Fluoride – Powerviolence Sebagai Cerminan Kondisi Carut-Marut Dunia Saat Ini
“Trio asal New York, Fluoride menggunakan musik powerviolence sebagai wujud cerminan kondisi dunia saat ini yang dipenuhi oleh huru-hara ketegangan politik, ketidakadilan, serta budaya saling memperalat yang semakin diagungkan.”
Begitu banyak waktu yang dihabiskan manusia untuk meneliti mengenai kebenaran bersifat paradoks. Semakin mempelajarinya, semakin menyadari bahwa sekat-sekat yang membatasi antara raga terhadap kebenaran ini hanyalah setipis kulit telur. Mereka seperti oksigen yang bertebangan di udara, tersebar di seluruh pelosok dunia namun kesadarannya jauh dari pandangan sadar. Mereka yang melihat dengan nyala dari sinar mata kesombongan dan keangkuhan tak pernah mampu menggapainya, tetapi barangsiapa datang dengan kerendahan hati dan pikiran terbuka, mereka mampu memetik manfaat sebanyak yang diinginkan.
Konsep ini tidak lepas sedikitpun pada keseharian, bahkan ditemukannya fakta bahwa genre musik powerviolence telah berhasil menemukan kebenaran paradoksnya sendiri. Ketika ada yang berujar bahwa powerviolence sebagai musik yang mengglorifikasi tindakan liar, urakan, dan kekerasan, pendapat tersebut ada benarnya. Sementara sisi-bersebrangan mengklaim bahwa powerviolence sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap tindak kekejaman, diskriminasi dan kekerasan adalah hal yang tak bisa disalahkan, karena faktanya memang banyak band powerviolence ber-ideologi demikian, contohnya seperti Fluoride. Band asal New-York ini secara terang-terangan menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan serta kekuatan-kekuatan besar yang telah disalahgunakan demi kepentingan oknum tertentu.
Berkaca pada powerviolence yang berkutat dalam durasi ber-skala mikro, Fluoride tidak sedikitpun mengurangi ketersedian warna-warna pada palet, meskipun medium canvas yang tersedia berukuran sangat kecil. Suzy melengking dengan teknik vokal screamo, Bret menumbuk genderang perang dengan kecepatan membabi buta, menggilas tanpa ampun, dan menghancurkan segala disekitarannya. D-beat, grindcore, dan crust-punk 3 terminologi yang mampu meringkas adegan Bret. Sementara Rick selaku gitaris tunggal, menebar terror distorsi bising yang mampu merobek kerongkongan, dengan tingkat ketajamannya yang begitu lancip. Menghela nafas sejenak hanya untuk menghembuskan nafas-nafas busuk dari tekstur gitar yang dimainkan dalam pendekatan sludgy dan doom.
Jangan salahkan mengapa mereka begitu banyak menciptakan ketidakselarasan harmonisasi yang tampak frustasi dan menjerit, termenung pada persimpangan emosional yang marah dan kecewa, serta terus membuat kegaduhan profokatif . Ini semata-mata hanyalah pantulan bayangan air terhadap wajah dunia saat ini. Dengan banyaknya huru-hara ketegangan politik, ketidakadilan, serta budaya saling memperalat yang semakin diagungkan, ini merupakan cara terapeutik bagi mereka untuk kemanjuran pelampiasan emosi. Dengan begitu mereka siap kembali tegak berdiri, membusungkan dada, dan mengacungkan senjata sebagai tanda siap untuk menghadapi kondisi dunia carut-marut yang dipenuhi oleh tindakan manipulatif.
Baca Juga : Sectioned – Predator Nocturnal Yang Diberkahi Insting Mematikan