1979ClassicJazzReviews

George Benson : Livin’ Inside Your Love Review

George-Benson-Cover

George Benson mampu memanipulasi bakat blues dan jazznya untuk menciptakan sebuah karya musik sentimentil yang siap melawan maraknya tren musik rock pada saat itu.

Pada awal perkembangan musik jazz, gitar bukan merupakan instrumen yang dijadikan sentral point untuk mempertontonkan performa musik virtuoso. Dalam sebuah grup band jazz besar, peran drum, saxophone, piano, dan terompet memiliki kasta yang lebih mendominasi dan seolah memarginalkan fungsi dari gitar baik dalam sebuah pertunjukan maupun lagu. Satu-satunya cara untuk menjadi seorang gitaris yang bersinar dalam ranah jazz adalah dengan mengadopsi teknik permainan gitar exceptional dan memiliki karakter kuat. Hal itu sudah dipraktekan oleh beberapa gitaris jazz ternama seperti Wes Montgomery, Grant Green, Django Reinhardt, dan Joe Pass. Setidaknya masalah internal yang terjadi dalam musik jazz tersebut, nampaknya harus dihadapi oleh setiap gitaris jazz yang memulai kiprahnya selang dekade 30 – 50’an.

Namun ketika George Benson memulai karirnya pada dekade 60’an, situasi dan beban yang dihadapi berbeda dengan apa yang dirasakan oleh para pendahulunya. Ketika peran gitar dalam dunia jazz sudah mulai stabil, masalah lainnya kali ini muncul dari sisi eksternal. Jazz harus berkompetisi ketat dengan musik rock, soul, dan pop dalam hal popularitas dan penjualan album. Pada awalnya hal ini terlihat sepele dan tidak membuyarkan pandangan bahwa George Benson seorang gitaris jazz pendatang yang bertalenta. Benson menjadi pengisi gitar dalam pertunjukan musisi jazz ternama Jack Mcduff ketika dirinya masih berusia 21 tahun dan melepas belasan album studio hanya dalam kurun waktu 1 dekade berkarya. Sebuah pencapaian luar biasa bagi Benson muda dari segi musikalitas dan produktifitas. Tetapi masalah awal yang terjadi rupanya menggoyahkan Benson dalam segi pencapaian peringkat dan penjualan album.

14 Album studio pertama yang dikeluarkan Benson satupun tidak mendapatkan predikat sertifikasi apapun. Beberapa album studionya, bahkan tidak masuk sama sekali dalam jajaran list chart US billboard dari berbagai kategori. Hanya album Bad Benson yang berhasil menempati peringkat 1 dalam kategori Jazz US billboard di tahun 1974. 1976 barulah George Benson menemukan turning point bagi kesuksesan karirnya. Selepas berganti label musik selama berkali-kali, George Benson akhirnya dipinang oleh Warner Bros. di tahun tersebut. Debutnya bersama Warner Bros berbuah manis dan langsung menelurkan album fenomenal bertajuk Breezin’.

George-Benson-Live
photos by : https://www.bbc.co.uk/programmes/b05tk977

Tentunya kesuksesan Breezin melibatkan campur tangan besar dari pihak Warner Bros. Tetapi disamping itu, George Benson juga mulai merubah banyak struktur musiknya dengan perombakan secara mayor. George Benson semakin gencar mengintegrasikan elemen pop, blues, dan Rnb ke dalam harmony gitarnya. George benson di era 70’an lebih banyak mengaransemen lagu secara direct dengan struktur lagu lebih disimplikasi. Benson mencoba untuk mengarahkan fokus audience pada nuansa, dan emosi musiknya dibanding mempertontonkan aksi virtuosoic permainan gitarnya. Pada titik ini George Benson perlahan mulai menjauhi style swing yang sangat kental di awal karir bermusiknya.

Bagusnya George Benson malah menemukan sisi karakter musik yang lebih kuat daripada sebelumnya. Benson memang tidak pandai membaca tabelatur musik, namun dia mampu mengekspresikan emosi dan feelingnya ke dalam rangkaian melodi, dan susunan chord yang ia ciptakan bersama gitarnya. Lewat warna musik baru, Benson menemukan sisi musikalitasnya yang lebih kuat namun natural. “Livin’ Inside Your Love” merupakan album ketiga Benson bersama WB dan kembali melibatkan koneksi antara cinta, nada, dan perasaan yang siap menggetarkan hati. Lagi album ini menampilkan gambaran karya Benson dengan lebih mengarah ke teritori Jazz / romantic pop / Rnb. Durasi per lagu berkisar antara 3 – 6 menit tetapi, album ini masih termasuk ke dalam album lengthy Mr. Benson karena total durasinya mencapai 1 jam.

Album ini bisa dijadikan rujukan bagi yang ingin mencoba karya Benson untuk pertama kali. Dalam perspektif dan parameter kemudahan mencerna musik, yes album ini merupakan salah satu album Benson yang cocok dijadikan teman santai minum teh. Tetapi jika ingin menggali karya-karya Benson dengan karakteristik lebih jazzy dan mengedepankan improvisasi gitar kompleks, saya rasa album ini tidak cocok dijadikan target utama. Setiap keping lagu memiliki susunan kolektif dan kompak untuk memberikan panorama nuansa kisah romantis di musim panas. Tidak ada lagu yang menjadi impostor dengan menawarkan kepingan perasaan yang berlawanan di antara ke-12 lagu.

Baca Juga : Emily Steinwall : Welcome To The Garden Review

George-Benson-Perfomance
Photos by : https://www.ft.com/content/489271a8-be72-4d54-b33c-5e99a2a3ebff

Side A dibuka dengan track “Livin’ Inside Your Love” dan langsung memancarkan aura musik cerah nan berseri-seri. Kepingan sound string violin classical musik mengisi backdrop layer sound dengan megah nan elegan. Lagu ini memiliki mood groovy namun dengan orientasi beat dan pattern drum statis. Benson tidak sendirian mengisi porsi gitar pada album ini, Earl Kugh dan Benson saling melempar ekspresi riangnya lewat phrase dan melody gitar yang silih bergantian masuk. “Hey Girl” memiliki nuansa lebih relaxing dan moody. Saya tidak mengkategorikan track ini sebagai sebuah track ballad bernuansa melankolis dan sedih. Tetapi track ini melibatkan feel Benson yang lebih emosional dibanding track pertama.

Dibuka dengan iringan violin bercorak classic, vocal Benson kemudian masuk dengan style nada soul feeling khasnya. Bass lebih menancapkan secara jelas line-line melodynya pada lagu ini. Lirik lebih diserdehanakan namun memiliki korelasi kuat dengan feel lagu membuat anda bisa menyimaknya menjadi suatu kesatuan tanpa harus kebingungan dalam menginterpretasikan makna dari liriknya. Side A ditutup dengan track berjudul “Nassau Day”. Lagu ini kembali menggairahkan semangat dengan memberikan suntikan groovy funky bassline. Style groovy funky yang dibawakan mengingatkan saya dengan jajaran musik funk / Rnb rilisan Motown. Disini Mr. Benson lebih mengumbar part-part chromatic gitar tetapi masih bisa ditolelir oleh telinga non-pecinta Jazz. Tone gitar yang selalu menghasilkan warna bright dari Mr. Benson kali ini justru terdengar kontras dengan sektor instrument lainnya. Sementara Ronnie Foster mengisi solo pada keyboard denan sangat atraktif dan performa mencengangkan.

Side B punya segmen track lebih progresif dari side sebelumnya. Dibuka dengan lagu berjudul “Soulful Strut”, track bersebut lebih sering mengganti tempo dan progesi kord. Meski begitu “Soulful Strut” masih dalam koridor musik Jazz / pop. Kali ini kepingan elemen classic lebih tenggelam karena peran bass dan gitar Mr. Benson condong mendominasi. Track berdurasi 6 menit ini memiliki komposisi yang ringan karena head melody pada gitar efektif dalam menghasilkan melodi catchy. Tetapi improvisasi gitar pada track ini tidak sebanding dengan perubahan tempo chord pada lagu. Benson harus kembali mengulang-ngulang head melody serupa, sehingga menimbulkan kesan bosan dan monoton. Lagu pun berakhir anti klimaks dan dirasa mengganjal dengan efek fade-out yang muncul diakhir.

Untungnya “Prelude to Fall” langsung sigap menyelamatkan Side B yang diawali dengan kurang menyenangkan. Dibuka dengan nuansa moody sama seperti track “Hey Girl” ternyata track ini menaruh potensinya pada durasi pertengahan lagu. Selain dinilai berhasil memadukan transisi antara slow-paced moody menjadi lagu dengan orientasi groovy dan up beat. Sejauh ini improvisasi gitar Benson yang paling menonjol terletak pada lagu ini. Kombinasi antara bass notes dan melodi notes dari gitar membuat jalan improvisasi Mr. Benson lebih colorful dan juicy. Lagu ini seolah memperbaiki kesalahan sebelumnya dengan tidak mengulang-ngulang part head melody secara frequent. Interval penggunaan head melodI, bridge, dan improvisasi secara total disusun dengan flow yang bervariasi.

Side B diakhiri dengan tembang berjudul “A Change Is Gonna Come”. Lagu dengan aransemen berbeda karena lagu ini lebih mengarahkan vokal sebagai pusat perhatian dibanding permainan gitar dari Mr.Benson. Lagu mengiringi dengan tempo straightfoward, tidak ada improvisasi kejutan apapun yang keluar dari raungan gitar Mr.Benson. Peran gitar terdengar lebih “plain” dengan stuck bermain chord gitar rasa mississippi blues. 1 menit jelang bubaran lagu sedikit merubah temponya menjadi lebih up beat dengan groovy jamming section. Sebuah hal positif karena mengurangi kesan flatness dan one dimensional pada lagu.

Baca Juga : 10 Album GDR Jazz Paling Berpengaruh

“Love Ballad”, track yang dipercaya Mr.Benson untuk membuka side C. Saya kira awalnya ini sebuah track ballad penuh dengan lirik-lirik cinta dan romantisme. Tetapi lagu ini justru dibuka dengan beat groovy energik. Sama seperti track sebelumnya, lagu ini lebih menampilkan kolektifitas antar kesatuan lagu, dibanding menonjolkan permainan gitar Mr.Benson. Tetapi yang paling saya sukai dari track ini, ketika vocal Benson saling bersahutan dengan phrase gitar. Seperti seorang sepasang kekasih “bercinta” part tersebut selalu mengundang rasa eargasm yang menggairahkan. “You’re Never Too Far From Me” kembali memfokuskan perhatian pada permainan gitar Mr.Benson. Tetapi kali ini Mr.Benson memisahkan head melodi dengan bagian improvisasi secara terurai.

Dampaknya bagian head melodi hanya ada pada awal dan menjelang akhir lagu, sedangkan middle section seluruhnya diisi dengan part improvisasi. Bagian improvisasi gitar lebih mengarahkan fokusnya untuk membangun feeling emosional dibandingkan menciptakan serangkaian nada rumit dan membingungkan. Tak terasa Side C sudah berada di penghujung lajunya, dengan track “Love is A Hurting” sebagai penutupnya. Saya rasa lagu ini lebih bergerak sebagai lagu dengan orientasi Rnb. Lagu ini kental memiliki rasa seperti karya-karya milik “The O’Jays“,dimana lebih banyak melibatkan porsi classic string dengan elemen perkusi. Romantic solo piano muncul dipertengahan lagu menegaskan bahwa track ini seluruhnya lebih mengarah ke area Rnb dan tidak terlau banyak melibatkan elemen jazz.

Pada side D George Benson mencoba merangkum keseluruhan feel dari album “Livin’ Inside of Your Love” ini. Ketiga track berikut mewakili mood dan nuansa berbeda-beda antara satu lagu dengan lainnya. “Welcome To My World” menampilkan track up tempo lainnya dari Benson namun dengan arahan sound yang berada pada ranah Rnb / Pop. Tidak ada porsi gitar dilibatkan sama sekali di lagu ini. Hanya berisi layer keyboard, elemen bass dan drum yang bersinergi merangkai bouncy rhythm. Sementara “Before You Go” lagu jamming terakhir yang diperdengarkan Mr.Benson pada album ini. Mencoba untuk mengulang formulasi dari lagu “Affirmation”, lagu ini dibuka dengan head melodi yang melodis dengan repetisi agar semakin menempel di otak. Sebuah track instrumental jamming berjalan seperti sebagaimana mestinya. Mr Benson mencoba untuk mencampurkan lick texas blues dengan permainan chromatic khasnya.

Album diakhiri dengan lagu “Unchained Melody” sebuah lagu legendaris ciptaan Alex North yang sempat dibawakan ulang oleh The Righteous Brothers. Dibandingkan versi tersohor dari The Rightehous Brother, Benson membawakan ulang dengan lebih elegan. Karena Benson lebih mengangkat peran orchestral sound tidak hanya sebagai latar sound, tetapi juga membantu mengisi feel heavenly pada lagu ini. Pitch control Benson dalam mengeluarkan vokal high note juga lebih bisa terkontrol dengan baik.

Overall, meskipun album ini beberapa track hanya merupakan cover dari beberapa artist terdahulu. Tetapi George Benson mampu membuat flow dari setiap lagu berbeda dan seolah merupakan lagu yang dia karang dan ciptakan sendiri. Masih, ini bukan merupakan sebuah album essential dan game changer yang pernah diciptakan Mr.Benson. Namun George Benson mampu memanipulasi bakat blues dan jazznya untuk menciptakan sebuah karya musik sentimentil yang siap melawan maraknya tren musik rock pada saat itu.

Baca Juga : Makaveli : The Don Killuminati (The 7 Days Theory) Reviews

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link