)

Austrilian, Canberra raper Genesis Owusu membawa konsep avant hip hop ke dalam album debutnya. “Smiling With no Teeth” tidak akan terdengar seperti karya-karya dari australian hip hop kebanyakan. Bahkan jika kita singkirkan sejarah lahirnya mr Owusu di Australia. Orang akan mengira bahwa album “Smiling With No Teeth” ini merupakan produk dari American hip hop. Karena Genesis Owusu mengikuti jejak Danny Brown, Injury Reserve, dan Kanye West untuk membuat sebuah album hip hop supersonik yang penuh dengan elemen kejut dan eksperimental. Ide ini bukan tiba-tiba datang secara mendadak di kepala Owusu. Karena sebelumnya, Owusu sudah lebih dulu merilis sebuah EP jazz Rap di tahun 2017 lalu. EP tersebutlah yang menjadi dasar pemikiran Owusu untuk membuat sebuah album hip hop penuh warna dan kejutan.

Namun jika para experimentalis hip hop lebih banyak berkutat dengan tekstur dan pengaruh dari beragam sub musik elektronik. Owusu justru bergerak mundur ke era musik lawas, dan memunguti serpihan-serpihan musik untuk digabungkan menjadi sebuah album kolektif. Owusu membawa musik avant-funk, funky new wave, eurobeat sebagai bentuk kebebasanya dalam melakukan ekspresi. Membuat musik yang multi-layered penuh dengan perubahan chord yang secara ascending. Keseluruhan lagu dikonsepsi dengan struktur yang bagus dan tidak membosankan. Secara instrumental mungkin terdengar uptempo di beberapa lagu dan memiliki nuansa yang bright. Tetapi Owusu justru lebih banyak membawa tema-tema lirik depresif. Terutama rasa frustasinya terhadap racial dan miss stereotypes pada kulit hitam baik dialami secara pribadi maupun general. ” Smiling With No Teeth” tidak hanya sekedar menyuarkan keras mengenai ekspresi bermusik. Tetapi juga mengajak orang untuk memahami pengetahuan dan masalah yang dihadapi oleh dirinya.

Best Track : The Other Black Dog, Waitin’ On Ya, Don’t Need You, Smiling With No Teeth, Whip Cracker

Isaiah Rashad – The House Is Burning (Rating : A)

5 tahun semenjak album The Sun’s Tirade yang dilepas 2016 lalu. Isaiah Rashad, rapper kelahiran Tenessee ini resmi kembali di tahun ini. Isaiah Rashad langsung memperkenalkan ke publik album studio comebacknya yang berjudul “The House Is Burning “. Album ini bukan hanya sekedar album penanda kembalinya Isaiah ke industry hip hop. Tetapi album ini dijadikan kendaraan oleh Isaiah untuk mengapresiasi musik yang lahir di tanah kelahiranya yaitu southern music. Selain mengapresiasi para pendahulunya, Isaiah juga menggaet para southern rapper seperti SZA, Duke Deuce, Smino, dan masih banyak lagi.

Style memphis rap dan screw memang sudah menjadi flow rap khas southern hip hop dari dulu. Mayoritas baik Rashad maupun para kolaboratornya menggunakan flow staccato. Tetapi Isaiah Rashiad tidak serta merta merubah album projectnya ini menjadi “Triple 6 Mafia” part 2, atau “UGK” part 2. Isaiah melebarkan sayapnya untuk membuat atmosfir musik yang reflektif, dan moody. Sadar bahwa musik kelahiranya juga sangat kental dengan musik soul. Isaiah juga turut banyak mencampurkan elemen southern soul untuk lebih memberikan bold statement bahwa album ini sarat dengan elemen southern music. Album “The House Is Burning” ini juga menampilkan sisi tema lirik yang bluessy jika dibedah. Album ini dipenuhi dengan pergumulan Rashad terhadap rasa ketakutan, trauma, dan depresinya. Ini bisa menjadi sebuah refleksi diri yang deep dan terdengar depressif jika dihayati secara mendalam. Bahkan lebih dari sekedar perbudakan album ini bisa merefleksikan hampir seluruh permasalahan yang dihadapi manusia pada umumnya.

Best Track : Wat U Sed, Chad, Don’t Shoot, Score, HB2U

Pink Siifu – Gumbo! (Rating : A)

Livingston Matthews atau dikenal sebagai Pink Sifu merupakan seorang rapper, singer, produser yang berbasis di LA. Pink Sifu tidak hanya sekedar menaruh album hip hop ke dalam katalognya. Tetapi Pink Sifu selalu memberikan ide dan konsep sound yang menarik dan berbeda setiap dia merilis sebuah project album. Gumbo! menjadi album studio ke-3 yang dirilis Pink Sifu. Pink Sifu tidak pernah sedikitpun membatasi dirinya untuk bereksplorasi dalam menciptakan musiknya. Di tahun lalu ketika Pink Sifu merilis “Negro”. Dia memadukan elemen abstract hip hop dengan punk rock, noisy untuk memberikan taste yang lebih strong.

Tetapi “Gumbo” dipastikan berbeda meskipun ada benang merah yang bisa ditarik dari kedua album tersebut yaitu Sifu masih menghasilkan album abstract hip hop. “Gumbo” masih menampilkan perpaduan banyaknya elemen yang dimasukan oleh Sifu. Tetapi kali ini Sifu lebih tergerak untuk memasukan elemen-elemen musik daerahnya. Memphis rap, southern soul yang dibungkus dengan aura aura psychedelic, jazz menghasilkan sound yang lebih creamy dan authentic. Seperti sebuah sup yang panas dan pedas. Pink Sifu juga banyak memasukan flow dan beat-beat yang groovy dengan pace yang cepat nan aggresif. Sementara chemistry yang melibatkan Sifu baik dengan para kolaborator dan seksi instrument berjalan dengan baik.

Best Track : Scurrrrd, Gumblo!4 Tha Folks, Big Ole, lng hair dnt care, Doin Tew Much.

B – Ratings

Madlib – Sound Ancestors (Rating : B)

Hip Hop : Madlib

Tidak banyak produser, DJ, maupun multi-intrumentalist dunia hip hop yang bisa membawa pendengarnya untuk membuka sebuah insight baru. Tetapi Madlib produser yang serba bisa ini justru sangat mampu melakukan hal tersebut. Hal itu sudah dia buktikan baik dia sedang merilis album studio pribadinya maupun memproduseri album lainnya. Album-album classic hip hop yang melibatkan Madlib nampaknya sudah tidak bisa dihitung lagi dengan jari. Tapi bagi Madlib rasanya itu belum cukup dia selalu tergerak untuk membuat sesuatu yang baru. Sound Ancestors album terbaru yang dilepas Madlib beberapa waktu lalu adalah hasil buah pemikiran Madlib yang berbeda dari kebanyakan album yang sudah dia lepas.

Ke-16 lagu yang diciptakan Madlib pada album ini benar-benar tidak melakukan seorang rapper siapapun. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh Madlib, dia hanya berkolaborasi dengan Four Tet yang notabenenya juga merupakan seorang produser. “Sound Ancestors” bukan sekedar nama judul belaka, karena kali ini Madlib lebih banyak memainkan sampling, loop, dan beat yang diambil dari beberapa lagu dan karya lawas miliknya. Dia banyak meremix rekaman-rekaman musik milik blue note records. Kemudian dia juga meremix sampling yang dia buat untuk beberapa rapper seperti Freddie Gibs, MF DOOM. Madlib juga mengambil sampling dari Yesterdays New Quintet yang merupakan proyek solo jazz lamanya. Perpaduan elemen afrobeat, jungle, lo-fi jazz, reggae, soul disusun oleh Madlib untuk memberikan sebuah perjalanan luar angkasa yang transendental. Lewat setiap beat dan sampling, Madlib seolah bercerita bagaimana para “leluhurnya” menciptakan musik instrument yang bisa bernyanyi.

Best Track : Loose Goose, Hopprock, Road Of The Lonely Ones, The New Normal, One For Quartabê / Right Now

The HRSMN – The Last Ride (Rating : B)

Hip Hop : HRSMN

Setelah vakum selama kurang lebih 16 tahun The HRSMN resmi melakukan reuninya ditahun ini. Project hip-hop yang diisi oleh Kurupt, Killah Priest, Cannibus dan Ras Kass ini merilis album studio ke-2 nya “The Last Ride”. Saya percaya baha album “The Last Ride” ini membawa pesan-pesan lirik yang kuat dan sangat relevan dengan situasi kondisi yang terjadi saat ini. Tetapi anda tidak perlu untuk mencermati lirik demi lirik secara seksama agar menemukan titik essensi dan kenikmatan untuk mendengarkan album ini.

Anda cukup mendengarkan keempat rapper kawakan ini saling melempar flownya dan itu sudah lebih dari cukup untuk dijadikan kekuatan sentral album ini. Cannibus, Killah Priest, Kurupt dan Ras Kass mungkin sudah tidak bisa membuat golden rapline seperti era kejayaanya masing-masing. Tetapi kolaborasi keempatnya seperti membuat sebuah gambaran mengenai kompetisi battle rap yang dihadiri oleh para kompetitor tangguh.

Best Track : This Shit Right Here, Champion, One Second, Apocalips now, Impossible

Boldy James & Alchemist – Bo Jackson (Rating : B)

Hip Hop : Boldy James & The Alchemist

“Bo Jackson” merupakan album ketiga hasil kolaborasi dari Boldy James & The Alchemist. Boldy James memiliki taste uniknya tersendiri untuk menstandarisasi style produksi yang berbeda. “Bo Jackson” memiliki backdrop sound yang dark & melankolis. Boldy James sering memberikan elemen piano yang murung. Instrument yang dihasilkan terdengar lebih di simplifikasi. Dengan tidak terlalu banyak mengandalkan sound multiple layer dan juga tidak banyak merubah temponya. Boldy lebih terfokus memberikan beat-beat yang bouncy dan lebih sering memanfaatkan teknik looping.

Sementara rapline-rapline pada keserluruhan album seperti mengambil “keuntungan” dari segi instrumensasi yang simplistik. Setiap lagu diisi oleh rapline-rapline yang intens. Freddie Gibs dan sederet guest-star rapper lainnya juga turut berkontribusi dalam menulis verse rapline yang solid. Secara keseluruhan style produksi dengan beberapa track memiliki formula standard ala track boom-bap hip hop seperti kembali mengingatkan secara sekilas dengan materi Mobb Deep. Tetapi mereka lebih mendorong agar pendekatanya juga bisa diterima oleh masyarakat hip-hop underground modern.

Best Track : Turpentine, Steel Wool, Photographic Memories, Fake Flowers, Flight Risk

LordMobb x Mephux x Zaza God x SoundLord – The Most High Ft. Flee Lord (Rating : B)

Hip Hop : lordmobb

Setelah merilis 12 album studio dalam hanya kurun waktu 1 tahun yakni di tahun 2020. Flee Lord memulai tahun 2021 ini dengan sesuatu yang baru dan berbeda. Awal perubahan dimulai dari pergantian nama merk dagangnya yang semula bernama Loyalty or Death menjadi LordMobb. Kemudian Flee Lord merilis album kompilasi di bawah nama LordMobb awal Febuari lalu. Follow-up nya Flee Lord merilis album debut di bawah naungan nama LordMobb dengan judul “The Most HIgh”. Flee Lord tidak sendiri dia mengundang beberapa MC dan produser underground hip hop lainnya yakni Mephux, Zaza God, SoundLord, dan masih banyak lagi. Jika diceritakan secara keseluruhan album ini memiliki vibe sound layaknya perpaduan dari album “The Infamous” milik Mobb Deep dan “Liquid Swords” milik GZA.

Tidak heran karena Flee Lord juga memiliki kedekatan emosional bersama Mobb Deep, bahkan Flee pernah merilis album bersama Havoc yang didedikasikan untuk Prodigy. Beat sampling yang dihasilkan memiliki nuansa yang lebih dark, sedikit melow dramatic tetapi lebih menghasilkan nuansa yang tragis dibandingkan emosi yang kelabu. Album ini juga dapat menangkap spektrum sound dengan panorama yang spacey. Tentu album ini bukan hanya merupakan album retrospektif dari era keemasan NYC hip hop. Tetapi Lordmobb juga turut menyisipkan elemen hip hop yang lebih kontemporer. Trap beat, triplet rhyme scheme, bahkan gaya memphis rap rhyming juga bisa ditemukan pada album ini. Produksi sound Mephux top-notch mampu merecreate nuansa Liquid Sword meskipun tidak serupa. Tetapi yang membuat album ini tidak bisa mendapat Nilai A karena kurangnya lagu yang berpotensi menjadi classic hit. Beberapa track juga memiliki improvisasi beat yang serupa, ini menyebabkan kurangnya variasi dari kedalaman sound instrumensasinya sendiri.

Best Track : Pay Homage, Survival of the Fittest, All of the Above, Ain’t Easy Being a God, Head in the Clouds, We Gotta Work

AZ – Doe Or Die II (Rating : B)

Hip Hop : AZ

AZ sempat mencuatkan namanya pada scene New York Hip Hop pada dekade 90’an. “Doe Or Die” menjadi album andalan dari AZ dan juga sekaligus merupakan album debut yan dirilis AZ pada 1995. AZ mampu mengangkat tema lirikal dengan pemikiran yang berat namun dideliver dengan flow-flow rapline yang menakjubkan. 21 tahun berselang akhirnya AZ melepaskan album sequel dari “Doe Or Die” yang melejitkan namanya itu. “Do Or Die II” sempat diberitakan oleh AZ pada tahun 2009. Namun perilisanya tertunda selama 12 tahun hingga sekarang.

AZ membuktikan bahwa formulasi sound 90′ NYC hip hop masih bisa terdengar fresh jika dieksekusi dengan baik. Mulai dari awal hingga penghujung track audience akan langsung terkoneksi dengan nuansa dan vibe dari era-era keemasan hip hop tersebut. Snare yang menghentak, Boom bap kick, icy synth, serta aransemen melodius ala-ala Pete Rock mendominasi segi instrumensasi ini. Sementara T-Pain, Lil’wayne, Rick Ross juga turut dibawa AZ untuk turut merasakan sensasi melakukan rhyming dilatari dengan musik-musik yang mendominasi chart-chart musik pada saat itu. Sebuah album sequel yang terbilang cukup baik.

Best Track : Just 4 U, Keep It Real, Never Enough, Bulletproof, Time To Answer

Mach-Hommy – Pray For Haiti (Rating : B)

Hip Hop : Mach-Hommy

25 Desember 2020 menjadi titik awal munculnya album brilliant ini. Setelah sempat berselisih dan saling melempar diss track. Westside Gunn rapper asal Buffalo akhirnya melakukan gencatan senjata dengan Mach-Hommy di hari tersebut. Namun tidak butuh waktu lama untuk kembali menantikan proyek kolaborasi dari keduanya. Mach-Hommy dan Westside Gunn merilis album Pray for Haiti pada Mei lalu. Gunn lebih memberikan panggung pada Mach-Hommy dengan Gunn hanya mengisi barline hanya sebanyak 3x. Gunn lebih terfokus untuk mengerjakan sisi produksi album ini karena Gunn memiliki label rekaman sendiri yang bernama Griselda.

Mach-hommy membuktikan dirinya bisa mampu menciptakan bar-bar rhyme yang kuat diiringi dengan tema lirik yang personal dan deep. Setiap bar demi bar lirik yang dikeluarkan Mach bisa menjadi sebuah kata-kata aspirasional yang berhubungan dengan tema substansial yang diangkat pada setiap lagu. “Pray for Haiti” memiliki pendekatan produksi yang mirip dengan Madvillainy hanya saja album ini dibangun dengan nuansa yang lebih lo-fi dan banyak berinterkasi dengan elemen improvisasi weird jazz. Mach-Hommy memang tidak memiliki variasi secara tekstur vokal. Tetapi permainan kata, dan rhyme scheme Mach-Hommy memiliki banyak elemen yang diambil dari para punggawa hip hop lawas. Mach-Hommy mencoba untuk menjadi MF DOOM di beberapa moment tertentu. Tetapi dia juga bisa menjelma menjadi seorang Mos Def bilamana itu diperlukan. Singkat kata kemampuan Mach untuk berimprovisasi di atas beat dan chord progession sungguh menakjubkan.

Best Track : Magnum Band, Kriminel, Murder Czn, Ten Boxes, Rami

Rasheed Chappell & 38 Spesh – Checks & Balances (Rating : B)

Hip Hop : Rasheed Chappell X 38 Spesh

Bukan 38 Spesh namanya bila setiap tahunnya tidak dibanjiri dengan project musik baru. Memulai sebagai solo karir di tahun 2007, rapper sekaligus producer asal Rochester ini memiliki agenda tahunan wajib bagi dirinya. Selama beberapa tahun belakangan ini 38 Spesh semakin giat merilis materi baru ataupun berkolaborasi dengan para rapper underground lainnya untuk memproduseri sebuah album. Tahun ini tercatat 38 Spesh sudah berkolbaorasi dengan Benny the Butcher. Lalu kali ini dia kembali berkolaborasi dengan underground rapper kelahiran New Jersey yaitu Rasheed Chappell. Ini menjadi kedua kalinya 38 Spesh berkolaborasi dengan Rasheed. Setelah tahun sebelumnya keduanya merilis album kolaborasi debut berjudul “Ways and Means“. Tahun ini mereka merilis follow up nya dan diberi judul “Checks & Balances”.

Rasheed memiliki persona yang serupa tapi tidak sama dengan Mach Hommy. Rasheed memiliki persona untuk mengingatkan kita dengan beberapa rapper ternama seperti Nas, Mos Def, dan lainnya. Tetapi perbedaan signifikan terletak pada sisi ekspresif dan emotionalnya. Jika Mach lebih memadukan style pendahulunya dengan memasukanya ke dalam gayanya sendiri. Rasheed lebih ekspresif dan menjiwai seolah dia tengah dirasuki oleh para MC hero pujaanya itu. Rasheed punya pace rhyme yang lebih hardcore, punchlinenya juga terdengar lebih menonjok. Style rappingnya merepresentasikan bahwa dirinya berasal dari NYC hood secara utuh. Sementara produksi dari 38 Spesh masih hampir mirip pendakataanya dengan apa yang dia lakukan biasanya. Produksi sound gritty, boom bap beat yang dry untuk menghasilkan daya yang lebih hard hitting.

Best Track : Wedding Bands, Fistful, Ramu$, We Outside, Project City

Locksmith – The Lock Sessions Vol. 2 (Rating : B)

Hip Hop : Locksmith

Berangkat dari seorang yang memulai karir sebagai street rap yang sering melakukan battle rap. Locksmith rapper kelahiran Richmond, California baru dikenal luas ketika dirinya mendirikan hip hop grup bernama “The Frontline“. Selain “The Frontline” Locksmith juga sudah beberapa kali merilis album studio dan mixtape secara solo. “The Lock Sessions Vol. 2” sendiri merupakan sequel mixtape dari “The Lock Sessions Vol. 1” yang dilepas pada tahun 2016 lalu. Locksmith juga mengundang rapper west coast lainnya bahkan rapper legendaris, Xzibit juga berhasil digaet ke dalam project ini.

Pemilihan beat dan sektor instrumental oleh Locksmith sungguh luas. Locksmith enggan membatasi dirinya untuk mengkurasi beat-beat yang hanya memiliki cita rasa west coast sound. Tetapi Locksmith juga bisa bereksplorasi pada boom bap beat, miami trap. Locksmith yang memiliki background kuat sebagai street rapper juga turut membawa kebiasaanya dalam melakukan freestyle. Locksmith banyak mengambil rhyme dengan konteks dan analogi berbeda yang dimuat ke dalam 1 bait. Chemistry yang diboyong Locksmith pada mixtape ini juga terbilang lebih variatif. Pada beberapa moment Locksmith seolah bisa memboyong konsep perpaduan dari sound midwest chopper ala-ala Tech N9ne,dengan beat-beat bouncy dan groovy ala-ala projek Kid Ink, atau kumpulan mixtape dari YMCMB. Locksmith memiliki kemampuan delivering fast rhyme nya yang tidak terlalu membosankan meski sering digunakan. Tetapi Locksmith juga tidak menggunakanya setiap lagu karena Locksmith juga tidak mau audience membuang perhatianya pada perfomance dari sederet guest star.

Best Track : Blasphemy by Locksmith & KXNG Crooked, Signs, Fantasy World, Vaccine, Options, Futuristic & Ekoh

Abstract Mindstate – Dreams Still Inspire (Rating : B)

Hip Hop : Abstract Mindstate

Kanye West lebih banyak dikenal orang sebagai sosok selebritis rapper yang memiliki banyak kontroversi. Tetapi terlepas dari itu Kanye West juga banyak berkontribusi di dunia hip hop modern ini. Selain banyak memproduseri album hip hop, Kanye West juga banyak melatih dan memberikan advice pada musisi hipp hop lainnya. Abstract Mindstate menjadi punggawa hip hop yang dimentori langsung oleh Kanye West. Duo hip hop kelahiran Chicago ini pernah merilis album berjudul “We Paid Let Us” pada tahun 2001 lalu. Namun kemudian mereka hiatus pada tahun 2005 hingga tahun ini mereka memutuskan kembali dan merilis album

“Dreams Still Inspire” kembali mempertajam penulisan lirik-lirik mengenai kesadaran sosial dan kehidupan yang sudah lama cukup memudar di scene hip hop. Tetapi permasalah yang diangkat lebih banyak berkaitan dengan isu-isu yang terjadi di era sekaran. Album yang tidak hanya menciptakan track banger. Tetapi bisa juga dijadikan sebagai lantunan Ghetto Gospel bagi mereka yang merasa terwakili dengan isi lirik di album ini. “Dreams Still Inspire” banyak mengambil sampling dari hip hop lawas maupun memiliki corak sound RnB 80’an. Tetapi unsur kontemporer dari instrumensasi album ini juga terdengar kuat. Pendekatan sound yang abstract, dan futuristik secara musikalitas bisa secara stimulus mengingatkan akan project dari RTJ, The Alchemist, dan Armand Hammer.

Best Track : A Wise Tale, Elevation, Move Yo Body, Social Media, My Reality

DJ Cosm – Natural Within (Rating : B)

Hip Hop : Dj Cosm

Adam Hicks a.k.a Dj Cosm kembali beraksi tahun ini setelah 1 dekade tak kunjung merilis materi apapun. Dj Cosm memperkenalkan album barunya yang bertajuk “Natural Within”. Dj Cosm juga mengajak sederet rapper underground lainnya yang bahkan jika di search pada mesin google keseluruhan rapper tersebut mayoritas tidak memiliki laman profil di wikipedia. Tidak hanya menggaet para pengiat underground. DJ Cosm jua mampu menggaet Sadat X rapper OG yang sudah banyak berkolaborasi dengan rapper ternama.

Produksi album ini secara langsung mengingatkan dengan style producing milik Pete Rock. Section instrumental yang sengaja dibiarkan terdengar raw dan gritty. Serta rapline dari mayoritas lagu lebih menekankan aspek dari hardcore hip hop. Terkadang album ini juga memiliki pace jazzy yang moody nan warm. Literally album ini seperti membawa era underground hip hop dekade 90’an. Dengan kekuatan beat yang tidak terlalu banyak mengandalkan part multi layered instrument. Kekuatan lagu lebih ditekankan pada bar improvisasi dari setiap MC.

Best Track : All For Nothing, Rules, Rome, Natural Within, Leave The Bells

MC Sniper – Chronicles (Rating : B)

Hip Hop : MC Snipper

Saya tidak memiliki pengetahuan banyak mengenai scene hip hop Korea. Sehingga saya menggunakan metode trial and eror untuk menggali album Korean hip hop yang dirilis tahun ini. Tetapi sepertinya nasib mujur menghampiri saya. Karena saya langsung menemukan album brilliant ini hanya dalam sekali pencarian. MC Sniper nampaknya salah satu penggiat hip hop OG di korea selatan. Karena dilihat dari jejak karirnya, MC Sniper sudah eksis dan membuat album di awal 2000’an hingga kini. Terhitung “Chronicles” ini merupakan album studio ke-8 dari Rapper yang memilik nama asli Kim Jung-yoo ini.

Hal yang mungkin tidak akan ditemui di scene hip hop manapun. MC Sniper lebih banyak mengkonsolidasikan elemen-elemen neo folk, indie pop, dan blues pada section instrument. Rapline MC Sniper mampu menari nari di atas chord-chord progession yang merdu dihasilkan oleh petikan akustik gitar. MC Sniper juga sempat membuat sebuah track dengan style ala New York hip hop sebagai bentuk penghormatanya. Lewat album ini saya bisa mendengarkan sekaligus indie pop dan hip hop dengan porsi yang bisa dibilang seimbang. Rhyme dari MC Sniper juga sangat padat. Flownya juga terdengar dinamis, dimana terkadang MC Sniper mengeluarkan flow dengan pace yang santai. Tetapi MC Sniper juga bisa mendeliver flow yang aggresif dan hardcore.

Best Track : Diary Of A Prostitute, New York Style, Pine Tree, My Tomb, God’s Poem

The Grouch & Eligh – What Would Love Do (Rating : B)

Hip Hop : The Grough & Eligh

Duo livilng legend The Grouch & Eligh kembali melakukan team up di tahun ini. Keduanya sepakat untuk membuat follow up dari album “The Tortoise and the Crow” yang dirilis pada tahun 2014 lalu. 7 Tahun lebih untuk The Grouch & Eligh membuat dan mematangkan konsep dari album barunya yang diberi judul “What Would Love Do”. Dalam album ini keduanya sepakat menganjak pasukan Bay Area lainnya seperti Brady Watt, Eli-Mac, dan lainnya untuk berkolbaorasi menyumbangkan raplinenya masing-masing.

Mungkin saya tidak expert dalam jejak diskografia mereka. Tetapi album ini saya bisa bilang merepresentasikan sound hip hop bay area secara menyeluruh. “What Would Love Do” banyak menggunakan elemen-elemen dengan vibes yang warm dan tropical. Sementara kerjasama antara beat dan rapline-rapline dari The Grouch & Eligh dan sederet gues starnya. Mampu menciptakan elemen-elemen groovy, bouncy yang sering berseliweran di sepanjang album. Sementara para MC di album ini mengisi porsi raplinenya cukup solid. Meski tidak banyak diimbangi dengan moment outstanding. Tetapi ada beberapa bar setidaknya yang dieksekusi secara flawless dan badass.

Best Track : Love Feels, Ghost, The Call, Piano God, Never Kill, Like Water

J. Cole – The-Off Season (Rating : B)

Semenjak debutnya di tahun 2011 dengan albumnya berjudul “Cole World: The Sideline Story“. J.Cole total sudah merampungkan 6 studio album termasuk album “The-Off Season”. Suatu hal yang mencengangkan kelima 5 album Cole sanggup meraih RIAA peringkat Platinum. Sedangkan semua album studio dari J.Cole juga pernah mencicipi posisi 1 di tangga billboard tanpa terkecuali. Drake mungkin memiliki prestasi serupa, tetapi J.Cole tidak hanya menekankan kehebatanya pada segi marketing dan penjualan album. Persona J.Cole sebagai seorang rapper memiliki sebuah packet yang bisa dibilang lengkap. Dia seorang lirikis yang piawai baik merangkai rhyme scheme maupun pesan-pesan liriknya. Lalu dia juga mampu menciptakan flow-flow yang khas dan skillfull. Sehingga ketika “The-Off Season” dilepas, ekespetasi yang tinggi pun ditaruh pada album studio ke-6 milik J.Cole ini.

“The-Off Season” memiliki awal pertanda yang baik, dimana secara komersil album ini sukses seperti para pendahulunya. 12 Lagu dalam durasi 40 menit sebuah durasi dan jumlah lagu yang seimbang untuk sebuah album full-length. Tetapi album “The-Off Season” sayangnya tidak menampilkan sesuatu yang spektakuler. Karena dari ke-12 lagu tersebut tidak ditemukan adanya lagu-lagu yang berpotensi untuk menjadi next classic hit dari J.cole selanjtunya. Mungkin seburuk-buruknya J.Cole menciptakan sebuah lagu. Tetapi karena skill penulisan lirik, dan flownya yang khas dengan penyisipan gaya freestyle. Akan membuat lagu-lagu J.Cole masih terdengar bagus dan berisi. Tetapi untuk urusan instrumensasi, warna sound, dan sequencing setiap lagu. Album ini kekurangan variasi dan lebih terdengar seperti sebuah mixtape yang menampilkan “freestyle rapping” dari seorang J.cole dan tidak lebih dari itu.

Best Track : “9.5. s o u t h”, “c l o s e”, “a m a r i”, “h u n g e r . o n . h i l l s i d e”, “p r i d e . i s . t h e . d e v i l”,

C – Ratings

Baby Keem – The Melodic Blue (Rating : C)

Hip Hop : Baby Keem

Ketika melepas “The Melodic Blue” sebagai album perdananya. Baby Keem bukan hanya sekedar rising star hip hop biasa yang mencoba peruntungan nasibnya. Tetapi Baby Keem sudah dikenal lebih dulu sebagai sepupu dari rapper Kendrick Lamar. Keduanya juga pernah tergabung untuk menyumbangkan lagu bagi soundtrack film Black Panther. Tetapi pada saat itu moment penampilanya terlalu sedikit, sehingga “The Melodic Blue” masih menimbulkan pertanyaan. Akan seperti apakah persona dari seorang Baby Keem ketika menjadi seorang leader bagi musiknya sendiri. “The Melodic Blue” mencoba mengarah pada elemen-elemen RnB hip-hop yang dibalut dengan elemen trap, dan alternative rap. Tetapi terdengar jelas bahwa Keem sejatinya masih meraba-raba elemen musik apa yang akan menjadi pakemnya.

Beberapa track terdengar seperti sebuah 2 track terpisah yang digabungkan secara bersamaan. Album ini seperti melakukan perjalanan menggunakan time machine untuk menembus berbagai dimensi. Tetapi sayangnya mesin ini beroperasi secara otomatis sehingga kita tidak bisa menentukan destinasinya. Ketika mendengarkan track bernuansa moody, belum ada kesempatan untuk menghayati isi track tersebut. Seketika elemen, dan atmosfir track berubah menjadi hal yang menimbulkan kesan paradoks. Ketika nama Kendrick muncul pada 2 track “family ties” & “range brothers”. Para fans mungkin sudah siap untuk membandingkan siapa yang lebih hebat diantara keduanya. Tetapi sayang moment pertukaran flow antar keduanya terlalu sedikit sehingga hal ini harus ditunda ketika keduanya kembali memutuskan untuk berkolaborasi lagi lain waktu.

Lil Baby X Lil Durk – The Voice Of The Heroes (Rating : C)

duo superstar rapper masa kini Lil Baby dan Lil Durk berkolaborasi dan merilis album berjudul “The Voice Of The Heroes”. Meski baru berusia 28 tahun Lil Durk sudah dibekali dengan segudang pengalaman dalam industri ini. Rapper asal Chicago ini pernah dikontrak di bawah naungan label hip hop ternama Def Jam. Sementara nama Lil Baby mulai naik ketika dirinya merilis sebuah mixtape kolaborasi berjudul Drip Harder. Bahkan single tersohornya “Drip Too Hard” diganjar penghargaan 9X RIAA Platinum. Sehingga tidak ada salahnya untuk menaruh ekspetasi yang besar pada project team-up dari Lil Baby dan Lil Durk.

Album ini tidak hanya sekedar berisi saling lempar barline dari Lil Baby dan Lil Durk. Lil Durk memiliki peran untuk menggali emosi audience agar lebih dalam. Lil Durk mendeliver vokal dengan cengok yang lebih melodius. Sementara Lil Baby lebih banyak beroperasi dengan rapline-rapline autotune dengan sense melodius juga. Tidak terlalu banyak moment outstanding yang bisa diangkat pada segi instrumental karena peranya tidak terlalu menonjol. Tracklist dari keseluruhan lagu juga terbilang panjang untuk diisi dengan lagu-lagu yang mayoritas memiliki struktur yang simpel. Sehingga album kolaborasi ini bahkan tidak lebih baik dari mixtape Drip Harder milik Lil Baby.

Sage Poet – Parable of the Chariot (Rating : C)

Hip Hop : Sage Poet

Wongani Kawoga a.k.a Sage Poet kembali berperan sebagai role-model seorang prophet pada album studio ke-5 nya ini. “Parable of The Chariot” bagaikan sebuah kitab yang ditulis berdasarkan pengalaman, dan pandangan Sage Poet mengenai beragam subjek. Album ini memiliki banyak subjek-subjek lirik yang dibahas secara terseperasai antara setiap tracknya. Sage poet mencoba mengkombinasikan penulisan lyric conscius rapnya dengan referensi-referensi sejarah, dan peristiwa yang relevan dengan makna yang ingin disampaikanya.

“Parable Of The Chariot” dipersenjatai dengan beat boom bap jazz vintage, dan flow-flow yang banyak terinsiparsi dari sound East coast Hip Hop. Tetapi, Sage poet tidak melupakan identitasnya darimana dia berasal. Ke-10 track yang ada di album ini disisipkan unsur-unsur musik tradisional khas afrika, timur tengah sehingga menghasilkan aroma-aroma sound yang lebih folkish, berkarakter dan eksotis. Terdengar baik baik saja tetapi untuk dikonsumsi secara kontiniu dengan jangka waktu lama. Album ini tidak terlalu memberikan sesuatu yang fenomenal dan melekat.

Punchello – Demon Youth (Rating : C)

Punchello menandakan tahun ini sebagai tahun kebangkitan bagi dirinya. Setelah 2 tahun lalu Punchello melepas mixtape berjudul “Ordinary”. Tahun ini dia kembali dengan merilis mixtape keduanya berjudul “Demon Youth”. Lewat sebuah interview singkat bersama Punchello. Mixtape Demon Youth didedikasian Punchello untuk para rapper-rapper yang menginspirasinya seperti Juice WRLD, XXXTenctation, dan lainnya.

Demon Youth langsung memberikan instalment atmosfir yang hitam kelam dan liar. Elemen-elemen sound techno, industrial, dan house bergerak secara liar dan tidak teratur. Sepanjang album Punchello mampu menciptakan banyak track dengan moment yang banger dan badass. Perpaduan rapline dari Punchello dan beat yang dihasilkan terlihat seperti 2 gelombang amplitudo yang bergerak secara berlawanan. Mungkin tidak aneh jiga album ini memiliki elemen sound yang mengingatkan dengan karya milik XXXTenctation, Travis Scott, dan rapper kekinian lainnya. Karena Punchello memang secara terang-terangan bahwa album ini terinspirasi mereka. Tetapi jika didengarkan lagi terkadang saya merasa flow dari Punchello terkadang mengingatkan saya akan grup hip hop lawas asal Perancis, Assassin.

2nd Generation WU – Hereditary (Rating : C)

Slogan “Wu-Tang Forever” nampaknya bisa ditafsirkan secara harafiah dan bukan hanya sebagai slogan pengingat bahwa Wu Tang Clan pernah hadir di tengah kehidupan kita. Selain Wu-Tang Clan hingga saat ini masih tetap eksis. Mereka juga sudah menyiapkan generasi penerus asli yang akan melanjutkan legacy Wu-Tang jika seandainya mereka sudah tidak ada lagi. 2nd Generation Wu dibentuk oleh iNTeLL (U-God’s son), PXWER (Method-Man Son), Son God (Ghostface Son) dan Young Dirty Bastard. Entah apakah ini bakat genetic turunan atau hanya bertujuan untuk melanjutkan bisnis keluarga. Namun yang jelas kisah 2nd Wu Generation sudah dimulai.

Tentu ekspetasi tinggi ditaruh pada project ambisius ini. Namun sayangnya realitanya tidak sebesar ekspetasi yang dibayangkan. Untuk hanya sekedar dikatakan sebagai sebuah album hip hop kolektif yang solid. Album ini bisa dibilang masuk dalam kategori tersebut. Delivery rhyme work yang variatif dengan diiringi slang word bar khas tradisi Wu-Tang. Beat dan sampling album ini juga banyak mengambil dari elemen Wu-Tang old generation. Tetapi orsinalitas dan kemampuan untuk menciptakan lagu lagu classic belum ditemukan di album ini. Single “7.0.D” yang menjadi andalan di album ini juga hanya sedikit memodifikasi dari single tersohor Wu-Tang, “C.R.E.A.M”. Tetapi core melody, hooknya masih terdengar serupa. Mungkin masih terlalu dini untuk menilai yang jelas project ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.

Czaface & MF-DOOM – Super What? (Rating : C)

Hip Hop : MF DOOM X Czaface

Setelah merilis album berjudul “Czarface Meets Metal Face” pada 2018 lalu. Proyek kolaboratif hip hop yang melibatkan Czaface & MF DOOM kembali berlanjut. Keduanya memutuskan untuk membuat sequelnya dengan judul “Super What?”. “Super What?” sejatinya sudah dikerjakan dan selesai pada tahun 2020. Namun perilisannya tertunda hingga pada tahun 2021 akibat pandemi. Namun yang mengejutkan ternyata album ini harus merubah statusnya menjadi post-humous album. Setelah MF DOOM dinyatakan meninggal pada akhir 2020 lalu.

10 Lagu pada album “Super What?” menjadi hadiah perpisahan bagi MF DOOM pada Czaface. Keseluruhan album ini masih memperlihatkan khas sound dari underground hip-hop. Secara keseluruhan produksi terdengar lebih gritty, dan kasar. Sementara MF DOOM masih konsisten mendeliver flow dengan permainan katanya yang variatif dan flow pattern mechanicalnya yang terstruktur rapih. Tentu ini merupakan sebuah album solid tetapi untuk dikatakan sebuah album yang essential dan membawa DOOM dan Czaface ke level berikutnya. Saya rasa album ini belum pantas untuk diberikan gelar seperti itu.

Kanye West – Donda (Rating : C)

“Donda” menjadi album studio ke-10 yang dirilis oleh Kanye West. Rasanya tidak perlau menceritakan panjang lebar lagi mengenai rapper satu ini. Karena Kanye West sudah memiliki reputasi yang tinggi dan nampaknya hampir masyrakat dunia familiar dengan rapper kelahiran Atlanta ini. Perilisan album Donda sempat dilatar belakangi oleh moment dramatical. Kanye West sempat melakukan postponed pada perilisan Donda hingga 3x. Nama “Donda” sendiri diambil dari nama ibunya West, Donda West yang meninggal pada 2007 lalu.

Semenjak project “Jesus Walks” Kanye semakin sering melibatkan keyakinan kekristenanya terhadap setiap karya yang dia buat. Album ini juga memiliki pendekatan serupa yang dipadukan dengan ajaran ibunya. Singkat kata Donda menjadi sebuah perwujudan album progressive rap gospel yang berisi pesan-pesan bijaksana dari Kanye West mengenai keagamaan. Tinggalkan sejenak hubungan keintiman Kanye West dan pencipta mari sedikit membahas elemen musiknya. 108 menit dengan 27 lagu saya rasa terlalu bloated. Banyak part, elemen yang dipaksa masuk agar perpaduan antara elemen gospel, dan hip hop bisa menyatu padahal nyatanya tidak seutuhnya demikian. Malah terkadang seperti pedang bermata 2, dimana beberapa interlude, refrain yang dihasilkan justru terdengar awkward atau menganggu. Vocal bar dari Kanye West terlihat biasa saja dan tidak bersinar, bahkan sekali lagi berkat banyaknya guest star yang diundang. Justru memberikan highlight panggung kepada sederet guest star yang memiliki perfomance lebih outstanding dibandingkan seorang Kanye.

Kinetic 9 X Bofaat – Roll Dolo (Rating : C)

Kinetic 9 dikenal sebagai seorang rapper yang tergabung dalam grup hip hop killarmy. Killarmy sendiri bukan grup hip hop biasa. Tetapi killarmy juga sudah terdaftar sebagai affiliasi dari clan wu. Tetapi kali ini kinetic 9 tidak membawa bendera killarmy. Dia berkolaborasi dengan salah satu produser hip hop kawakan Bofaat. Project ini sudah berjalan dari 2019 lalu. Tetapi materi perdana dari keduanya baru rampung pada tahun ini.

“Roll Dolo” Menjadi judul yang ditunjuk untuk album perdana kinetic 9 dan bofaat. Karena sejatinya project ini di manage oleh punggawa hip hop era lawas. Tidak heran jika materinya secara kesuluruhan memiliki taste dari sound 90’s hip hop. Tidak terlalu aggresif seperti layaknya hardcore hip hop. Flow dari kinetic 9 lebih terdengar bersinergi dengan beat beat jazzy yang slow dan moody. “Roll dolo” mungkin mampu menciptakan album NYC hip hop solid. Tetapi album ini tidak menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda.

Lil’Tachi – Forever Young (Rating : C)

Kang Hyun-Joon atau dikenal Lil Tachi seorang rapper muda yang mencoba peruntungan karirnya di bawah label Wedapugg pada tahun 2020. Lil Tachi merilis mixtape pertamanya di tahun tersebut. Mixtape yang diberi judul “Boombap Mixtape” memang tidak sukses secara komersial. Tetapi lewat mixtape tersebut Lil Tachi kemudian lebih dikenal lagi sebagai rapper muda yan bertalenta. Tetapi baru genap setahun Lil Tachi langsung membuat follow up mixtapenya tersebut dengan merilis album debut berjudul “Forever Young”. Saya kira album ini akan sepanjang mixtape yang dibuatnya dulu. Ternyata tracklist yang dimasukan ke dalam album ini hanya berjumlah 8 lagu. Jumlah yang 3x lebih sedikit dibandingkan mixtape terdahulunya yang memiliki jumlah lagu 29.

Tetapi ketika mendengar materi album ini memang sebaiknya tracklist dibuat singkat. Karena formulasi sound hip-hop/Rnb yang dibalut dengan elemen elemen trap seperti ini. Biasanya banyak memiliki struktur sound yang seragam. So dengan tracklist yang pendek setidaknya bisa banyak mengurangi rasa bosan mendengarkan struktur lagu yang serupa. Tidak ada banyak elemen yang bisa dibahas. Karena sound ini seluruhnya sangat mengikuti template dari sound hip hop kekinian. Trap beat, triplet rhyme, dengan terkadang memberikan vocaline melodius yan dicampur dengan efek autotune sudah menjadi starter pack musik hip hop kekinian termasuk album ini.

Westside Gunn – Hitler Wears Hermes 8 (Rating : C)

Menjadi seorang entrepreneur dan eksekutif produser tidak membuat Westside Gunn hanya menjadi orang yang bergerak dibalik layar saja. Dia bahkan ikut bergeriliya kesana kemari berkolaborasi dengan rapper lain, dan merilis berbagai mixtape dan album dalam kurun waktu setahun demi mengibarkan kampanye yang sedang ia rancang bersama timnya. Selain berkolaborasi dengan Mach-Hommy, Westisde Gunn juga merilis Mixtape terbarunya berjudul ” Hitler Wears Hermes 8″. Series mixtape “Hitler Wears Hermes” nampaknya sudah menjadi agenda tahunan Westside Gunn. Semenjak tahun 2014 Westside Gunn tetap konsisten merilis series mixtape ini hampir setiap tahunnya.

Gunn sadar bahwa kemampuanya untuk mendeliver rhyme terkesan biasa saja. Dia lebih piawai untuk menjadi kurator instrumen, selektor beat, dan koneksinya yang mampu mengundang banyak talenta. Sehingga peran Gunn tidak terlalu banyak menonjol bahkan di dalam project mixtapenya sendiri ini. Gunn mengundang banyak MC tersohor seperti Boldy James, Mach-Hommy, Conway, Lil’Wayne dan lainnya. Mengarahkan para kolaboratornya untuk mengeluarkan potensi terbaiknya di balik style sound produksi yang in your face, dan porsi instrument tidak terlalu banyak mengimprovisasi beat dan cadencenya. Terdengar semuanya baik-baik saja, tetapi hal ini membuat perfomance Mixtape ini menjadi lebih menitikberatkan peran para kolaboratornya dibanding peran Gunn sendiri.

Rahiem Supreme – The Fly Metaphysics (Rating : C)

Rahiem Supreme, merupakan seorang rapper kelahiran Washington DC. Kiprah Rahiem dimulai tahun 2018 ketika dirinya melepas album perdananya. Sebagai seorang rapper yang lebih tendesi untuk bergerak independent. Rahiem membiasakan dirinya untuk mahir dalam hal produksi album. Pada akhirnya Rahiem pun mampu memproduseri albumnya secara independent. Sepanjang tahun ini dirinya sudah merilis 5 album dan album “The Fly Metaphysics” ini salah satunya.

Sebagai seorang yang memerhatikan beats, instrument, dan rhyme scheme secara berkesinambungan. Saya tidak terlalu sreg dengan produksi, dan instrument section yang dibawakan album ini. Mungkin terbiasa mendengar drum mesin dengan sound yang dry. Sehingga ketika disodori dengan sound kick drum yang crisp seperti ini. Malah terdengar tidak memberikan energi. Tetapi untugnya delivery rhyme dari Rahiem cukup mampu menyokong album ini mengeluarkan moment terbaiknya. Rhyme dari Rahiem terdengar lebih menggeram, agresif, dan memberikan bar demi bar yang brecking the neck. Mungkin jika seandainya porsi instrument di album ini bisa lebih digarap. Bukan tidak mungkin album ini memiliki nilai yang lebih tinggi dari ini.

D – Ratings

Drake – Certtified Lover Boy (Rating : D)

Seolah tahun ini Kanye West memegang kendali setelah dirinya melepas album ke-10 nya berjudul “Donda“. Tetapi tanpa pemberitaan dan pemberitahuan yang masif. Tiba-tiba direct kompetitor Kanya West yaitu Drake merilis album studio terbarunya berjudul “Certified Lover Boy”. “Certified Lover Boy” menjadi penanda kembalinya Drake setelah album ini sempat ditunda perilisanya dikarenakan pandemic. Tanggal rilis dengan waktu yang berdekatan dengan Donda seolah-olah seperti serangan yang mengenai tepat sasaran pada lawannya.

“Certified Lover Boy” masih menampilkan personal lifestyle Drake yang selalu berhubungan dengan Fame, ambisi, krisisnya kepercayaan, dan rasa kecemasan nya. Drake memiliki pendakatan yang lebih emosional, melankolis dan membagi perannya menjadi lead vocal sekaligus rapper secara paralel. Tetapi namapkanya Drake terlalu sedih untuk menceritakan pelbagai masalahnya di album ini sampai sampai dia lupa cara membuat lagu single hit. 21 lagu dengan 90 Menit rundown tetapi CLB tidak memiliki 1 pun track yang outstanding dan memorable. 90 menit para pendengar hanya seolah dipaksa untuk mendengar berbagai masalahnya seperti perseteruanya, kesendiriannya, dan masalah pelik lainnya.

Pop Smoke – Faith (Rating : D)

Terkadang saya berpikir posthomous album merupakan sebuah project yang tricky. Antara memberikan kesenangan bagi fans, dan menghargai legacy yang ditinggalkan oleh artist yang bersangkutan. Atau justru menjadi ajang eksploitasi bagi produser, industri musik, dan perusahaan rekaman untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari hasil penjualan dan streaming album. Namun sayangnya album posthomous kedua Pop Smoke yang berjudul “faith” ini berakhir sebuah petaka.

Merilis materi-materi unfinished song sepertinya bukan sebuah ide yang baik. Beberapa track menunjukan vokal line Pop Smoke yang belum selesai. Album ini bisa memberikan citra bahwa Pop Smoke merupakan seorang Rapper tak bertalenta. Sisi dinamis dan detailing dari bar rap Pop Smoke benar-benar nyaris terkikis. Karena kesalahan dari pihak produksi dan director yang kacau balau seperti ini.

Baca Juga : Pop Smoke : Faith Review

Yung Bleu – Moon Boy (Rating : D)

Lahir di Mobile, Albama rapper muda Yung Bleu memulai perjalananya ditahun ini dengan merilis album debut berjudul “Moon Boy”. Sebuah ilustrasi menarik langsung ditunjukan pada cover album “Moon Boy”. Pada album cover tersebut, Yung Bleu menggambarkan dirinya sebagai seorang astronot asing yang mendarat di bulan. Sebuah perumpamaan realita yang sesuai dengan kondisi Yung Bleu yang baru menjelajahi industri hip hop dan mulai mengarunginya. Pertanyaanya apakah Yung Bleu akan berhasil seperti seorang Yuri Gagarin. Atau akan bernasib seperti para astronot yang berperan dalam film LIFE. Mungkin terlalu dini untuk menilai Young Bleu. Tetapi album debut selalu menjadi impresi yang menarik untuk membahas kelanjutan dari karir artist yang bersangkutan.

Rasanya sudah tidak asing lagi di era sekarang menemukan rapper dengan tema lirik mengenai roman picisan, dinyayikan dengan autotune dan sedikit rhyme scheme. Bahkan jumlah dan peminatnya bisa dibilang membludak dan seolah itulah gambaran dari hip hop era sekarang. Beruntung Yung Bleu punya sedikit nilai tambah yang bisa dibuat menjadi pembeda. Kemampuan vokal Yung Bleu yang melodis mampu memberikan daya tarik. Meski dipoles dengan auto-tune tetapi kemampuan alami olah vokal Yung Bleu juga bagus. Dibalut dengan beat-beat santai beraroma romantis dan dreamy cukup untuk membungkus nuansa romansa album ini. Namun 15 lagu dengan komposisi yang cenderung ringan dan sama setiap lagu saya rasa terlalu panjang. Apalagi hampir setiap lagu memiliki strategi jual yang serupa.

Baca Juga : Run The Jewels : Tier List

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link