Guide ListIndieIndie PopIndie RockShoegaze

Untuk Penggemar Alvvays

Alvvays-Untuk-Penggemar-Background-credit-by-Benzoix-Elanor-Petry
Image by benzoix on Freepik and Eleanor Petry

Bagi penggemar maupun penyuka musik Alvvays, IMW kali ini mencoba merekomendasikan lagu-lagu yang kami rasa memiliki kemiripan maupun berhubungan dengan band asal Kanada ini. Di sini Kami menggunakan 4 metode rekomendasi sekaligus, yaitu smilarity, similarity retrospective, musical influences dan discovering.”

Jika kalian sering berandai-andai untuk kembali ke masa lampau dikarenakan melihat beberapa adegan film dan novel fiksi sanggup melakukannya, barangkali Alvvays-lah (dibaca : Always) menjadi jawaban yang kalian cari dan idam-idamkan selama ini. Band indie-pop yang terbentuk sejak tahun 2011, di Kanada ini dikenal dengan pembawaan aransemen musiknya yang merevitalisasi (menghidupkan kembali) jenis musik-musik era lawas yang masuk dalam kategori alternative / shoegaze / jangle pop / twee pop. Bahkan dalam beberapa kesempatan mereka menampilkan visual berupa video clip yang mampu mengajak penikmat untuk menyusuri jauh pada era kehidupan tahun 60’an hingga 70’an. 

Tentunya tidak terlalu berlebihan, bila Alvvays dicap sebagai “mesin penjelajah waktu” bagi generasi muda masa kini, karena lewat penuturan nada, irama, dan suara mereka mampu mengajak para pendengar untuk melongok kembali masa lalu yang dipenuhi oleh tawa bahagia dan musim panas yang hangat nan riang. Saat ini Alvvays beranggotakan Molly Rankin (vokal dan gitar), Kerri MacLellan (kibor), Alec O’Hanley (gitar), Abbey Blackwell (bass), dan Sheridan Riley (drums). Album debut mereka, “self-titled”  dan lagu mereka, “Archie, Marry Me” yang dilepas pada tahun 2014, dinilai menjadi titik awal ideal dan semenjak saat itu karir mereka melesat dengan begitu cepat. 

Mereka mulai tampil di venue-venue besar semacam Glastonbury (2015), Coachella Festival (2016), CBC Music Festival (2016), hingga keberadaan mereka mulai disadari oleh musisi-musisi besar. Tentunya masih segar dalam ingatan, ketika 2016 lalu Selena Gomez mengunggah montase video perjalanannya ke Sydney melalui instagram pribadinya dan menggunakan lagu “Dreams Tonite” yang diambil dari album ke-2 Alvvays, “Antisocialites” sebagai lagu latar dari video. Lalu sang vokalis utama, Molly pernah berbagi panggung bersama band alternative tersohor 90’an, The Jesus & Mary Chain pada salah satu konsernya. Baru-baru ini Alvvays merampungkan album studio ke-3 nya berjudul “Blue Rev” setelah selama kurang lebih 5 tahun mereka absen membuat studio album.  

Alvvays-2022-03-please-credit-Eleanor-Petry-1
Photos by : Eleanor Petry

Sekarang mari kita ke inti daripada artikel ini dibuat, kami menilai bahwa Alvvays menjadi salah satu magnet yang mampu menarik banyak orang terutama generasi muda untuk mulai bersinggungan dengan musik indie-pop beserta dengan turunannya. Bisa dibilang Alvvays dianggap oleh penggemarnya sebagai “gerbang awal” bagi mereka untuk mulai menjelajahi genre ini lebih luas dan disinilah tugas daripada artikel ini, yaitu menyediakan rekomendasi musik yang dapat dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin menjelajahi musik indie-pop lebih dalam dengan Alvvays sebagai titik awal navigasi perjalanan mereka. Artikel ini juga dapat ditunjukkan kepada mereka yang ingin mencari musik-musik yang memiliki kemiripan langsung dengan Alvvays. 

Di sini kami menggunakan 4 metode sekaligus untuk merekomendasikan lagu-lagu. Metode yang kami gunakan antara lain yaitu similarity, similarity retrospective, musical influences dan discovering. Untuk penjelasan dari masing-masing metode akan kami jelaskan secara singkat pada per bagiannya.

Rekomendasi Berdasarkan Similarity

Kami bertanya-tanya dan mencoba mencari tahu alasan dibalik daya tarik utama dari lagu-lagu Alvvays. Tentunya hal yang bersifat eksternal, semacam fakta bahwa mereka mengaku (dan memang jelas terdengar dari musiknya) banyak terinspirasi band-band lawas semacam Dollie Mixture, The Smiths, Teenage Fan Club, Psychedelic Furs, dan Yo La Tengo juga sangat berpengaruh dalam menggaet banyak massa untuk mendengarkan musik mereka. Tetapi kami berpikir bahwa itu tidak menjawab secara keseluruhan, karena itu hanya akan terjadi apabila seseorang sudah lebih dulu familiar dan akrab dengan banyak musik dari band sejenis. 

Sementara bagaimana dengan mereka yang sama sekali belum familiar dengan jenis musik seperti ini sebelumnya, tetapi langsung mampu beradaptasi dan mengakrabkan diri dengan musik-musik Alvvays? Selain daripada memutar bolak-balik seluruh katalog diskografi mereka, kami juga fokus menganalisis pada 5 lagu teratas Alvvays yang memiliki play count terbanyak pada setiap jajaran platform streaming ternama: Apple Music, Youtube, Last.Fm, dan Spotify (beberapa) untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Berikut ini hasil dari 5 lagu teratas yang paling banyak sering diputar pada platform streaming online.

Alvvays-Top-5-Songs

Kami mendapati dari ke-5 lagu tersebut menampilkan kecenderungan karakteristik serupa yaitu, beat-beat drum minimalis dengan kecepatan relatif up-beat namun santai dan konstan, suara gitar yang lebih dialihfungsikan sebagai daya cipta melodi-melodi melankolis nan estetik, geraman suara noise distorsi gitar tidak terlalu berteriak nyaring dan mengganggu (disruptive), dan yang terpenting adalah vokal Molly yang banyak menampilkan tarik-ulur nada rendah ke tinggi dengan transisi halus, menyanyikan bagian reff mudah diingat (catchy), tekstur vokal yang begitu lembut mengawang-ngawang (dreamy) dan paling bersinar dalam aransemen keseluruhan.    

Dalam proses similarity ini kami mencoba mencari dan merekomendasikan 5 lagu (bukan album) dari band lain di era sekarang yang memiliki tingkat kemiripan yang tinggi (setidaknya bagi kami) terhadap karakteristik daripada musik Alvvays sesuai yang sudah kami jelaskan sebelumnya. 

SOBS – Party Song

SOBS-Party-Song

Lagu ini sepertinya ditulis untuk menyikapi musim panas ceria yang tak kunjung datang dengan cara mempertahankan pandangan positif yang terus menyala-nyala. Terpampang jelas dalam penggalan lirik pada bagian inti lagu (chorus) yang berbunyi : “Berkeliaran ‘di jalan-jalan / Jauh dari musim panas yang manis / Aku masih bisa melihat siluetmu / Menari ‘di sekeliling kakimu.” Meskipun sang vokalis, Celine Autumn tidak memiliki warna (timbre) suara yang identik dengan Molly, tetapi vokalnya masih mampu menjadi daya tarik tersendiri dengan pembawaannya yang sarat mengirimkan hook bersahaja namun super-catchy. Pergantian instrumen setiap sesi bergerak lebih sering, sehingga dijamin tidak membuat cepat bosan dan tidak menimbulkan kesan berbelit-belit. Ditambah suara melodi gitar manis tanpa banyak diganggu oleh distorsi (terinspirasi dari jangle pop), suara bass yang begitu hangat, serta ketukan beat drum sederhana nan energik memastikan bahwa lagu ini adalah lagu yang tepat sebagai pelepas penat dan kesedihan dengan cara yang paling sederhana namun efektif.

Slowdance – Boyfriend

Slowdance-Boyfriend

Kami memahami betul bagi mereka yang terbiasa mendengar lagu yang terkonsentrasi penuh pada vokal, akan merasa cepat bosan bilamana pengenalan instrumen terlalu lama. Tetapi percayalah setelah mendengar kelipan melodi gitar berirama syahdu, kilauan pancaran synth, bass yang bergetar kencang, serta tabuhan drum yang renyah pada lagu ini, persepsi tersebut akan sirna seketika. Mungkin Slowdance salah satu dari sekian band berbasis independent yang kami temukan dengan memiliki pemahaman gaya produksi yang baik dan tertata dengan rapi (setidaknya untuk lagu satu ini). Dalam arti paling sederhana setiap instrumen dapat dinikmati secara maksimal tanpa terkendala oleh adanya bagian-bagian noisy yang bocor atau suara yang kelewat pecah. Secara sekilas tarikan suara cukup mirip dengan timbre dari Molly, meskipun sengaja tidak dibuat terlalu mengawang-ngawang (dreamy) dengan limpahan efek menggema (reverb) seperti pada album “Antisocialites”. 

Jetstream Pony – The Naked Time

Jetstream Pony

Hal yang cukup menyulitkan dari mengumpulkan playlist ini adalah mencari band yang memiliki kualitas suara yang ter-instalasi dengan baik (atau setidaknya layak didengar) namun masih berada pada tingkat rekognisi yang relatif rendah (underrated). Tetapi hal yang super menyulitkan adalah menemukan band yang memiliki kesadaran akan pentingnya menaruh hal-hal sangat mendetail pada departemen vokal. Mungkin secara garis besar chorus dari Molly terdengar easy listening, tetapi seringkali ia menambahkan improvisasi spontan pada vokal (adlibs), merubah tinggi-rendah nada, dan memperdalam tekstur dengan penggunaan vokal latar bantuan dari Kerri. Jetstream Pony setidaknya memiliki itikad untuk mencoba mengaplikasikan detil vokal dan inilah alasan dibalik kami memasukkan nama mereka.   

Hater – Mental Even

Hater-Mental-Even

Band indie-pop asal Swedia ini pernah dinobatkan sebagai “best band in the world” oleh blog musik hipster, Bear vs Gorilla yang berbasis di Texas. Sejatinya dari jajaran lagu-lagu lainnya, kami sengaja memilih band ini yang memiliki sedikit “pergeseran” daripada nilai kemiripan Alvvays. Tetapi tidak usah risau, perbedaanya tidak terlalu signifikan bergeser, masih ada bagian melodi-melodi gitar manis yang mengitari setiap sudut daripada aransemen musik. Komposisi secara keseluruhan pun masih relatif ringan, apalagi dengan tempo yang lebih santai. Sementara kami menilai tarikan vokal Caroline Landahl di sini terdengar lebih dewasa secara pembawaan maupun warna dibandingkan semasa Molly menyanyi untuk 2 album awal Alvvays. Mereka juga menyebutkan bahwasanya inspirasi utama mereka dalam bermain musik berasal dari Neil Young, The Pretenders, dan Alvvays turut disebutkan. 

   

L.I.P.S – Pages 

L I P S-Party

Debut single mereka yang bertajuk “Apartment” pernah mengudara di BBC Radio 6 dan mampu tembus angka 100 ribu streams tidak lama setelah dirilis. Tetapi kami lebih memilih lagu “Pages”, karena lagu “Apartment” terlalu psychedelic dan tidak sesuai dengan tujuan daripada artikel ini dibuat (mencari lagu yang mirip dengan Alvvays). Di sini peranan gitar seperti memiliki tugas ekstra, karena selain daripada menghiasi aransemen dengan melodi-melodi gitar jangle pop, tetapi secara tekstur memiliki karakteristik lebih kasar dan noisy yang nampak diadopsi dari shoegaze. Tentunya intensitas kebisingan yang diutarakan tidak se-”maniac” M.B.V, masih cenderung masuk ke telinga awam sekalipun. Vokalnya memiliki kedalaman yang bagus secara variasi, terlebih ketika backing vocal baritone yang muncul secara siluet, semakin menambah keestetikan daripada lagu ini. Jika dirasa warna vokal tidak memiliki kemiripan menyeluruh kalian dapat menjajal lagu lain mereka, “In Summer” dengan tekstur vokal yang lebih “menggenang”.   

Baca Juga : Otoboke Beaver – Super Champon – Review

Rekomendasi Berdasarkan Retrospective Similarity

Setiap kali Alvvays diwawancara, pertanyaan yang paling sering ditanyakan pada mereka ialah “darmana asal inspirasi bermusik kalian?” Mereka sendiri mengaku bahwa sudah tak terhitung lagi jumlah band yang telah menginspirasinya selama ini. Terlebih lagi fakta bahwa musik yang dimainkan oleh mereka, bukanlah murni hasil kreasi dari generasi 10’an. Jadi sangat tidak menutup kemungkinan bahwa ada begitu banyak band yang lahir di era sebelum mereka bersinar, sudah lebih dulu membawakan dan memainkan jenis musik serupa.

Untuk itu pada prosesi merekomendasikan berdasarkan retrospective similarity, kami mencoba mencari dan merekomendasikan 5 lagu dari band lain yang lahir jauh sebelum Alvvays terbentuk, namun tetap dinilai memiliki kemiripan musik dan lagu terhadap mereka (Alvvays).  

Camera Obscura – Let’s Get Out of This Country

Alvvays-Camera-Obscura-Let's-Get-Out-of-This-Country

Tentu nama pertama yang muncul seketika di benak, adalah Camera Obscura. Selain dari karena perkenalan awal kami dengan Alvvays dimulai dari band asal Skotlandia ini, Molly juga pernah mengaku pada sebuah sesi wawancara bahwa Camera Obscura menjadi salah satu pengaruh terbesar mereka terutama dalam hal kepenulisan lirik. Pada album ke-3 nya, “Let’s Get Out of This Country”, cakupan musik Camera Obscura memang lebih meluas. Kalian bahkan dapat menemukan irama bossa nova, corak melodi gitar bernuansa mandarin (seperti pada lagu ini), serta layer-layer kibor yang mengeluarkan efek-efek psychedelic. Tetapi kami memasukan lagu “Let’s Get Out of This Country” (judul lagu yang sama dengan album) karena memang aransemennya lebih kental unsur perpaduan dari alternative rock bergaya 90’an dengan corak vokal dream pop.  

Yo-La Tengo – Shadow

Yo-La-Tengo-Shadow

Band asal New Jersey ini dianggap sebagai salah satu legenda dari jalur musik indie pop / experimental rock. Selain daripada sudah malang melintang sejak tahun 1984, mereka juga menelurkan banyak album influential dan salah satunya “I Can Hear The Heart Beating As One” yang dirilis tahun 1997. Di album ini mereka mempertontonkan kemahiran bereksperimen secara totalitas dan menembus berbagai batasan. Yo La Tengo mampu menciptakan lagu shoegaze ringan seperti di “Sugarcube”, “Spec Bebop” yang penuh dengan koyakan distorsi dan bergaya experimental rock tendensius, hingga penggabungan vokal dream pop dengan irama latin seperti pada “Center of Gravity”. Sementara pada lagu “Shadow”, meskipun iramanya lebih lambat dan ditemukannya iringan saksofon pada pertengahan lagu, kami mendapati kemiripan nuansa yang serupa pada beberapa lagu Alvvays seperti “Dreams Tonite”, “Not My Baby” ketika memasuki verse pada mode lambat.   

The Sundays –  Here’s Where the Story Ends

the sundays

Setiap kali melihat kolom komentar di Youtube dan percakapan di forum-forum, kami mendapati banyak orang menyebutkan bahwa lagu-lagu Alvvays memiliki kemiripan menyeluruh dengan salah satu band alternative rock / dream pop 90’an, The Sundays. Mungkin jika didengar dari sudut nuansa (sama-sama bernuansa musim panas) serta aransemen lagu yang seringkali lebih terpusat pada vokal, keduanya memang memiliki kemiripan. Akan tetapi The Sundays lebih mengacu pada pemilihan gitar berformat akustik sebagai pengiring rima maupun menghasilkan petikan melodi bernuansa liburan musim panas yang riang. Untungnya lagu yang terdaftar sebagai salah satu lagu dari album “Reading, Writing and Arithmetic” Ini menampilkan tempo bergaya musik rock yang lebih up-beat. Corak daripada vokal Wheeler dirasa lebih memiliki gaya opera klasik, dibanding Molly yang terkadang menyentuh area vokal pop modern. Tetapi tentunya dengan aransemen yang relatif ramping, akan sangat mudah menerima aransemen lagu ini meskipun kemiripan dengan Alvvays tidak terlalu identik.

The Pains Of Being Pure At Heart – Young Adult Fiction

The-Pains-Of Being-Pure-At Heart-Young Adult-Fiction

Band indie pop jebolan New York ini memutuskan bubar jalan pada 2019 lalu. Akan tetapi mereka sudah menaruh warisan yang digadang-gadang sebagai salah satu album dream pop terbaik sepanjang dekade 2000’an. Warisan yang dimaksud ialah album debut mereka berjudul “Self-titled” yang dirilis 2009 lalu. Album ini menawarkan kombinasi dari raungan gitar ala-ala shoegaze, melodi gitar sebening kaca ala jangle pop, dan chorus-chorus dream pop super catchy. Sang vokalis utama, Kip Berman juga sering dikaitkan memiliki vokal mirip dengan Slowdive. Sementara tandem vokalnya Peggy Wang seringkali memberikan adlibs yang semakin membuat nuansa album menjadi manis. Tetapi diantara ke-10 lagu, kami menilai “Young Adult Fiction” memiliki kemiripan (atau setidaknya dirasa relate) dengan musik-musik Alvvays. Lagu ini tidak terlalu menampilkan distorsi yang kasar seperti pada lagu lainnya. Secara tempo, bassline, maupun jenis ketukan drum, beat nya pun akan terasa familiar.  

Cocteau Twins – Cherry-Coloured Funk

Cocteau-Twins-Heaven-Coloured-Funk

Rasanya sebuah dosa besar bilamana membahas mengenai indie pop dan segala jenis turunannya, tanpa menyebutkan nama Cocteau Twins. Band asal Skotlandia yang aktif dari tahun 1979, hingga 1997 ini disebut sebagai salah satu pelopor utama daripada gerakan musik ini. Meskipun lagu-lagu Cocteau Twins memang tidak ada yang menyentuh ranah musik alternative rock / shoegaze dengan segala kebisingan distorsinya dan ketukan drum yang memacu adrenalin, akan tetapi kami menilai nuansa, penerapan harmoni vokal, serta chorus daripada Cocteau Twins sangat menginspirasi Alvvays untuk berbuat serupa pada lagu-lagu ciptaanya. Molly nampaknya sangat terobsesi dengan gaya reverb vokal mengawang-ngawang ala Elizabeth Fraser (vokalis Cocteau Twins), sehingga ia seperti mencoba mereplikasi keberadaan Fraser pada vokalnya sendiri.  

Baca Juga : Astronoid – Radiant Bloom – Review

Rekomendasi Berdasarkan Musical Influences

Sebelumnya sudah banyak disinggung bahwa Alvvays terinspirasi oleh begitu banyak band dan musik-musik yang menghiasi masa kecil dari masing-masing personil, tetapi band mana yang paling memberikan pengaruh signifikan terhadap setiap komponen aransemen mereka (vokal, drum, gitar, kibor, bass, gaya produksi) akan kami beberkan semuanya pada bagian ini. Kalian mungkin bertanya-tanya apa perbedaanya dari bagian ini dengan bagian rekomendasi berdasarkan retrospective similarity yang sama-sama merekomendasikan band-band lawas.

Di bagian rekomendasi berdasarkan musical influences ini kami sudah tidak lagi mencari lagu-lagu yang memiliki korelasi kemiripan yang tinggi terhadap musik Alvvays. Di sini kami memberikan rekomendasi dengan cara menyelam atau menggali band apa saja yang dinilai memberikan sumbangsih terbesar yang menginpirasi Alvvays dalam menulis maupun berkreasi dengan musiknya. Mungkin lagu-lagu maupun band yang direkomendasikan kali ini tidak berada di jalur genre dan memainkan gaya musik yang serupa dengan Alvvays. Namun tanpa kehadiran dari band-band ini, sangat memungkinkan bila hingga saat ini kita tidak akan pernah mengenal dan mendengar lagu-lagu ciptaan dari Molly cs. 

ABBA – The Day Before You Came

Alvvays-ABBA-The-Day-Before-you-Came

Baru-baru ini ketika Molly di wawancara oleh pihak TIDAL mengenai album terbarunya, dia membeberkan darimana inspirasi utama melodi vokalnya berasal. Ia tidak ragu menyebutkan nama salah satu grup pop fenomenal asal Swedia, ABBA dan mengatakan bahwa mereka memiliki begitu banyak hits klasik dan melodi vokal yang begitu ikonik. Hal tersebut memanglah tidak mengherankan, bahkan kolaborasi vokal antara Agnetha Fältskog dan Anni-Frid Lyngstad dengan hook nya yang khas dapat membuat penggemar musik metal dan rock manapun melupakan identitas “seram”-nya sejenak dan memilih menari sambil ber-sing-along ria. “The Day Before You Came” dan “Arrival” menjadi 2 lagu ABBA yang paling disukai oleh Molly. 

Dolly Mixture – Will He Kiss Me Tonight

Alvvays-Dolly mixtures-Kiss-Hear-me-Toninght

Masih pada sesi wawancara yang sama, Molly menyebutkan nama Dolly Mixture sebagai band terbesar lainnya yang mempengaruhinya meracik vokal sarat dengan melodi dan harmoni yang begitu manis dan anggun. Dolly Mixture sendiri merupakan trio post-punk / indie-pop asal Cambridge, United Kingdom yang didirikan pada tahun 1978 dan bubar pada tahun 1983, bersamaan dengan rilisnya album semata wayang mereka “Demonstration Tapes”. Kalian juga tidak membutuhkan waktu lama untuk menebak kemiripan dari keduanya, bahkan ketika player music kalian baru saja menginjak detik pertama pada lagu “Dream Come True (lagu pembukaan pada album “Demonstration Tapes”) sudah sangat kontras terdengar kemiripan keduanya. Selain itu beberapa lagu lainnya seperti “Step Close Now”, “Will He Kiss Me Tonight”, dan “Ernie Ball” begitu sarat dan dibanjiri oleh vokal-vokal yang begitu melodius. 

The Db’s – Black and White

Alvvays-The-Db’s-Black-and-White

Selain mengisi posisi kibor, Kerri turut menyumbang harmoni dan latar vokal pada beberapa bagian, dimana biasanya ia mengambil register vokal dengan nada lebih tinggi dibanding Molly. Inspirasi tersebut didapat dari album debut milik band power pop asal New York, The Db’s yang berjudul “Stands For Decibels”. Meskipun band tersebut sepenuhnya diisi oleh personil pria, akan tetapi corak vokal dari Chris Stamey menampilkan nada-nada yang lebih tinggi dan juga terdengar nyaring. Salah satu lagu yang paling dikenal dari band maupun album ini ialah “Black and White”. 

Sonic Youth – Dirty Boots

Alvvays-Sonic-Youth-Dirty-Boots

Memang di luar daripada 5 lagu paling populer yang kami sebutkan sebelumnya, Alvvays sendiri banyak memiliki lagu dengan aransemen lebih “keras” apalagi jika berbicara pada gitar. Dalam aransemen musik nya, kalian akan menemukan dua cabang kemungkinan, yaitu gitar bergaya lebih nge-rock dengan distorsi rancak dan kemungkinan lainnya berupa isian melodi-melodi yang suaranya dapat dibayangkan memiliki tingkat kejernihan bagaikan kaca. Pada usia sekitar 18-19 tahun Kerri seringkali mendengarkan band-band rock yang memiliki suara gitar yang begitu bising dan salah satunya album “Goo” milik band rock asal New York, Sonic Youth. Kerri lalu mengenalkan album “Goo” pada Molly dan sedikit banyak tampaknya telah mempengaruhi dia dalam cara memperlakukan gitar. Coba saja dengar lagu-lagu seperti “Saved By A Waif”, “After The Earthquake”, dan “Your Type” yang menampilkan suara feedback-feedback noisy gitar ala Sonic Youth.

My Bloody Valentine – When You Sleep

MBV-When-You-Sleep

4 November 1991, menjadi saksi lahirnya album “Loveless” yang merupakan salah satu keajaiban terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah musik. Tentunya selain dianggap sebagai titik puncak bagi karir My Bloody Valentine, “Loveless” banyak dijadikan kitab “panduan” bagi musisi-musisi generasi penerus dan Alvvays pun tidak luput dari pengaruhnya. Memang kontras terdengar bahwa album ini sedikit banyak telah mempengaruhi aransemen Alvvays, dari segi permainan gitar, tata atmosfer vokal, serta melodi-melodi yang sayu itu turut diboyong mereka. Hal yang paling menjadi pusat perhatian adalah riuhan distorsi gitar yang bergesekan dengan vokal “melayang-layang” telah menggiring pada sebuah standar formula baru dalam berekspresi menciptakan atmosfer musik yang memiliki tingkat abstraksi tinggi namun dapat menggoda dengan sensibilitas keanggunan yang diadopsi dari kultur musik pop.  

Cocteau Twins – Heaven Or Las Vegas

Cocteau-Twins-Heaven-Or-Las-Vegas

Jika kalian kembali mendengar lagu-lagu Alvvays yang berjudul “Dream Tonite” dan “Not My Baby”, dimana vokal “meninggalkan jauh” instrumen untuk bersinar paling terang, sementara instrumen sibuk merangkai nada-nada gemulai nan atmosferik, barangkali dari album inilah inspirasi utamanya berasal. Ya memang album studio ke-7 milik band asal Inggris ini sebagai album paling konsisten dalam jajaran diskografi mereka dan agaknya telah mempengaruhi cara kerja Alvvays dalam melakukan eksperimentasi terhadap vokal dari segi estetika maupun struktur penempatannya. 

Psychedelic Furs – Imitation of Christ

The-Psychedelic Furs-The-Imitation-Christ

Meskipun kebanyakan dari lagu-lagu Alvvays sangat berpusat pada vokal terutama pada pemberdayaan chorus dengan porsi lebih dominan, akan tetapi departemen instrumen daripada musik tidak bisa dipandang sebelah mata. Termasuk Molly yang juga mengisi posisi gitar, Kerri (kibor) , Alec O’Hanley (gitar), Blackwell (bass), dan Riley (drums) bahu-membahu menciptakan instrumen yang tidak hanya mementingkan isi daripada aransemen, tetapi juga jeli dalam mempertahankan konsistensi akan kualitas dan karakter suara yang dihasilkan. 

Hal yang dapat mereka ambil pada Psychedelic Furs, band post-punk kelahiran London ini adalah suara drum dan juga melodi daripada kibor mereka. Mereka tampaknya terobsesi dengan suara drum ala Psychedelic Furs yang diperlengkapi dengan hi-hat dan cymbal drum yang lebih diredam, kick drum yang tidak terlalu memantulkan suara kemana-mana, dan tabuhan snare yang tipis namun tajam. Apalagi ketika proses pembuatan album ke-3 “Blue Rev”, Alvvays menggaet salah satu produser pemegang 6 piala Grammy Awards, Shawn Everett. Dengan intuisi serta memiliki kepekaan akan kualitas suara yang tajam, Everett semakin memoles suara drum menjadi terdengar lebih jernih dan tetap mempertahankan konsistensi karakter drum yang Alvvays inginkan. 

Elemen kibor memang bukan sesuatu yang tampil paling menonjol dalam aransemen Alvvays, tetapi kehadirannya sangatlah vital. Kerri menggunakan pendekatan suara kibor analog dan mengambil melodi-melodi bernuansa laws (vintage) yang banyak terinspirasi dari musik-musik 80’an semacam new wave, ethereal wave, atau sedikit mundur pada era akhir 70’an, dimana post-punk mulai berjaya. 

Teenage Fanclub – Everything Flows

Teenage Fanclub-Everything-Flows

Molly memiliki perhatian lebih untuk menciptakan suara yang lebih dinamis dengan cara menyatukan suara gitar yang bising dan kemahirannya membuat chorus catchy yang berlandaskan pada musik pop. Dia kemudian menemukan hal yang dicarinya tersebut pada Teenage Fanclub. Band alternative rock asal Skotlandia ini cukup dikenal melalui lagu-lagunya seperti “Everything Flows”, “Don’t Look Back”, “Sparky’s Dream”, dan “What You Do To Me,”. Prinsip nya memang terlihat serupa meskipun eksekusinya berbeda dari apa yang Molly lakukan bersama Alvvays. Teenage Fanclub lebih banyak mengambil sisi melodicsm dari elemen jangle pop, blues dan menempelkannya pada bagian musik indie rock dan alternative rock

Yo-La Tengo – Nowhere Near

Yo-la-tengo-nowhere-near

Selain daripada bongkar pasang personil yang sudah terlalu sering, Yo-La Tengo memiliki begitu banyak variasi musik dalam jajaran diskografi-nya. Hal tersebut bisa jadi yang membuat Alec mulai jatuh hati dan tergila-gila akan mereka. Hebatnya dengan berbagai eksperimen nyentriknya, sepanjang karir Yo-La Tengo hanya beranggotakan 3 orang. Tentunya dengan banyaknya variasi dan referensi yang dikantongi oleh Yo-La Tengo, menjadikan Alec memiliki lebih banyak opsi dalam pengambilan keputusan untuk merancang riff, progresi akor, maupun melodi-melodi pada setiap lagu Alvvays.  

The Smiths – You Just Haven’t Earned It Yet Baby

The Smiths-

Sudah bukan rahasia umum lagi bila sebagian personil Alvvays merupakan penggemar berat dari The Smiths. Nampaknya band yang dikomandoi oleh Morrissey (vokalis The Smiths) itu telah banyak mempengaruhi kepenulisan lagu-lagu Alvvays hampir pada segala aspek. Pengaruh yang paling mencolok terletak pada melodi gitar yang berkilau dan sangat bergaya 80’an. Meskipun dalam eksekusinya, Alvvays kerap menambahkan pengaruh dari band lainnya yang membuat suara gitar menjadi lebih dreamy dan sangat beraroma dream-pop -ish, akan tetapi pola dasar daripada melodi gitar, sarat dijumpai pada lagu-lagu milik The Smiths. Aspek lain yang kami rasa meninggalkan jejak pengaruh dari The Smith ialah karakteristik suara bass, harmoni vokal, dan juga isian-isian pada gebukan drum. 

Rekomendasi Berdasarkan Cross-Over

Pada dasarnya kami ingin agar semua orang yang datang ke sini memiliki selera musik yang terus bertumbuh dan berkembang ke depannya. Kami ingin mengajak kalian beranjak dari zona nyaman namun masih dalam tahap koridor penyesuaian yang mampu ditolerir, karena lonjakan perubahan yang kami berikan tidak terlalu signifikan. Atas alasan tersebut, kami berinisiatif membuat metode rekomendasi yang berbasiskan Cross-over. Sesuai dengan namanya metode ini merekomendasikan musik-musik yang dianggap “menyeberang”, dalam arti kami mencoba memberikan pilihan berupa lagu-lagu yang memiliki ragam genre berbeda dari musisi yang dibahas (dalam kasus ini Alvvays), kendati lagu-lagu yang direkomendasikan nantinya masih dirasa memiliki benang merah.

Kembali pada permasalahan Alvvays, mereka seringkali dicap sebagai band pengusung indie pop / alternative rock dan tidak sedikit yang menyebutkan mereka sebagai band dream pop. Pada dasarnya indie pop sendiri bukanlah sebuah genre yang bersifat tunggal, melainkan masih terdapat turunan sub genre musik lainnya yang berada di bawah payung indie pop. Dream pop salah satunya dan sederet nama lainnya seperti ethereal wave, synth pop, power pop, jangle pop, twee pop, dan masih banyak lagi. Untuk itulah kami berpikir bahwa sejatinya Alvvays yang tergolong sebagai band indie pop terkoneksi dengan begitu banyak jenis musik berbeda yang bertebaran di luaran sana dan hal paradoksnya adalah mereka masih saling terkait dan berhubungan.

Lau Nau – Poseidon

Lau-Nau-Posseidon

Sekilas menggunakan nama “Poseidon” sebagai salah satu dewa laut, menimbulkan kesan bahwa album ini menceritakan sesuatu yang sangat spiritual dan sangat jauh dari pandangan sadar. Padahal tidak demikian, Lau Nau hanya mereferensikan pada salah satu bar di Finlandia yang kebetulan memiliki nama serupa, dimana bar tersebut tempat berlindung bagi mereka yang kesepian di tengah kesunyian malam. Melalui album ke-5 nya penyanyi asal Helsinki, Finlandia ini lebih banyak membawakan elemen-elemen musik folk bercorak melodi Skandinavia yang berpadu dengan elemen chamber pop dan sedikit ditaburi bumbu-bumbu yang mungkin terkesan terlalu nyentrik dan eksperimental untuk seni musik pop. Tetapi album ini berbeda dari proyek-proyek sebelumnya yang lebih terkena elemen elektronik dan ambient, dikarenakan untuk kebutuhan scoring film. Di sini perhatian hanya tertuju pada tarik ulur vokal Lau Nau, serta dentingan tuts piano milik neneknya. Format dari setiap lagu di album ini memang cenderung identik, meski bedanya hanya terletak pada penuturan emosi, serta perasaan Lau Nau di setiap liriknya. Tetapi kami merasa “Posseidon” (judul lagu yang sama dengan album) memiliki aransemen yang tidak bergerak di tempat seperti kebanyakan lagu daripada album ini. Singkatnya formulasi dan struktur musiknya tidak seminimalis musik-musik ambient maupun new age serta bagian vokalnya terasa lebih utuh mulai dari perkenalan (verse) hingga bagian inti (chorus).

Westkust – 0700

West-kust-0700

Shoegaze dapat dikatakan turunan musik yang cukup rumit ketika mencoba mengenalkan musiknya pada mereka yang belum paham. Musik yang satu ini bisa saja membius orang untuk betah berlama-lama terkurung dalam himpunan melodi gitar kelabu, vokal melankolis, serta mampu memancarkan estetika yang khas. Tetapi salah-salah dapat membuat orang enggan mendengarnya lagi karena kegaduhan distorsi yang mengeluarkan gelombang suara kelewat pecah dapat menimbulkan suara yang bising dan kabur. Untungnya kami menemukan salah satu band shoegaze, Westkust yang dirasa memiliki komposisi melodi dominan, dan takaran noise yang tidak kelewat over. Sebenarnya bebas-bebas saja jika kalian ingin memulai dari lagu mana saja pada album ini. Hampir seluruh lagu memiliki aransemen yang terpusat sama, sehingga ketika mulai jatuh cinta pada satu lagu, potensinya besar untuk langsung menyukai keseluruhan album. Tetapi alasan kami memilih “0700”, karena selain daripada hook vokal catchy banyak berseliweran, kombinasi 2 vokal yang dinyanyikan dalam pola bersahut-sahutan semakin menekankan variasi dan nilai dinamis pada aransemen lagu.  

Chemtrails – Uncanny Valley

Chemtrails

Chemtrails mungkin memiliki prinsip pokoknya apapun musik yang dikombinasikan, selama itu terdengar enak dan nyentrik mereka tidak ragu untuk mengoplosnya menjadi satu kesatuan karya yang utuh. Pada EP awal mungkin potensi dari band kelahiran Manchester ini masih belum terlihat, akan tetapi ketika melepas album perdananya “The Peculiar Smell of the Inevitable” semua kreatifitasnya tumpah. Gitar yang sengaja disambungkan langsung ke pedal efek membikin suara daripada distorsi terdengar kabur (fuzzy), pecah, dan rancak. Ditambah intensitas tempo lebih menggebu-gebu dan layer vokal yang beraroma psikedelik semakin membuat elemen musik bernuansa punk rock, garage rock, dan indie rock kuat tercium dan berceceran dimana-mana. Tetapi hal yang unik adalah corak melodi maupun harmoni vokal terinspirasi seutuhnya oleh band-band pop lawas semacam ABBA maupun The Go-Go’s. Contohnya konkritnya bisa kalian dengar langsung pada salah satu lagunya berjudul “Uncanny Valley”. Lagu tersebut mungkin terdengar paling melodius diantara keseluruhan album, apalagi mendengar isian melodi gitar dijamin bakal mengingatkan kalian terhadap musik ala-ala The Smith maupun The Clash.

Them Are Us Too – False Moon

Them-Are-US-Too-False-Moon

Sekarang mari kita beranjak pada pemahaman lebih luas di luar dari jangkauan genre yang sudah disinggung sebelumnya (transcendental). Pengalaman ini dapat dirasakan ketika kalian mendengar proyek indie-pop / ethereal wave kelahiran San Francisco yang satu ini. Buat yang kurang paham ethereal wave, sederhana saja sesuai dengan arti asli dari kata ethereal (sangat lembut), itu berarti jenis musik ini mencoba menghadirkan tata lanskap suara yang lembut secara atmosfir maupun timbre. Biasanya hal tersebut bisa tercapai dengan cara menambahkan efek delay maupun echo pada hampir semua instrumen (vokal, gitar, drum, kibor). Kembali pada topik pembahasan, “False Moon” dirasa memiliki komposisi paling ringan di antara keseluruhan album tetapi tidak terlalu bergerak minimalis dan tetap tampil elegan. Tabuhan drum di lagu ini lebih memiliki detak suara menenangkan, gitar lebih sibuk berpusar pada permainan kor-kor melankolis, latar kibor dengan tekstur berair seperti mengangkat peran vokal untuk lebih bersinar lagi di sini. Meskipun dilengkapi dengan tarikan suara sopran bercorak gothic, tetapi manajemen emosi daripada vokal mampu membagi pada 2 peranan berbeda. Selain daripada menghasilkan kesan-kesan suram, secara simultan lantunan vokal bernada tinggi mampu memancarkan kilauan harapan cerah.   

Tranquility – Don’T Tell

TRANQUILLITY

Semanis-manisnya kenangan masa lalu, tetap tujuan kita hidup berada di masa depan dan kami pun menutup rekomendasi dengan sesuatu yang memiliki wacana serupa. Ide-ide bernuansa futuris tersebut umumnya identik dengan seruan teknologi dan salah satu teknologi yang sangat lekat dirasakan dalam seni musik adalah jenis-jenis musik elektronik. Proyekan asal Jakarta yang sudah terbentuk sejak tahun 2007 ini mempersatukan turunan musik elektronik break-beat, drum ‘n ‘ bass, dengan sensibilitas corak vokal ala-ala indie pop yang spesifik mengarah pada gaya dream pop. Tentunya berkat jam terbang tinggi dari masing-masing personil, Dina Dellyana (personil HMGNC) dan Lusi Mersiana (personil Kubik) mereka tetap mampu mempertahankan konsistensi perpaduan musik yang saling bertolak belakang ini agar bersinergi dengan jelas dan tidak terkesan bergerak secara acak. Peranan bass di sini penting sekali sebagai penengah agar suara hiruk-pikuk dari drum mesin tidak menerobos masuk mengacaukan pola-pola vokal. Ya mungkin sebutan eksperimental hanya berlaku, karena mereka menyatukan berbagai entitas musik ke dalam satu wadah, tetapi secara eksekusi strukturnya masih terdengar jelas dan tidak memiliki gaya nada-nada acak yang tidak terpusat (atonal).

Cheatsheet

Alvvays-Cheat-sheet

Sebagai penutup kami memberikan infografis mengenai ringkasan seluruh rekomendasi yang kami berikan sebelumnya. Kami pun sudah menyertakan playlist spotify dari hasil rekomendasi kami di bawah, dengan harapan agar para pengguna spotify langsung bisa mendengarkan susunan rekomendasi di atas dari playlist yang kami buat. 

Baca Juga : 11 Band Metal Pendatang Baru Wajib Didengar Sebelum Mati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link