Rien Djamain – Mendalami Cinta Dari Sisi Bersebrangan
“Dalam album “Vol.2″, Rien Djamain mampu mengartikan cinta pada berbagai konteks hingga pada sudut-sudut yang bersebrangan dengan pemahaman banyak orang mengenai cinta.”
Ketika Martin Luther King. Jr bersabda melalui perkataan yang meyakinkan orang-orang bahwa cinta adalah satu-satunya hal yang dapat menaklukan kebencian, ini dapat diterima sebagai kebenaran mutlak atau dapat menjadi sebuah kebenaran relatif bagi segelintir masyarakat. Pada kenyataannya, di belahan dunia lain cinta telah mencekik dan memaksa orang menelan getah empedu mentah-mentah. Putusnya cinta, kehilangan cinta, serta retaknya hubungan cinta telah membuat banyak orang meratapi nasibnya di balik kamar petak kos-kosan, sembari berharap agar ramalan suku maya tentang akhir dunia yang selalu dikaitkan dengan waktu dekat, agar lekas terjadi. Kasus paling parah adalah ketika pengambilan keputusan hanya berdasarkan naluri primitif manusia akan seks tanpa adanya pertimbangan rasionalitas dan moralitas. Akibatnya cinta dapat berubah menjadi adegan predator seksual mengenaskan yang menimbulkan seri trauma berkelanjutan bagi generasi ini.
Saya tidak percaya awalnya cinta begitu rumit, namun demikianlah adanya. Seperti apa yang coba diungkapkan oleh Rien Djamain, penyanyi asal Makasar yang telah banyak melantunkan tembang bertemakan pada seputaran cinta dan romantisme. Sejak debut albumnya “Api Asmara” penyanyi yang juga saudari kandung dari Ida Djamain ini, telah bertutur bahwa cinta adalah pilihan untuk menancapkan melati atau belati pada seseorang maupun diri sendiri. Nampaknya tidak ada yang banyak berubah dari Rien Djamain mengenai pandangannya terhadap cinta ketika ia melepas album “Vol.2”, 3 tahun pasca debutnya. Anda mungkin dapat lari tetapi tidak dapat bersembunyi dari dualisme cinta. Ia dapat menginterpretasikan cinta pada berbagai konteks, seperti: sebagai pengekang kebebasan dalam tembang “Improvisasi”, kerinduan tak berujung dengan meninggalkan luka dalam pada “Salam untuk tercinta” dan “Bayangan Cinta”, hingga membuat orang tak berdaya dihadapan cinta melalui tembang “Suara Hati”.
Perasaanya sangat beriringan dengan apa yang diucapkannya, tidak heran dengan lapisan kesedihan yang banyak dikisahkan, warna vokal Rien Djamain turut dirundung oleh rasa murung dan tidak menunjukan wajah berseri-seri. Pencampuran warna vokal jazz / soul yang mengalun dengan anggun, sangat solid sebagai alat untuk menuturkan uneg-uneg kesedihannya dengan rasa ikhlas dan pasrah. Sesi instrumen juga sangat simpatik terhadap kondisi Rien, dengan mengeluarkan potongan-potongan suara yang homogen dalam mengeluarkan rasa-rasa melankolis dan sendu. Potongan bass dan drum membantu perasan Rien Djamain agar tetap tegar, sementara tata suara keyboard maupun gitar mencoba menjelaskan dengan cara mendramatisir apa yang sebenarnya terjadi. Ada sedikit upaya dari instrumen untuk menghibur Rien Djamain dengan cara menampilkan aransemen yang lebih energik dan bersemangat seperti pada lagu “Kau Kejar Diriku” atau “Halimun” yang mengalir lebih tenang dalam ruang lingkup musik bossa nova.
Baca Juga : Yanti Bersaudara : Anggrek Merah Review