Black MetalDeath MetalInterviewSoulreaper

Soulreaper – Venomous Echoes Membuat Ekstrim Metal Terasa Intim

“Soulreaper – Ben Vanweelden, multi-instrumentalis sekaligus konseptor tunggal proyek avant-extreme metal, Venomous Echoes membagikan proses pembuatan album terbarunya, “Dysmor”. Dia juga menceritakan perspektifnya terhadap musik jazz, hingga menceritakan dengan detil bagaimana proyek kosmik horror avant-metal mengerikan dan penuh ketegangan, mampu menjadi wadah untuk membuka diri wilayah personalnya sekaligus sebaga alat terapi, berjuang melawan ketidakstabilan mentalnya.”

Pada 28 Februari 2025 lalu, Venomous Echoes melepas album ke-3 nya bertajuk “Dysmor”. Album tersebut menjadi saluran langsung bagi Ben Vanweelden, untuk menuangkan segala frustrasi dan ketakutan yang muncul akibat dirinya terjangkit oleh penyakit dismorfia tubuh.

Sejak Vanweelden memutuskan untuk mengagas proyek Venomous Echoes, dirinya telah menargetkan proyek ini sebagai wadah untuk mengisahkan secara personal mengenai kehidupan yang dilaluinya, termasuk hubungan mengenai orang terdekatnya, hingga pengalaman mengerikannya ketika harus menghadapi ketidakstabilan mental.

IMW menggali lebih dalam melalui percakapan e-mail bersama Ben Vanweelden, membahas mengenai proses pembuatan album “Dysmor”, bagaimana Venomous Echoes terbentuk, perspektifnya terhadap musik jazz, hingga bercerita pengalaman mengenai bagaimana Venomus Echoes sebagai proyek horror kosmik avant-metal menjadi proyek terapeutik bagi dirinya.

Venomous-Echoes-Soulreaper-Dsymor-

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat atas perilisan album ketiga Anda, “Dysmor”. Jadi, bagaimana proses pembuatan album tersebut? Apakah ada proses yang berbeda dibandingkan dengan album Venomous Echoes sebelumnya?

Proses pembuatan album ini begitu menantang. Saat memasuki proses pembuatan, kondisi mental Saya tidak begitu baik. Saya mengalami serangan panik berintensitas tinggi setiap hari, dan Saya serasa ingin mengakhiri hidup. Dalam proses perjalanannya, saya menghadapi banyak iblis sekaligus dan saya menggunakan album ini sebagai cara untuk mengatasinya.

Apa yang membuat Anda memutuskan menciptakan entitas baru, Venomous Echoes, alih-alih menginvestasikan ide-ide baru Anda pada berbagai proyek yang telah Anda ciptakan dan kerjakan sebelumnya?

Saya menciptakan Venomous Echoes dengan alasan yang sangat spesifik, yakni sebagai alat bantu untuk Saya sendiri. Itu menjadi semacam terapi pendengaran bagi Saya. Dalam tubuh Venomous Echoes, terdapat banyak lirik yang menggambarkan perjuangan mental maupun fisik yang Saya alami.

Meskipun liriknya sangat berdasar pada horor kosmik dan agak berbasis pada fantasi, terdapat banyak kebenaran di baliknya. Saya pikir jika saya tidak memiliki istri, atau kemampuan untuk menulis musik ini, Saya mungkin tidak akan berada di sini hari ini. Jadi Saya sangat beruntung atas dua aspek yang luar biasa itu dalam hidup Saya.

Proyek-proyek lain yang Saya lakukan adalah cara mengekspresikan pengaruh-pengaruh lain yang telah terkumpul selama 37 tahun hidup Saya. Mencoba menjadikannya dengan cara terbaik semampu Saya. Semoga itu dapat dipahami oleh siapa pun yang meluangkan waktu untuk mendengarkannya. Semuanya memiliki tujuan.

Seperti halnya dengan “Pillar Amongst Willows”, album perdana ini berkisah tentang kehilangan hewan-hewan yang pernah Saya miliki dalam hidup Saya. Semacam penghormatan kepada mereka dan cinta yang mereka bawa ke dalam hidup Kami.

Album berikutnya akan membahas tentang bagaimana ide dapat memecah belah orang-orang terkasih seperti keluarga. Ide-ide seperti kepercayaan agama, atau pendapat secara umum. Namun, selalu ada cara untuk menemukan jalan kembali kepada ide-ide tersebut.

Saya terkadang mengalaminya dalam keluarga saya, tetapi Kami selalu menemukan jalan kembali untuk menemukan titik temu. Namun, cara kami berkomunikasi akhir-akhir ini benar-benar rusak sehingga sulit untuk menemukan nuansa dalam percakapan yang sebenarnya, karena Kami tidak lagi bertatap muka.

Dengan jarak waktu perilisan album yang begitu pendek, bagaimana Anda mempertahankan kreativitas untuk terus menampilkan sesuatu yang segar dan menantang?

Dengan Venomous Echoes, semuanya begitu disengaja. Saya berupaya untuk melanjutkan cerita yang memiliki banyak bagian. Semuanya telah direncanakan sebelumnya. Saya selalu menulis musik, terkadang saya akan menggunakan riff dan terkadang tidak, dan mengerjakan apa yang menurut Saya terdengar paling bagus. Dengan Venomous Echoes, Saya tidak memiliki batasan apa pun, album ini berisi sedikit dari semua hal yang Saya sukai tentang musik. 

Album keempat yang sedang Saya garap saat ini mungkin merupakan materi paling beragam yang pernah Saya tulis. Album ini memiliki lebih banyak melodi dan lebih terstruktur daripada album-album sebelumnya. Saya berencana bahwa album ini akan bercerita mengenai Ibu saya, atas dasar itu Saya ingin mengambil pendekatan yang berbeda dari sekadar kekacauan murni.

Saya meletakkan rasa hormat yang besar kepada Ibu atas kekuatan yang telah ditunjukkannya selama bertahun-tahun. Saya menganggapnya sebagai pilar kekuatan dan cinta dalam album ini. Namun, tentu saja ada sisi jahat dari album ini. Itu akan terungkap tahun depan.

Memiliki berbagai macam pengaruh musik dan tidak terpaku pada musik metal ekstrem. Bagaimana Anda memilih dan menghubungkan titik-titik yang tidak berhubungan tersebut untuk menciptakan karya yang kohesif yang ingin Anda buat?

Saya tidak benar-benar merencanakan itu. Saya hanya melakukan apa yang terasa tepat pada saat itu. Apa yang menurut Saya akan membawa lagu itu ke ranah baru atau akan menarik minat Saya dari sisi pendengar.

Saya selalu berpikir apa yang akan membantu membawa pendengar ke dunia ini? Seperti apa suara dunia ini? Seperti apa rasa sakit di kepala saya? Hal-hal semacam itu. Saya tidak membatasi diri saya sendiri saat menulis untuk Venomous Echoes.

Bagaimana Anda secara pribadi terhubung dengan musik jazz dan mengapa Anda merasa bahwa jazz dapat menjadi semacam bahan bakar untuk mendorong batasan lebih jauh?

Saya pikir jazz adalah fondasi yang luar biasa untuk semua jenis musik. Jazz membuat musik metal terdengar unik, dan memadukannya ke dalam musik secara umum memberikan sebuah jiwa baru untuk menghidupkan sebuah lagu. Saya menyukai bagaimana jazz mampu memiliki kemampuan membebaskan. 

Membuat kesalahan terdengar seolah-olah itu bukan kesalahan, membuatnya terdengar menarik atau transendental. Itu adalah bentuk musik yang luar biasa. Saya ingat pertama kali saya mendengar Sun Ra, Saya benar-benar terpana melihat betapa bebasnya setiap orang untuk melakukan hal mereka sendiri dan membuatnya menjadi hiruk-pikuk suara yang terdengar seperti bukan dari dunia ini. 

Atau band-band yang dipengaruhi jazz seperti James Chance dan The Contortions, Lydia Lunch dengan album solonya “Queen of Siam”, album itu memiliki nuansa noir yang sangat aneh, Cephalic Carnage dan pengaruh jazz mereka yang jelas selalu menginspirasi saya.

Bisakah Anda menyebutkan 5 album yang paling berpengaruh dalam membentuk visi artistik dan musikal Venomous Echoes?

Portal- Swarth

Antediluvian- Logos

The Mars Volta- Frances The Mute

Cosmic Putrefaction- Crepuscular Dirge for the Blessed Ones

Pink Floyd- Ummagumma

Venomous Echoes sendiri telah memilih untuk mengambil pendekatan yang lebih bersih dalam rekaman daripada teknik perekaman dengan ketelitian rendah dan etos DIY yang telah menjadi sangat umum akhir-akhir ini. Bukan untuk menjadi steril, tetapi menghadirkan dinamika yang lebih kompleks dan pengalaman berlapis-lapis. Apakah Anda memiliki prinsip atau pedoman apapun terkait proses teknis audio Anda?

Tidak, saya tidak melakukannya, saya hanya bekerja dengan apa yang saya miliki. Saya selalu berpikir suaranya bisa lebih baik. Karena saya sendiri yang mencampur setiap album. Jadi saya selalu mengkritik pekerjaan saya semaksimal mungkin dan terkadang tidak pernah benar-benar puas dengan hasilnya lol.

Namun album berikutnya akan di-mix oleh Stephen Knapp dari Sleep Paralysis dan Cerulean. Kami telah menjadi teman baik dan saya pikir akan menarik untuk mendapatkan masukan dan perhatian dari orang lain. Hasilnya benar-benar bagus, mungkin ini suara terbaik sejauh ini. Namun saya hanya melakukan yang terbaik yang saya bisa dengan apa yang telah saya investasikan selama bertahun-tahun.

Keuntungan sebagai solois, tentu saja memiliki kendali penuh atas pemikiran artistik maupun hasilnya. Namun, bagaimana Anda memutuskan apakah sebuah ide, atau katakanlah bagian instrumental yang sudah selesai akan terlibat ke dalam album yang sedang Anda garap, atau Anda akan menyimpannya sebagai demo, bahkan tidak menggunakannya sama sekali?

Sulit. Saya ingin menampilkan diri saya dengan cara sebaik mungkin, dan itulah Venomous Echoes, perjuangan pribadi saya. Saya mengkritik musik saya sampai-sampai menjadi obsesif. Namun, terkadang saya harus percaya pada diri saya sendiri. Jika itu memberi momen wow di mobil, saat saya meninjau hasil mixing, maka Saya mungkin akan menyimpannya.

Itu harus ada untuk Saya. Dengan “Dysmor”, Saya juga akan mengirimkan campuran tersebut ke Stephen dan mendapatkan masukannya juga karena kami telah menjadi teman baik dan kolaborator. Dia akan memberi tahu saya jika ada yang tidak beres atau jika ada yang bagus. Senang rasanya mendapatkan masukan itu dari orang lain sebagai pendengar. Saya pikir itu juga penting dalam pengambilan keputusan.

Venomous-Echoes-Soulreaper

Dengan semakin berkembangnya jenis maupun turunan musik metal ekstrem itu sendiri. Kenapa Anda masih repot-repot menelusuri sumber bunyi aslinya? Maksud saya, Anda memilih untuk mendalami serangkaian rekaman jazz yang berpengaruh (Mr. Bungle, John Coltrane) ketimbang sekadar mencari band metal dengan label “jazz-metal“. Bukankah itu sudah cukup?

Tujuan Saya adalah untuk berdiri sendiri dan berusaha untuk melampaui batas sejauh yang Saya bisa. Saya tidak ingin memasukkan sesuatu hanya demi terdengar berbeda, Saya ingin itu masuk akal dan menambah suasana cerita. Itu bisa jadi tantangan. 

Saya pikir jika band melakukan itu hanya demi menambahkan suara aneh, maka itu hanya meniadakan pengalaman mendengarkan sebagai sebuah petualangan. Namun, Saya ingin membawa orang ke dalam sebuah pengalaman, bukan hanya memberi mereka musik.

Saya ingin memberi mereka pengalaman mendengarkan yang sinematik. Tidak cukup hanya menambahkan bagian jazz demi membuat seseorang terkesima, itu harus masuk akal bagi nuansa lagu dan album lainnya.

Anda mengatakan bahwa musik Venomous Echoes tidak cocok untuk pertunjukan langsung. Jadi apa alasan Anda untuk tidak memasukkan pertunjukan langsung dalam agenda Venomous Echoes setidaknya untuk saat ini?

Ya, terutama karena Saya tidak punya materi untuk menyajikannya seperti yang Saya inginkan. Itu akan terasa sangat rumit, dan Saya tidak punya kemampuan ataupun uang untuk melakukannya. Itu akan lebih merupakan pertunjukan visual daripada sekadar penampilan band. 

Saya telah memikirkan ide-ide untuk mencoba melakukannya, tetapi tanpa mampu menghidupkan aspek visualnya, itu tidak akan berhasil. Jadi untuk saat ini, sayangnya itu masih proyek studio. Namun, Saya ingin mencapai titik dimana itu dapat dibawa ke panggung.

Dari sudut pandang Anda, bagaimana tren peningkatan konsumsi dan apresiasi musik interdisipliner mampu mempengaruhi industri musik? Mengingat perubahan ini, apakah masih ada alasan budaya atau artistik yang valid untuk mempertahankan praktik gatekeeping, khususnya dalam komunitas genre seperti metal?

Saya pikir satu-satunya hal yang penting adalah apakah seniman menciptakan apa yang mereka sukai. Kata kuncinya adalah “menciptakan”. Dengan maraknya penggunaan AI secara umum, hal itu menjadi agak mengecewakan.

Sebuah prompt hanya memberikan kepuasan instan, meluangkan waktu untuk mempelajari alat musik, program rekaman, melakukan mixing, mastering, dan menuangkan pikiran dan perasaan ANDA ke dalam sebuah lagu, melukis, menggambar, dll Jauh lebih penting bagi saya. 

Gatekeeping memiliki tujuannya, terutama dalam hal seni yang dihasilkan AI dalam bentuk apa pun. Namun saya berharap dunia masih menginspirasi generasi setelah saya untuk terus menciptakan seni dalam kapasitas apa pun. Daripada mengetik perintah dan komputer membuatnya untuk Anda.

Itu bukan seni. Itu hanya alasan untuk tidak meluangkan waktu untuk mempelajari cara melakukan sesuatu. Sekarang setelah hal itu mulai merajalela dalam musik metal, itu adalah sesuatu yang perlu diperbaiki dan dijauhi sesegera mungkin. Itu akan menunjukkan bahwa orang benar-benar hanya peduli dengan seni yang sebenarnya.

Koreksi jika salah, tetapi dari sudut pandang saya, Venomous Echoes terasa seperti proyek terapi yang menyalurkan kekacauan mental melalui lensa kengerian dan abstraksi kosmik. Namun saya penasaran: Apakah Anda kemudian melihat proyek ini berkembang melampaui itu, mungkin menjadi sesuatu yang lebih utopis atau mencerminkan penyembuhan?

Saat keadaan pribadi Anda membaik, apakah Anda membayangkan Venomous Echoes mempertahankan nada kengerian dan kehampaannya, mungkin melalui paradoks harapan dalam kekosongan? Atau apakah proyek ini akan berakhir secara alami setelah tidak ada lagi rasa sakit yang harus diatasi?

Ini adalah pertanyaan yang sering saya pikirkan. Apakah ini akan berakhir setelah saya menyelesaikannya dengan cukup? Saya tidak yakin saat ini. Masih banyak lagi kisah yang bisa diceritakan dalam jagat ini. Saya pikir karena cerita ini mencerminkan hidup Saya, cerita ini akan selalu berkembang dengan cara tertentu. Itulah rencananya sejak awal, agar proyek ini selalu maju dan berkembang. 

Baca Juga : Urthshroud – Proyek DSBM Yang Mengagungkan Nilai Spontanitas dan Absurditas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link