Virtual Dream Plaza – Tarian Dualitas Di Tepi Pantai
“Dalam album ke-5 nya, Luke Laurila a.k.a Virtual Dream Plaza meninggikan peranan piano untuk mengeluarkan nyanyian sentimentil yang bersifat melankolis, di tengah teriknya matahari yang tengah menyinari pantai.”
Ada sebuah bentuk pemakluman, ketika Luke Laurila memutuskan menciptakan begitu banyak proyek musik, alih-alih itu hanya membuat pendengarnya menjadi kelimpungan dan kebingungan semata. Laurila selalu menantang dirinya untuk membuat sesuatu yang berbeda dan menciptakan begitu banyak jenis musik yang merentang dari domain vaporwave, mallsoft, slushwave, ambient, downtempo, drone, hingga dreampunk. Bahkan ketika dia telah memutuskan mendirikan berbagai proyek dengan fungsionalitasnya seperti rak penyusun agar setiap musiknya terarsip lebih rapi, itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa dalam satu proyek Laurila dapat kembali menembus batasan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Contohnya terlihat pada salah satu proyek besutannya, Virtual Dream Plaza yang telah menimbun 80 album studio sejak aktif tahun 2015 lalu. Jika diperhatikan beberapa album memiliki sampul berkesinambungan yang diambil dari potongan frame iklan anonim di Jepang. Itu juga dikonstruksi pada sekitaran elemen musik yang memiliki kemiripan untuk mengisyaratkan bahwa ada konsep album berjenjang yang ditawarkan Virtual Dream Plaza. Beberapa album ada yang ditempatkan dalam konsep musik ambient noise, atau terbenam dalam genangan musik slushwave maupun ambient. Tetapi nampaknya, album “一緒に海岸を歩きます” merupakan kasus khusus yang tidak terikat oleh hal-hal konseptual apapun. Berdiri tegak dengan hanya berisikan daftar lagu tunggal yang menyentuh durasi 31 menit lebih.
“一緒に海岸を歩きます” mengambil pendekatan gaya mallsoft yang sama sekali tidak membutuhkan dendangan dari perkusi sebagai penuntun utama dari ritme musik, membiarkan setiap nada mengalir secara alami dan bergerak bebas tanpa sekat. Kesimpulan yang ditangkap, alur musik berusaha menciptakan kesan yang begitu surealis dalam memetakan estetika hamparan pantai di siang hari dengan terpaan gelombang dan tiupan angin musim panas yang sejuk dan kering. Jika didengar dalam jarak speaker yang dekat, anda akan mendapat semua detailnya. Dari dentingan piano yang subur mengalun dari nada rendah, yang melenggang dalam nada meninggi yang membuka lamunan dengan perasaan ironis. Hingga gempuran kasar dari suara noise terkonsentrasi menciptakan partikel-partikel pasir. Sementara, jika didengar dalam jarak cukup jauh, hanya lantunan piano yang terdengar, namun justru memiliki kenyaringan yang seperti bersifat memanggil dari kejauhan. Ada permainan dualitas di sini, dimana ketika gaya produksi dan ambient yang diambil bersifat lebih terang dan tebal, namun pemilihan daripada sampel looping melodi piano justru mengambil sudut yang lebih melankolis, murung, dan merangkak menaiki tangga nada minor.
Baca Juga : Apa Enaknya Musik Slushwave?