Apa Enaknya Musik Slushwave?
Dalam era di mana musik mengalami ledakan kreativitas yang tak terbendung, kita seolah terombang-ambing dalam lautan genre musik yang semakin luas. Setiap waktu, tanpa henti tercipta genre baru yang menantang batas-batas musikal yang sudah pernah digegas dan bertahan pada era terdahulu dan berkembang menjadi semacam rekayasa genetika yang memuntahkan spesies baru.
Seakan tak pernah menyentuh batas garis final, database dalam situs perpustakaan musik terbesar saat ini, Rate Your Music (RYM) telah mengarsipkan keberadaan ratusan, bahkan ribuan genre musik yang sebelumnya tak pernah diduga bahwa eksistensinya hadir dan di luar pengawasan.
Dari sana muncul kesempatan untuk mengeksplorasi diri dan menemukan keindahan dalam perbedaan. Keberagaman genre musik dapat menjadi refleksi sebagai navigasi peta bintang yang tak terhingga, memungkinkan untuk segera menemukan titik-titik cahaya baru yang mencerahkan kehidupan.
Situs RYM mungkin dapat dianggap sebagai pengawas musik virtual, yang telah menambahkan serentetan genre baru yang tampak eksotis. Akan tetapi itu dapat dipergunakan sebagai alat pendeteksi yang baik untuk mencari harta terpendam, termasuk salah satu yang cukup menarik perhatian belakangan ini ialah: slushwave.
Maret 2023 lalu, slushwave secara resmi diakui sebagai salah satu genre musik di situs RYM. Tetapi kemudian itu menimbulkan sebuah pertanyaan, mengenai apakah itu genre musik slushwave? Seperti apakah bentuk daripada musik slushwave? Lalu apakah slushwave merupakan musik yang layak untuk didengar dan dinikmati?
Slushwave Sebagai Turunan Vaporwave
Sekarang sebelum membahas lebih spesifik mengenai slushwave, perlu dikatakan bahwa slushwave merupakan turunan murni sub-genre dari vaporwave. Gerakan vaporwave muncul dari perkumpulan jaringan internet bawah tanah yang sempat dipopulerkan oleh beberapa produser atau seniman seperti MACINTOSH PLUS, INTERNET CLUB, Sacred Tapestry, dan sempat menjadi trendsetter di kalangan pecinta kultur musik alternatif.
Vaporwave muncul sebagai suara terhalus dari kegelapan dengan kelembutan suara, mengisahkan secara tersirat sebuah perlawanan filosofis yang tertidur nyenyak di tengah-tengah kesadaran orang banyak yaitu mengenai arus kehidupan konsumerisme yang sengaja digerakan oleh sistem negara Kapitalis di era 80-90’an, terutama di wilayah Amerika dan Eropa.
Bagi sebagian orang, vaporwave bukan sekadar genre musik, tetapi juga simbol dari pengingat secara tersamarkan mengenai tirani dunia modern yang tenggelam dalam ketidakberdayaan menghadapi tekanan manipulasi konsumerisme.
Itu tercermin langsung dalam musiknya yang terdistorsi, memotong gambar-gambar kehidupan yang digembar-gemborkan oleh industri dengan melakukan sampling secara acak beberapa keping lagu, menurunkan kualitasnya pada tingkatan lo-fi, mengoyak-ngoyak pitch serta keharmonisan nada, dan merajutnya kembali dalam suatu kesatuan bentuk yang membingungkan dan ironis.
Tetapi dibalik filosofi dan estetikanya yang tampak pesimis, justru secara eksekusi musik dilakukan dengan perspektif terbalik dan malah menjadi suatu antitesis, ketika vaporwave mampu menyuguhkan lapisan-lapisan melodi melankolis pembangkit rasa kerinduan dan nostalgia yang berkilau.
Sebagai manifesto bagi mereka yang lelah dengan kehidupan yang tidak ada artinya, vaporwave menjadi pelampiasan bagi jiwa yang terjebak dalam realitas yang bersifat depresif dan keputusasaan. Ia menawarkan pelarian ke dalam dunia imajinasi membebaskan yang terbentuk dari kolase musik sampling era lawas, berputar-putar dengan genangan reverb yang melarutkan emosi pada kepungan fantasi semu yang menyenangkan.
Namun, dalam keindahannya yang misterius, vaporwave juga menyimpan perasaan false nostalgia yang menghantui. Seperti kenangan yang terpotong-potong dan terdistorsi dalam benak, membangkitkan kerinduan palsu yang membingungkan.
Itu semua dapat dipicu karena para produser maupun seniman vaporwave kerap kali memasukan berbagai sampel musik lawas untuk dijadikan referensi sampling mereka, namun bentuknya dimodifikasi ulang seperti memberi efek reverb berlebih, menurunkan tempo, mengoyak-ngoyak sample suara, dan lainnya. Sehingga meski dalam pendengaran musik tersebut tampak familiar secara melodi, namun dapat dikatakan secara bentuk maupun jenis musiknya telah jauh berbeda dari versi aslinya.
Sekarang bagaimana semua ini berkaitan dengan slushwave? Sebelum terminologi slushwave diciptakan dan digunakan luas sebagai label genre musik, produser maupun seniman slushwave kerap dilabeli sebagai musisi vaporwave, karena dianggap bahwa saat itu keduanya memiliki kemiripan.
Tetapi belakangan, kumpulan penikmat dan penggemar musik di situs RYM mulai menarik garis batas, dan mengatakan keduanya memiliki perbedaan cukup signifikan terutama dalam bentuk musik dan nilai estetika, sehingga mereka beropini bahwa sudah saatnya musik ini dikelompokan secara terpisah.
Asal & Ciri-Ciri Slushwave
Pada tahun 2013, produser Luke Laurila menggunakan pseudonim t e l e p a t h テレパシー能力者 dan memperkenalkan istilah “slushwave” dalam albumnya yang berjudul “夜遊び” sebagai tagar teks meta untuk mendeskripsikan jenis musik yang ia ciptakan. Sejak saat itu slushwave mulai ramai digunakan oleh musisi, produser, dan seniman lain yang mengaku terinspirasi oleh karya t e l e p a t h テレパシー能力者.
Slushwave secara khusus dibedakan dari vaporwave dan turunannya dengan tempo lebih lambat, pendekatan ambient yang lebih menonjol, perubahan segmen mendadak yang jarang terjadi, dan fokusnya bukan pada beat atau ritme yang dominan, melainkan pada atmosfer dan manipulasi suara yang menyerupai sinonim kata “slush” yang berarti tenggelam.
Seperti halnya vaporwave, slushwave menggunakan komposisi musik berbasis sampling (proses pengambilan dan penggunaan ulang potongan suara dari rekaman yang sudah ada untuk diintegrasikan ke dalam musik yang baru), tetapi dengan perbedaan dalam penggunaan efek pemotongan dan looping yang lebih sedikit, tempo yang lebih diperlambat dari vaporwave, durasi yang sangat panjang, dan lebih beragam mengaplikasikan efek modulasi suara seperti reverb, delay, phaser, dan lainnya.
Ruang kosong yang dihasilkan oleh penggunaan sampling yang diposisikan secara berbaring (laid-off) dan diperlambat dengan durasi yang panjang membuka peluang bagi unsur ambient untuk mendominasi dan menggali eksplorasi emosional yang menyongsong dalam aransemen musik slushwave.
Penggunaan efek yang paling lumrah, adalah efek reverb yang sering digunakan bersamaan dengan delay untuk menciptakan tekstur seperti ruang kosong yang megah dan luas, dan dapat diisi oleh lapisan sampling dari musik-musik retro, memberikan nuansa musik yang kental bernuansa lawas. Kombinasi delay dan reverb menghasilkan transisi yang mulus, seolah tanpa melibatkan penggunaan efek looping, sehingga pengulangan lagu tampak seperti tidak berujung.
Sementara itu, efek flanger diaplikasikan untuk memperluas suara dan menciptakan gelombang efek yang memberikan kesan futuristik dan modern dalam rangkaian musik. Efek phaser, yang setiap kali digunakan, memberikan ketukan drum dengan groove yang menonjol dan memposisikan lapisan instrumen drum di depan. Phaser juga mampu menciptakan efek kabur dan menghasilkan aransemen yang mengambang seperti gumpalan mimpi.
Dengan begitu banyak melakukan penerapan modulasi efek, slushwave memiliki tingkatan musik berlapis-lapis, namun menghasilkan tekstur yang tetap lembut dan mengawang-ngawang. Setidaknya melodi utama daripada sampling musik dipertahankan, dengan kontur musik lainnya (tempo, pitch, durasi) yang mengalami banyak perombakan.
Itu jelas dapat memicu perasaan anemoia (istilah untuk fenomena false nostalgia), dikarenakan secara kasat pendengaran kita seperti merasa menerima sesuatu yang tampak familiar, tetapi dengan bentuk dan tekstur yang berbeda dari versi aslinya. Jika diingat kembali bahwa vaporwave seringkali dihubungkan dengan adegan kritik terselubung yang bersifat parodi sosial untuk menentang perilaku konsumerisme yang dikendalikan oleh sistem pemerintahan dan industri kapitalis, slushwave menarik diri dan berpaling dari itu semua.
Secara estetika, slushwave tidak punya kepentingan untuk menciptakan kolase sampling musik yang mengarah pada kilas balik kehidupan kapitalisme pada zaman lampau, tetapi mereka mencoba menggerakan estetika dan emosi ke ranah yang lebih personal, seperti mengenai fantasi, romantisme, dan perasaan bersifat eskapis yang dijadikan sebagai sarana terapetik dan meditatif.
Estetika itu disampaikan secara meluas, dengan merujuk pada karya-karya terdahulu dari t e l e p a t h テレパシー能力者 selaku salah satu pionir utama genre slushwave. Dengan memakai berbagai sampling musik lawas dari Asia Timur terutama Jepang, t e l e p a t h テレパシー能力者 mengambil gagasan tema mengenai cinta, mimpi, dan ambiguitas.
Tetapi menggaris bawahi mengenai tema cinta, di sini t e l e p a t h テレパシー能力者 bukan membahas mengenai tema cinta secara tindakan atau hubungan secara emosional, melainkan lebih kepada memanfaatkan bahwa cinta merupakan salah satu unsur pemicu yang dapat mentransendensikan begitu banyak fantasi dan imaji liar, sehingga sebetulnya tema utama daripada slushwave lebih tersental pada bayang-bayang fantasi.
Tentu ada banyak seniman slushwave lainnya yang membawa pergeseran tema maupun estetika yang berbeda daripada esensi awal, misalnya seperti desert sand feels warm at night salah satu produser slushwave lainnya, yang membawa tema mengenai eskapis dan keterasingan dalam gurun yang luas, seperti pada salah satu albumnya berjudul “新世界の弟子たち ”
Di Mana Letak Kenikmatan Slushwave?
Untuk menjawab judul artikel dan mengisi sub-pembahasan, ini melibatkan sudut pandang subjektif dan dapat menimbulkan pengalaman bersifat abstrak. Namun, dengan tegas kami memberikan perspektif pribadi tentang di mana letak kenikmatan musik slushwave sehingga terdengar menarik untuk disimak. Secara umum, kami membagi musik menjadi dua kuadran.
Kuadran pertama diwakili oleh musik yang menekankan pada teknikalitas, improvisasi, dan keahlian dalam bermain instrumen serta menciptakan aransemen kompleks. Di sisi lain, ada jenis musik yang lebih fokus pada estetika, emosi, dan atmosfer. Dalam kasus ekstrim, jenis musik ini tidak terlalu mempermasalahkan fakta bahwa lagu tersebut terdiri dari komposisi sederhana yang sering diulang, cenderung minimalis. Poin terpenting adalah bagaimana aspek emosional tersampaikan dalam musik tersebut, dan itu sudah lebih dari cukup.
Slushwave, sebagai jenis musik kuadran kedua, menempatkan penekanan pada aspek emosional, estetika, dan atmosfer sebagai prioritas utama. Dengan kata lain, Anda tidak perlu menghabiskan waktu dan perhatian ekstra untuk memahami premis yang rumit dalam musiknya. Anda dapat langsung merasakan kekuatan inti dari aransemen musik tanpa khawatir tentang kompleksitas dan kerumitan yang sering kali dapat menghambat penghayatan emosional.
Slushwave memiliki struktur minimalis, bahkan sering kali hanya terdiri dari satu bagian utama yang mengalir tanpa pembagian struktur konvensional seperti verse, pre-chorus, dan chorus. Dengan pemilihan sampel musik yang sering kali dipotong pada bagian paling mencolok dan mudah diingat (hook), akibatnya setiap lagu slushwave terdengar memiliki penekanan melodi tunggal yang kuat, berulang, dan catchy. Akibatnya, musik slushwave dengan mudah dapat mencuri perhatian dan menghasilkan kesan yang melekat dalam ingatan untuk jangka waktu tertentu.
Sekali lagi ini menyangkut masalah subjektif pribadi. Beberapa orang menikmati musik yang rumit dengan banyak pergantian segmen karena mereka melihatnya sebagai tantangan dan penghormatan terhadap seni yang mengedepankan keahlian dan pengetahuan tingkat tinggi. Di sisi lain, ada yang lebih memilih musik yang repetitif atau minimalis karena polanya mudah dikenali, memberikan rasa kepastian dan kenyamanan karena mereka dapat dengan tepat memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bagi kami, menciptakan musik dengan aransemen minimalis dan repetitif tidak serta merta untuk menguatkan premis tertentu dalam sebuah musik dan membuatnya mudah diingat. Lebih dari itu, musik dengan aransemen minimalis cenderung lebih cepat dan mudah untuk merangsang orang segera memasuki tahap berikutnya dalam proses mendengar musik, yaitu fokus mengamati secara detail nuansa musik, serta melakukan eksplorasi mendalam terkait emosi dan atmosfer.
Biasanya, ketika menerima suatu lagu baru, respon pertama kali akan tertuju untuk memperhatikan aspek teknis dalam lagu tersebut, seperti apakah beat dalam lagu enak didengar, apakah performa vokalnya bagus, dan lainnya. Ketika semuanya itu sudah dipahami, fase berlanjut pada tahap penghayatan emosi dan nuansa musik secara detail. Dalam kasus musik yang rumit, bagian ini biasanya lebih banyak memakan waktu dan pemahaman ekstra, sehingga tidak mengherankan mengapa sebagian orang kesulitan atau bahkan sama sekali tidak menerima, karena secara tidak sadar mereka sulit untuk segera berpindah fase.
Dapat dikatakan, slushwave sebagai salah satu dari sekian musik yang memiliki pendekatan minimalis dan repetitif, mendapatkan keuntungan ini yang juga sekaligus menjadi salah satu kekuatan utama daripada kenikmatan musik mereka. Tetapi tentunya, ini masih terlalu luas, dikarenakan tidak hanya slushwave yang memiliki pendekatan musik minimalis, melainkan ada begitu banyak jenis musik lainnya di luar sana yang melakukan pendekatan serupa.
Tetapi apa yang membuat musik slushwave menjadi sedemikian spesifik, sehingga hanya dalam musik ini orang mendapat suatu kenikmatan tertentu yang tidak dijumpai pada genre lain, akan segera terjawab.
Kita kembali pada mendengar musik dalam fase mengamati secara detail nuansa musik dan melakukan eksplorasi mendalam terhadap atmosfer dan emosi. Dalam konteks musik slushwave, penggunaan berbagai modulasi efek suara semacami reverb, delay, phaser, dan beragam efek lainnya dapat memberikan dampak signifikan terhadap membangkitkan ikatan emosional sebuah lagu dan mampu merangsang orang untuk secara aktif melakukan asosiasi nuansa dan emosi tertentu dalam musik, mengapa demikian?
Pada dasarnya, menambahkan efek-efek suara pada saat memproduksi musik, tidak hanya untuk membuat hasil akhir memiliki kualitas suara yang baik dan enak didengar. Sebenarnya pembuat musik, produser ataupun teknisi audio kerap kali membuat keputusan untuk melibatkan berbagai efek tertentu dengan maksud untuk mencoba menduplikasi suara-suara yang berasal dari fenomena alam dan memasukkan emosi tertentu ke dalam musiknya.
Hasil Interpretasi dapat berbeda, tetapi ini merupakan beberapa contoh kasus, bahwa menggunakan modulasi efek dapat membangkitkan suatu fenomena, emosi, kejadian dan nuansa tertentu pada sebuah lagu, khususnya slushwave.
Misalnya, manipulasi efek reverb memberikan pengaruh suara yang terdengar seperti menciptakan ruangan yang begitu luas, megah, dan dalam, sehingga itu bisa dimanfaatkan untuk efek pantulan suara yang lebih memanjang. Sebagian orang akan mengaktifkan kekuatan asosiasinya untuk merasakan bahwa efek reverb yang luas dan melayang memberikan perasaan kesepian dan nostalgia, seperti berada di tempat yang sunyi dan mengingat masa lalu yang begitu jauh.
Proses asosiasi itu mungkin terdengar abstrak, tetapi itu dapat dimaklumi dan dijelaskan secara logis setidaknya. Dengan keterlimpahan ruang yang begitu luas dan dalam, sementara slushwave hanya memainkan melodi minimalis, sedikit timbre yang terlibat di dalamnya, dan tabuhan drum yang terkadang begitu menggelegar, jelas itu akan memberikan begitu banyak sifat ruang yang kosong dan suara yang menggema di sana dan seseorang mengasosiasikan itu sebagai semacam perasaan yang tengah berada di kesepian.
Orang-orang introvert mungkin memiliki asosiasi berbeda, bahwa itu justru merupakan musik yang bersifat meditatif dan cocok untuk relaksasi dan ketenangan pikiran, dikarenakan aransemen musiknya yang tidak padat menyebabkan banyak ruang kosong, yang dapat dipergunakan untuk merefleksi pikiran.
Sementara asosiasi nostalgia bisa jadi muncul berkat pengaruh pemilihan sampling musik yang biasanya diambil dari lagu-lagu pop era lawas dibantu dengan efek reverb yang menciptakan manipulasi suara bersifat kabur. Itu semacam aktivasi kekuatan asosiasi seseorang, untuk memetaforakannya sebagai pengingat masa lalu yang tampak jauh dan begitu terdistorsi oleh kehidupan secara nyata.
Musik slushwave sering kali menciptakan nuansa seperti berada di dalam air atau tenggelam dengan menggunakan kombinasi efek delay, phaser, dan reverb untuk meredam suara instrumen dan vokal. Sekali lagi mendengar musik, memang menyajikan pengalaman yang abstrak dan bahkan sangat tampak berseberangan dengan kenyataan.
Ketika seseorang dalam kehidupan nyata merasakan tenggelam, tentu itu merupakan sebuah peristiwa yang membahayakan, tetapi dalam konteks mendengar musik, “tenggelam” justru dapat dimetaforakan kembali sebagai keadaan yang menenangkan, karena terisolasi dari kebisingan masyarakat dan itu justru dapat dipergunakan untuk merefleksikan kembali pikiran atau menanyakan ulang makna-makna hidup, karena di sana hanya ada keterlibatan personal tanpa melibatkan campur tangan orang lain.
Meskipun slushwave memiliki kemungkinan interpretasi asosiasi dan metaforanya begitu luas, tetapi musik ini juga memiliki batasan. Slushwave sering dikaitkan sebagai musik yang hanya berputar pada kesan-kesan menenangkan, membangkitkan masa lalu, kesendirian, wujud fantasi, romantisme, dan sebagai relaksasi pikiran (meditatif).
Sungguh jarang atau mungkin sama sekali tidak terpikirkan bahwa slushwave digunakan untuk menggambarkan kondisi siksa neraka (misalnya), dikarenakan pemilihan elemen musik, tempo, maupun efek suara yang dihasilkan sesuai ciri utama slushwave tidak dimaksudkan untuk menggambarkan nuansa tersebut.
Kombinasi pengalaman dan kenikmatan mendengar musik seperti ini hanya bisa didapat dari mendengar musik slushwave, dimana anda dapat merasakan perasaan-perasaan semacam nostalgia, meditatif, pengalaman abstrak, kesendirian, keindahan, dan relaksasi dalam satu ruang lingkup. Kembali lagi itu semua juga merupakan andil dan pengaruh daripada ciri utama slushwave yang didasari pemilihan bersifat eklektik dari pendekatan minimalis, penerapan berbagai efek modulasi, dan sampling yang sudah dibahas sebelumnya.
Menurut pengalaman kami, slushwave juga mampu dinikmati secara optimal sebagai musik latar pengiring beraktifitas. Dengan mayoritas daripada durasi lagu slushwave yang panjang (umumnya bisa mencapai 10 menit lebih) dan hanya terdiri dari pengulangan, sudah pasti itu tidak akan membuat anda dengan mudah merasa terdistrak, akan terjadi pergantian segmen musik yang terjadi.
Pendengar dapat menikmati slushwave tanpa harus terlalu teralihkan oleh melodi yang kompleks atau aransemen rumit dan ini memungkinkan mereka untuk tetap fokus pada tugas atau aktifitas yang sedang mereka kerjakan.
Kesimpulan untuk menjawab sub pembahasan dan judul artikel ini adalah, inti kenikmatan dalam musik slushwave terletak pada pendekatan minimalis dan pengulangan hook dalam aransemen musiknya. Hal ini memungkinkan pendengar untuk langsung merasakan kekuatan emosional dan atmosfer musik tersebut. Slushwave menggunakan berbagai efek modulasi suara seperti reverb, delay, dan phaser, serta memilih sampel musik lawas sebagai sumber utama untuk menciptakan nuansa dan emosi tertentu.
Musik ini dapat merangsang asosiasi dengan perasaan nostalgia, kesendirian, meditasi, dan relaksasi. Meskipun interpretasi dan pengalaman pendengar dapat berbeda-beda, slushwave cenderung memberikan kesan menenangkan, nostalgia, indah, dan melankolis. Musik ini juga cocok sebagai latar belakang saat beraktivitas karena pengulangan yang panjang, minim perubahan, dan tempo yang santai.
Dengan kombinasi hal-hal tersebut, slushwave memberikan pengalaman mendalam dan menarik bagi pendengarnya, yang menjadi keunggulan sekaligus alasan mengapa musik slushwave begitu dicintai oleh para pendengarnya.
Perbedaan Estetika Vaporwave dan Slushwave
Satu pertanyaan terakhir yang sangat penting adalah apa perbedaan estetika antara vaporwave dan slushwave, sehingga itu dapat mempengaruhi pengalaman mendengar dan asosiasi nuansa dari kedua jenis musik tersebut? Meskipun secara musikal terdapat perbedaan yang mencolok, seperti yang telah dijelaskan pada ilustrasi sebelumnya, seringkali orang sulit untuk membedakan dan cenderung menganggap estetika dan nuansa dari keduanya sama.
Namun, penting untuk dicatat bahwa keduanya memiliki estetika berbeda, dan perbedaan ini sangat mempengaruhi pengalaman seseorang dalam melakukan asosiasi nuansa dan emosi saat mendengarkan vaporwave maupun slushwave. Mengenai estetika ini sebelumnya sudah disinggung di atas, tetapi akan dibahas lebih lanjut dan mendalam di sini.
Secara definisi umum, estetika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai terciptanya suatu keindahan yang dapat dirasakan. Dalam konteks musik, khususnya musik internet bawah tanah, estetika (sering ditulis / diucapkan A E S T H E T I C ) artinya untuk menciptakan dan menampilkan suatu keindahan yang didasari oleh latar peristiwa, tempat, dan waktu tertentu yang dipilih secara spesifik.
Seseorang youtuber bernama FrankJavcee menjelaskan estetika yang telah diciptakan oleh vaporwave melalui musiknya dengan kalimat berikut : “Ini seperti seseorang yang hidup di masa depan dystopian, menemukan banyak kaset vhs lama, dan kesepian karena dia adalah satu-satunya orang yang tersisa di dunia tetapi dia juga dibius dan mengambang di langit negara Jepang.”
Dari kutipan FrankJavcee kami menyimpulkan secara garis besar bahwa estetika yang dihasilkan vaporwave sejatinya merupakan hasil sekumpulan latar waktu, tempat, dan peristiwa yang dipilih secara acak, namun sebenarnya secara tersirat memiliki hubungan yang tersamarkan.
Sebelumnya, dikatakan bahwa vaporwave sering digunakan sebagai media kritik melalui musik yang menentang praktik konsumerisme yang digagas oleh sistem pemerintahan kapitalis dan menggambarnya dalam perspektif distopia dan abstrak. Acap kali vaporwave juga dijadikan sebagai praktik eskapis atau pelarian diri dari realita dan sebagai perangsang ampuh memunculkan fenomena anemoia (fenomena false nostalgia).
Sekarang dengan penggabungan nilai-nilai vaporwave dan pendapat FrankJavcee mengenai estetika vaporwave, kami merangkainya menjadi sebagai berikut :
“Estetika vaporwave menggambarkan seseorang yang merasa terasing di masa depan yang penuh dengan ketidakharmonisan, berusaha melarikan diri dari realitas dengan mengingat kenangan indah yang samar di masa lalu. Kilas balik tersebut merupakan kerinduan untuk hidup dalam masyarakat utopia ideal di masa depan yang digembar-gemborkan pada tahun 80-an dan awal 90-an di Jepang. Masyarakat tersebut dianggap lebih rasional dan masuk akal dibandingkan sistem kapitalis di Eropa dan Amerika yang terobsesi dengan teknologi futuristik. Namun, harapan tersebut tidak pernah terwujud, dan hal ini menyebabkan perasaan anemoia (false nostalgia). Sambil mengenang masa lalu yang indah, juga terbangkitkan trauma yang dalam, karena sistem kapitalis di masa lalu memanfaatkan dan mengeksploitasi individu. Industri-industri besar memperlihatkan budaya konsumerisme dengan iklan dan musik yang manipulatif, mendorong orang untuk menghabiskan uang dan menciptakan ketergantungan pada barang konsumsi. Hal ini menyebabkan masyarakat terfokus pada hal-hal materialistik dan mengabaikan aspek-aspek lain yang seharusnya memberikan kebahagiaan. Sementara produsen saling bersaing untuk menciptakan produk mutakhir demi mendominasi pasar.”
Estetika itu memang tidak bisa ditangkap secara literal melalui lirik, tetapi jika dihubungkan dengan karakter dan pola musiknya, anda mungkin dapat memahami mengapa orang-orang (termasuk kami) menggambarkan estetika musik vaporwave sedemikian rupa, sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya.
Umumnya (tidak semua) satu album vaporwave terdiri dari belasan hingga puluhan lagu, namun masing-masing lagu memiliki durasi singkat. Dengan aransemen berbasis pada pemilihan sampling musik secara acak, anda mendapat gambaran dan perpindahan emosi serta nuansa yang begitu cepat dan acak, ketika setiap kali beranjak pada lagu berikutnya.
Mendengar satu album penuh vaporwave terkadang seperti mengganti-ganti saluran radio, dimana anda akan mendapati lagu-lagu acak yang dimainkan secara sepotong masuk ke dalam telinga. Terkadang asosiasi nuansanya bisa terdengar menenangkan dan sangat indah sebagai media pelampiasan pelarian diri atau bernostalgia, tetapi lagu berikutnya justru menunjukan asosiasi nuansa berseberangan yang lebih gelap nan misterius dan itu terjadi pada sepanjang album.
Musik yang dijadikan sampel terkadang berasal dari lagu pop lawas era 80’an-90’an, musik latar yang sering diputar di lingkungan perindustrian seperti lift, perkantoran, supermarket, hingga dialog iklan-iklan televisi dan radio di Jepang, yang kemudian dipotong, diperlambat, dirusak, dan diberi efek-efek suara tambahan.
Keacakan tersebut yang dapat mewakili dan menjelaskan estetika vaporwave yang mampu menggambarkan serangkaian asosiasi nuansa berbeda seperti kehidupan kosmopolitan di Jepang, bayangan masa depan dystopia, reruntuhan kenangan yang tak terlupakan dan seterusnya. Itu juga didukung kuat dengan visual artwork sampul album vaporwave yang menempelkan gambar-gambar acak berasal dari berbagai budaya dan era.
Pada sebuah blog bernama vaporwaveboutique, di sana dijelaskan bahwa seniman vaporwave memiliki motif dan maksud tertentu, ketika mereka mengubah bentuk dan struktur lagu-lagu pop hits lawas sebagai sumber suara utama musik mereka. Dalam blog tersebut mereka mengambil contoh “リサフランク420 / 現代のコンピュー”, lagu yang diambil dari salah satu seniman vaporwave ternama, MACINTOSH PLUS.
Pada lagu tersebut, MACINTOSH PLUS menggunakan lagu “It’s Your Move” milik Diana Ross sebagai sumber sample utama, yang kemudian dipotong, pitch-suara diturunkan, dan tempo diperlambat hingga mengeluarkan suara yang sangat berbeda dari lagu versi aslinya dan bahkan orang sulit mengenalinya.
Menurut vaporewaveboutique upaya dekonstruksi atau pembongkaran lagu yang dilakukan para seniman vaporwave merupakan salah satu langkah protes mereka terhadap komersialisasi dengan cara menghilangkan segala unsur-unsur yang “tampak menjual” dalam lagu tersebut, hingga menjadi sebuah karya yang dapat diapresiasi, dengan mengedepankan proses dibandingkan hasil.
Vaporwave tersusun dari berbagai peristiwa serta kritik sosial yang telah membuat nilai estetika mereka menjadi sedemikian rumit dan abstrak, lalu bagaimana dengan nilai estetika dari slushwave? Ini kelihatan jauh lebih sederhana dibandingkan vaporwave. Kami menggambarkan nilai estetika slushwave sebagai berikut :
“Ketika vaporwave menggambarkan seorang yang hidup menyendiri dalam keadaan distopia dan mencoba membangkitkan kehidupan utopia melalui mimpi dan kenangan, slushwave adalah orang yang tengah hidup di dalam masa utopia itu. Pikiran mereka lebih sering mendapat relaksasi dan ketenangan. Meskipun terkadang mereka hidup dalam kesendirian dan dilanda perasaan melankolis, tetapi justru mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk sekedar melakukan meditasi, bersantai, dan berjalan mengitari sekeliling tepi pantai.”
Penggambaran estetika dan asosiasi nuansa ini muncul dari sifat dan karakter musik slushwave yang umumnya berdurasi panjang, melibatkan pendekatan musik ambient dalam aransemennya, dan sering menggunakan sampling musik pop Jepang dekade 80’an yang saat itu dijadikan sebagai perlambangan kehidupan penuh kedamaian dan cinta.
Keterlekatan atau kohesitifitas dalam slushwave pun lebih terjaga dibandingkan vaporwave yang tampak lebih acak jika berbicara struktur suatu album, karena terkadang 1 album slushwave bisa hanya terdiri dari 1 lagu berdurasi 30 menit atau jika 1 album terdiri dari beberapa lagu, seniman slushwave cenderung untuk membuat atmosfer dan nuansa musiknya lebih padu antara setiap lagunya, sehingga nuansa yang dibangun dalam album lebih terfokus dan memiliki kejelasan maksud yang lebih jernih. Dengan kata lain slushwave mengambil asosiasi nuansa lebih bersifat personal mengenai ketenangan, cinta, meditasi pikiran, perasaan melankolis, dan fantasi.
Darimana Harus Memulai Mendengar Slushwave?
Meskipun slushwave baru diresmikan secara sah sebagai genre musik oleh komunitas rate your music beberapa bulan lalu, akan tetapi secara penciptaan artistik dan para seniman slushwave sudah bermunculan sejak 2013 lalu. Ini mengartikan bahwa sebenarnya pergerakan slushwave telah berusia 1 dekade lamanya.
Disamping semakin maraknya produser maupun seniman pendatang baru yang terus bermunculan, para pionir dari genre ini masih begitu aktif menggelontorkan album-album baru dan bahkan mayoritas seniman slushwave menjadi seniman yang prolifik dan over produktif. Seorang produser maupun seniman dapat merilis belasan hingga puluhan album dalam waktu yang berdekatan. Anda dapat melihat statistik daripada jumlah album yang dikeluarkan oleh beberapa pionir slushwave dari ilustrasi di bawah.
Ini merupakan perhitungan kasar bahwa dalam setahun memungkinkan seorang seniman mampu melepas 2 hingga 4 album penuh (belum termasuk ep, split), dan terlebih kasus khusus untuk beberapa seniman seperti t e l e p a t h テレパシー能力者 yang memiliki beberapa pseudonym projek sampingan memungkinkan untuk melepas 5 hingga 8 album per tahunnya. Hal itu belum termasuk, ketika seorang seniman memutuskan untuk berdiri pada jalur genre yang berbeda pada album-album tertentu, misalnya pada beberapa album sang pencipta lagu memutuskan untuk memainkan genre slushwave murni.
Akan tetapi pada beberapa album yang berbeda, mereka memiliki pendekatan yang condong pada ranah genre mallsoft, atau mungkin bergeser pada elemen vaporwave beserta turunan lainnya semacam dream punk, future funk, dan sebagainya. Sehingga akan sangat memungkinkan untuk anda tersesat dan tenggelam dalam kebingungan ketika memutuskan memulai mendengar slushwave, dan kami rasa mulai mendengar slushwave dari beberapa artist yang berpengaruh juga bukan merupakan keputusan tepat, karena seperti yang telah dikatakan sebelumnya seorang produser maupun seniman slushwave bisa merilis album dengan jumlah besar dan genre yang berbeda.
Tetapi tidak usah risau, kami telah menyediakan setidaknya 2 solusi yang dapat membantu Anda menikmati musik slushwave dengan lebih terstruktur dan terarah. Solusi pertama yang dapat kami tawarkan, Anda dapat mulai mendengarkan slushwave berdasarkan struktur dan jenis pola musiknya. Kami telah melakukan riset bahwa sejauh ini kami menemukan setidaknya ada 4 jenis pola musik berbeda yang ditemukan dalam musik slushwave, yang tampak dalam ilustrasi berikut.
Slushwave dalam kategori beat-driven merupakan jenis musik slushwave yang mengacu pada penekanan yang diberikan terhadap bagian ritme seperti drum dan perkusi yang sering kali memainkan peran penting dalam menciptakan pola ritmis konsisten dan menggerakkan lagu secara dominan dalam sebuah komposisi musik. Sebuah istilah yang menggambarkan sebuah aransemen musik yang sangat bergantung pada elemen ritmis, di mana ritme dan ketukan yang menjadi pusat perhatian utama.
Secara ciri beat-driven slushwave mungkin terdengar kontradiktif dengan ciri-ciri asli slushwave yang mengambil pendekatan minimalis dan lebih mengambil pendekatan bersifat ambient dibanding mengedepankan peranan ritmis, akan tetapi slushwave dengan kategori beat-driven menjadi sebuah permulaan yang baik dan memungkinkan untuk orang lebih cepat dan mudah beradaptasi dengan slushwave.
Mengapa demikian? Alasannya sederhana saja, musik bergaya beat-driven lebih akrab dalam keseharian dan banyak dijumpai dalam beberapa jenis musik mainstream seperti pop, hip-hop, EDM, rock, lo-fi. Tentu slushwave dengan gaya beat-driven akan lebih mudah untuk pertama kali dicerna, dibanding slushwave dengan pendekatan yang bersifat lebih ambient yang cenderung jarang merubah tekstur maupun kontur musiknya. Slushwave beat-driven mungkin akan terasa terdengar seperti versi vaporwave yang diberi efek phaser serta delay berlebih yang mengeluarkan suara yang lebih kabur dan tenggelam.
Setelah dirasa mampu beradaptasi, langkah berikutnya adalah bergeser pada kategori slow slushwave. Kategori ini mulai memasuki marwah daripada esensi asli musik slushwave. Peranan ritmis masih ditampilkan, tetapi tidak menonjol dan tempo musiknya semakin melambai dan berjalan secara perlahan.
Satu-satunya pegangan yang dapat anda fokuskan untuk menghayati jenis slow slushwave adalah bagian daripada melodi utama musiknya. Rasanya ini terdengar seperti sebuah pertaruhan zero-sum game di sini, jika anda memutuskan bahwa melodi dari sebuah lagu itu enak dan cocok dengan selera anda, kemungkinan anda menyukainya dan terjadi dalam hal sebaliknya.
Tahap selanjutnya adalah menyebrang pada kategori slushwave lush ambient. Di sini pendekatan musik jauh lebih minimalis dan one-dimensional dibanding 2 kategori sebelumnya, dalam arti bahwa memungkinkan untuk sebuah lagu hanya terdiri satu komposisi tunggal yang tidak banyak mengalami pergeseran formula, tempo yang statis, serta timbre yang tidak banyak berubah.
Dari sini, inti kenikmatan tampaknya mulai bergeser pada sesuatu yang lebih abstrak. Asosiasi emosi, atmosfir, dan nuansa pribadi anda di sini yang sangat berperan dalam menentukan apakah sebuah lagu atau album enak didengar atau tidak.
Terakhir, menuju pada batas yang lebih ekstrim mengacu pada kategori noisy ambient slushwave. Sesuai dengan namanya, terkadang jenis slushwave ini memiliki pendekatan musik yang noisy dan suaranya terdengar sangat kabur dan tenggelam. Tidak mengherankan beberapa album lebih condong dikategorikan sebagai album ambient pada umumnya, karena sangat sedikit sekali ketersediaan aransemen untuk merubah apapun dalam komposisi dan pola musiknya. Terkadang anda hanya diperdengarkan sebuah dengungan berkepanjangan dalam durasi waktu yang relatif begitu ekstrim (15-30 menit per lagu).
Sedikit tambahan, jika anda perhatikan dalam gambar tersebut, terdapat beberapa album yang memiliki 2 atau lebih gabungan daripada jenis musik slushwave yang sudah disebutkan sebelumnya. Album-album tersebut dapat anda gunakan untuk membantu dalam melakukan transisi atau perpindahan dari satu diagram pada diagram berikut nya, dikarenakan kami rasa album-album tersebut memiliki persilangan elemen musik yang berasal dari berbagai jenis musik slushwave itu sendiri.
Solusi kedua yang kami tawarkan, anda dapat mulai mendengar slushwave dengan mengikuti daftar panduan yang sudah kami buat di atas. Sebenarnya panduan ini dibuat berdasarkan hasil riset kami sebelumnya, yang mengatakan bahwa slushwave memiliki pola dan struktur musik yang berbeda-beda.
Namun yang membedakan di sini dengan solusi sebelumnya, titik permulaan yang kami pilih merupakan album kompilasi slushwave yang terdiri dari berbagai pola dan jenis berbeda yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sehingga anda dapat memiliki lebih banyak kebebasan dalam memilih jenis musik slushwave mana yang paling cocok sebagai awalan mereka. Panduan ini juga memberikan rekomendasi yang telah dikurasi secara spesifik, album dan artis mana yang sebaiknya cocok didengar sebagai permulaan untuk mendengar dan mendalami musik slushwave.
Baca Juga : ISON – Stars & Embers – Review