FeaturesHip HopTier List

Run The Jewels : Tier List

Run the Jewels (RTJ) telah berada di suatu state, dimana mereka sendiri nampaknya tidak menyangka bahwa “suaranya” telah mengantarkan mereka ke level hip hop berikutnya. Run The Jewels merupakan duo hip hop kolektif hasil pemikiran kolaboratif dari EL-P dan Killer Mike. Keduanya memiliki latar yang bertolak belakang, tetapi sama-sama memiliki kredensial dan portofolio kompeten dalam skena hip hop. EL-P merupakan seorang underground MC jebolan New York dan terkenal dengan grup hip hop nya, yakni Company Flow. EL-P juga merupakan solois MC dan seorang produser. Sementara rekannya, Killer Mike merupakan seorang MC kelahiran Atlanta dan memiliki kedekatan hubungan dengan skena Southern hip hop yang berbasis di Atlanta. Killer Mike sempat muncul bersama Outkast dan tergabung dalam Dungeon Family, sebuah komunitas dari Southern hip hop.

Istilah peribahasa “tidak ada kata terlambat” nampaknya pas untuk menggambarkan citra utama dalam menanggapi kesuksesan dari RTJ. Meski keduanya sudah malang-melintang di dunia hip hop cukup lama dan masing-masing sudah menginjak usia kepala 4. Tetapi lahirnya RTJ seolah bertindak bagaikan sebuah tombol reset, untuk mengembalikan Killer Mike dan EL-P ke usia belia, dimana pada kondisi tersebut energi, emosi, dan wilingness untuk berkarya masih dimiliki dengan hasrat tinggi. Menurut analisis saya, saat ini tidak banyak OG hip hop yang mampu merilis album tidak hanya sekedar survive atau mendapat nominasi bergengsi, tetapi mampu menghasilkan sebuah album untuk dijadikan pijakan dan tolak ukur album hip hop monumental di era modern hip hop ini. Jumlahnya mungkin bisa diitung dengan jari, dan beruntung RTJ masuk ke dalamnya.

Apa yang membuat RTJ begitu spesial adalah cara mereka dalam mengemas musik hip hop. RTJ mengambil sudut pandang tema lirik kritik politik berbalut dengan rasa amarah, frustasi, dan emosional. Semuanya dituangkan dalam bait demi bait flow mereka dengan struktur seperti sebuah naskah pidato dibandingkan sebuah susunan aransemen lagu. Mayoritas dari lagu RTJ lebih banyak menitikberatkan permainan kata pada verse, dibandingkan menghasilkan hook-hook. Hip hop dan kritik politik mungkin merupakan hal lumrah, ratusan MC diluaran sana juga nampaknya berhasrat tinggi untuk menggambarkan citra pribadinya sebagai penerus perjuangan dari Malcolm X. Tetapi penggambaran dan penempatan karakter dari RTJ membuat tidak banyak conscious rapper dapat setara dengan level RTJ.

Run-The-Jewels-Cover

Kebanyakan MC menceritakan penindasan, kekerasan, dan rasisme hanya berdasarkan sudut pandang dari warga sipil biasa. Mereka hanya dapat menceritakan kesengsaran dari tindakan tersebut secara gamblang, namun tidak banyak MC mampu menyinggung kepentingan politik di belakangnnya secara lebih rinci. Kondisi berbeda dari pihak RTJ, dimana Killer Mike memiliki latar belakang sebagai aktivis, dan pelaku politik secara real-time membuat “suaranya” memiliki power dengan daya lebih besar untuk didengar aspirasinya.

Sudah 7 tahun RTJ terbentuk, semenjak mereka melepaskan album debutnya di tahun 2013. Sejauh RTJ berkarir, total mereka sudah merampungkan 4 album studio dan 1 album remix. Untuk mengapresiasi eksistensi mereka dalam dunia hip hop saya membuat tier list dari RTJ. Tier list yang saya buat murni berdasarkan sudut pandang subjektifitas pribadi, namun saya juga menampilkan nilai-nilai objektif sebagai pendukung dari argumen saya. Tanpa berlama-lama lagi berikut tier list dari RTJ versi Indonesian’sMostWanted.

Run-The-Jewels-Tier-List

RTJ – Run The Jewels (Tier : B)

Run-The-Jewels-1-Cover

Run The Jewels merupakan album debut yang pertama kali mempertemukan Killer Mike dan EL-P dalam moniker Run The Jewels. Sebelum mereka bersinergi dalam naungan RTJ, keduanya sudah pernah berkolaborasi. Killer Mike pernah menjadi guest star pada album Cancer 4 Cure milik EL-P. Sebaliknya EL-P pernah memproduseri sekaligus menjadi guest star pada album R.A.P Music milik Killer Mike. Pada awal perkenalan akan musikalitas dari RTJ, keduanya sanggup menurunkan ego nya masing-masing untuk dapat berpadu secara berimbang dan melengkapi. EL-P ditunjuk sebagai produser tetap dari RTJ tidak serta merta menyulap elemen musik debut ini menjadi album dengan karakter musik yang ekuivalen terhadap diskografi solonya. Begitu halnya juga Mike yang meskipun memiliki suara lantang, dan flow aggresif lebih dominan. Tetapi Mike sanggup berbagi porsi verse secara merata, bahkan beberapa verse dieksekusi bergaya sajak dengan bar bar rap dari Killer Mike dan EL-P masuk bergantian dengan cepat.

Banyak orang membandingkan album ini dengan album Cancer for Cure atau R.A.P Music dan semuanya berujung dengan kekecewaan karena sama sekali tidak mirip outputnya. Saya rasa memang keduanya berniat untuk membuat sesuatu yang baru diluar apa yang sudah mereka kerjakan sebelumnya, sehingga itulah alasan mereka melahirkan moniker baru. Tidak dipungkiri memang ada beberapa elemen dari kedua solo album mereka ditempel pasang pada album ini. Implementasi beat-beat bouncy elektronik dari album-album Killer MIke, atau pendekatan kualitas produksi dirty, dengan ketukan drum mesin boom bap berdaya hard hitting. Tetapi terdapat modifikasi internal pada sound RTJ yang membuat begitu khas dan menempel selamanya dalam identitas musik mereka. Pengunaan drum mesin dengan tingkat loudness dominan, elemen-elemen glitchy elektronik yang dieksekusi secara tidak selaras, serta pancaran synth dengan vibes retro futuristik sudah mendarah daging dalam setiap elemen musik RTJ.

Ke-11 lagu di album ini menawarkan nilai solidify tinggi, mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. Keseluruhan lagu saya rasa dapat diputar berurang kali tanpa berasa monoton. Tetapi saya merasa bahwa gaya produksi dengan varietas musik yang dibawakan tidak berjalan sinergi disini. Jika dibentangkan secara horizontal, representasi elemen musik cukup memberikan banyak warna. Tetapi pendekatan produksi dari album ini menjadikan beberapa lagu terdengar seragam. 7 dari 10 lagu memiliki nuansa serupa, meskipun backbone dari instrumen dan beat dibangun dengan warna berbeda. Instrumen juga bergerak lebih slow-paced dalam bertransisi, sehingga menimbulkan kesan bahwa album ini seperti dibangun dengan pattern beat homogenus. Produksi instrumen di album ini juga menimbulkan kesan thick. Setiap layer drum, synth, atau instrumen lainnya seperti ditaruh pada level layer sederajat. Beruntung 3 lagu lainnya menampilkan sisi lebih dinamis, nuansanya juga berubah dengan tendensi lebih moody, dan mengalir.

Soal lyrical wise saya rasa EL-P dan Killer Mike tidak usah dipertanyakan lagi kepiawannya dalam melakukan word play. EL-P selalu tampil dengan bar-bar rap nya yang membuat orang bertanya-tanya isi maksud dari pesannya, dan harus diputar secara berkala untuk memahami konteksnya. Sementara Killer Mike lebih direct dengan delivering lebih brutal dan in your face percis ketika Ice Cube berseragam N.W.A. Tetapi saya menyanyangkan ada beberapa pattern flow muncul secara berulang di lagu berbeda. Tema subjek lirik di album ini juga belum banyak memiliki variasi. Overall sebagai album perkenalan, album debut dari RTJ ini menurut saya sudah cukup menjalankan fungsinya denga baik. Seluruh fondasi musik dari RTJ sudah nampak keliahatan di album ini dan hanya tinggal disempurnakan pada album-album berikutnya.

RTJ – Run The Jewels 2 (Tier : S )

Run The Jewels 2 dirilis hanya berjarak 1 tahun dari album pendahulunya, tepatnya pada tahun 2014. Cukup terkejut mengingat Run The Jewels sendiri juga masih hangat diperbincangkan dan mulai memperbesar fanbasenya, karena pencapaian album ini ternyata diluar eskpetasi. Killer Mike dan EL-P nampaknya ingin memberikan statement lewat album studio ke-2 nya ini, bahwa Run The Jewels akan terus lanjut dan menjadi “bayi” baru bagi mereka. Namun evolusi RTJ ternyata lebih cepat dari bayi pada umumnya, hanya berjarak kurang lebih 16 bulan sejak “kelahirannya” RTJ sudah tampak seperti “bayi” yang dapat berbicara dan berjalan.

Album ini mengalami improvement dari segala lini, bahkan mampu menutup kekurangan mencolok yang ada pada album sebelumnya. Kualitas produksi lebih persisi, dan elegan dengan setiap instrumen sudah mulai ditempatkan pada segmen layer berbeda. Semua bagian instrumen seperti drum, synth, melodi punya koridor sendiri dan terdengar sangat jelas dan tajam setiap alurnya. Masing-masing lagu memiliki gaya produksi berbeda-beda, sehingga tidak terdengar seragam dan lebih banyak variabel dengan nuansa berbeda yang dapat ditawarkan kepada para audience.

Run The Jewels 2 menampilkan sudut berbeda dari pendahulunya maupun album-album studio dari keduanya. Run The Jewels 2 terasa lebih gelap, sadis, tragis, dan sekaligus juga menampilkan bumbu-bumbu comedy sarkastik. Album ini memiliki representasi layaknya sebuah film blockbuster action. Adegan dan nuansa dari album dikemas secara lengkap seperti sebuah film utuh, kita dapat mendengarkan sisi kemarahan, ketegangan, ledakan penuh aksi, hingga panorama tragis dan jenaka terangkum lengkap disini. Merupakan hal yang tabu bila tidak membicarakan pattern flow dari Killer Mike dan EL-P di album ini. Eksekusinya lebih agresif, brutal tidak ada henti-hentinya menciptakan sebuah kondisi mindblowing. Ada masanya juga flow mereka bergerak lebih luwes tanpa harus kehilangan momentum excitment yang sudah terbentuk sebelumnya. Arahan flow bergerak secara undpredictable dan memiliki transmisi yang merubah struktur flow dengan cepat seketika.

Run The Jewels 2 menjadi gerbang awal, dimana EL-P dan Killer Mike tidak ingin lampu ketenaran hanya menyorot kepada mereka saja. Run The Jewels mulai mengundang musisi tamu yang secara nama dan portofolio memiliki kredibilitas. Zack De La Rocha (Rage Against The Machine), Gangsta Boo (Three 6 Mafiia), hingga Travis Barker (Blink-182) berhasil mereka undang. Performa dari masing-masing musisi tamu dapat dikatakan solid, tidak underwhelming dan tidak kalah sinar dari duo EL-P dan Mike.

Baca Juga : Tyler, The Creator : Call Me If You Get Lost

RTJ – Run The Jewels 3 (Tier : A)

Run The Jewels 3 tidak dirilis dengan waktu berdakatan dari kedua album pendahulunya. Butuh setidaknya gap 2 tahun untuk duo EL-P dan Killer Mike menggabungkan kepingan-kepingan ide kolektifnya agar disusun menjadi album penuh ke-3 milik Run The Jewels. RTJ beraksi seperti seorang santa claus baik hati yang meninggalkan hadiah cantik di sekitaran tungku perapian dan pohon natal pada malam hari. Run The Jewels 3 menjadi hadiah terbaik untuk penggemar hip hop di malam natal tahun 2016. Sisi negatifnya anda hanya diberi waktu 5 hari untuk memutuskan apakah album ini akan masuk katalog album hip hop 2016 terbaik atau tidak.

Killer Mike dan EL-P memang mengaku bahwa mereka hanya mencoba melakukan apa yang terbaik dan lebih fokus berkarya. Tetapi tekanan besar dari fans yang mulai menaruh ekspetasi lebih tinggi setiap mereka muncul adalah nyata adanya. Untungnya duo sejoli ini masih sanggup menjaga energi dan konsistensi mereka berada di energy bar pada kondisi stabil. Mereka sanggup mencuri momentum untuk mendorong batasan dan membuat sesuatu yang berbeda, kali ini. Seperti dikatakan sebelumnya RTJ memang sudah mempunyai ciri khas sound, dan sudah mulai mencapai kondisi establish. Lebih lanjut album ini menampilkan sebuah citra yang tidak ada pada kedua album sebelumnya.

Run The Jewels 3 dipersiapkan lebih matang, terutama pada segi penulisan lirik. Killer Mike memilih subjek lirik lebih politis dan mungkin album hip hop paling politis yang pernah mereka buat seumur hidup. Killer Mike tidak perlu memohon dan meyakinkan kepada banyak orang bahwa kekearasan rasial, ketidakadlian, dan diskriminasi aparat merupakan tindakan keji dan tidak berprikemanusiaan. Narasi serta kekuatan storytelling Killer Mike mampu menggambarkan secara eksplisit kejadian-kejadian tersebut, sehingga biarkan para audience yang menilai rangkaian tragedi tersebut. EL-P turut memiliki peran yang tidak kalah penting, dimana dia kali ini memainkan multi-peran. EL-P dapat menjadi sosok pendukung Mike dan sama-sama melancarkan aksi protes. Sisi lainnya, EL-P sempat menjadi seorang antagonis yang justru seolah menantang perkataan dari Mike. Tidak meninggalkan ciri khas utamanya, EL-P dapat menjadi penengah dengan menyelipkan bar-bar rap dengan sense komedi sarkastik khasnya.

Beralih pada sektor instrumen dan kualitas produksi saya rasa album ini memiliki kualitas paling baik dari segi variasi maupun ketajaman suara. Instrumen dapat lebih hidup dan berperan untuk turut menggambarkan nuansa yang lebih ekspresif dan menggetarkan. Apalagi mayoritas album ini dirundung dengan rasa lebih gelap dan kelam, dan peran instrumen dapat menggambarkan susana tersebut secara jelas. Instrumen bergerak lebih lambat tapi tidak sekaku album debut mereka, karena setiap instrumen sudah di set pada layer berbeda dan melodi secara terus menerus masuk untuk mengisi ruang kosong. Tentu ada sedikit harga yang harus dibayar untuk ini. Sebagai gantinya RTJ menurunkan tensinya, tidak terlalu banyak menghasilkan komposisi banger dan meledak-ledak.

Singkat kata album Run The Jewels 3 merupakan album paling politis dan sekaligus album paling bijak dari RTJ. Mereka menerjemahkan agresitifitas tidak melalui beat dan flow, tetapi melalui lirik dan kekuatan daripada storytelling. Tidak terlalu berjalan selaras dengan kedua pendahulunya, tetapi Run The Jewels 3 membuka sebuah sudut pandang baru dari musikalitas RTJ.

RTJ – Run The Jewels 4 (Tier : S)

Run The Jewels 4 menutup perjalanan duo EL-P dan Killer MIke pada era dekade 2010’an dengan manis. 7 tahun RTJ berdiri, saya rasa mereka lebih dari berhasil, tidak hanya sekedar menghibur industri musik dengan kumpulan materi hardcore hip hop badass, tetapi juga meninggalkan jejak pesan mendalam untuk dijadikan refleksi dan perenungan diri bahwasanya dunia ini berada dalam konidisi yang tidak baik-baik saja. Run The Jewels 4 dirilis di penghujung dekade tepatnya pada 3 Juni 2020. Tidak ada sesuatu yang menjadi sebuah terobosan baru disini. RTJ hanya memastikan semua berjalan dengan semestinya sambil mengkoreksi bagian per bagian yang dirasa menjadi kekurangan pada album sebelumnya.

Muatan konten lirikal berbau politik masih menjadi main course utama pada album ini. Itu sudah menjadi bagian sub-kultural dari identitas mereka. Tetapi disini, duo Mike dan EL-P juga menyisipkan berbagai side dish tema subjek reflektif. Bertarung melawan pergejolakan batin, menghadapi berbagai situasi hiruk pikuk lingkungan sekitar, dan juga sedikit menyinggung persoalan spiritual. Singkatnya Run The Jewels 4 tidak hanya menuntun anda secara moral dan empati ke jalan yang benar, tetapi juga mempersuasif untuk lebih bersimpati pada makna dari sebuah kehidupan. Run The Jewels 4 memiliki power lirikal lebih relate dari album mereka sebelumnya. Karena adanya momentum dan tingkat urgensi yang dirasa pas dengan kejadian nyata yang baru terjadi ketika album ini dirilis.

Saya tidak berkata bahwa rilisnya album RTJ 4 dengan tragedi George Floyd yang terjadi dalam waktu berdekatan merupakan sebuah blessing in disguise. Namun secara langsung ini memberi bukti bahwa diskriminasi rasial aparat di Amerika terhadap warga sipil sudah mencapai tingkat urgensi gawat dan siaga satu. RTJ tidak henti-hentinya mempringati agar tindakan tersebut seharusnya sudah mulai diperhatikan lebih serius oleh pemerintahan agar tidak perlu terjadi kejadian serupa di masa mendatang.

Pada sisi produksi, album ini memiliki alur paling terkonsepsi dengan solid dan baik. Tidak ada ketimpangan perbedaan vibes seperti pada album debut mereka. EL-P sudah belajar secara mendalam tentang bagaimana cara mengkonsepsi masing-masing lagu agar sequencing nya dapat menyatu menjadi album super kolektif. Setiap instrumen pada masing-masing lagu bermonolog dengan beat, pattern, dan timbre berbeda dan beragam. Namun semuanya memiliki satu visi untuk menghasilkan getaran lebih gelap, grim, dan meneror. Jika di breakdown album ini memiliki tekstur lebih harsh, metallic, dan juga lebih futuristik. Operasi drum mesin tidak hanya berfungsi untuk menjaga agar beat tetap paling berada di layer teratas pada instrumen, tetapi juga memastikan untuk terus memproduksi part-part lagu banger dan hard hitting.

Vocabulary dari instrumen semakin variatif di album ini. RTJ turut mengadopsi hip hop bergaya jazz dengan menghadirkan elemen saxophone. Pada lingkungan berbeda, RTJ melakukan pendekatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya seperti memasukan trap beat, atau juga mengundang Josh Hoomie untuk memberikan getaran distorsi gitar kotor. Sebuah elemen garis besar yang tidak dapat ditemukan pada album studio sebelumnya adalah penggabungan antara 2 unsur yakni sisi agresif dan sisi lebih gelap. Pada RTJ 3 saya mengatakan bahwa album ini memiliki citra lebih gelap tetapi kehilangan sentuhan agresifnya. Selanjutnya RTJ 2 mungkin memiliki sense dark dan agresif juga disana, tetapi sisi agresif lebih dominan. Namun RTJ 4 merangkum kedua unsur tersebut dengan lebih seimbang dan juga dikonsepsi dengan lebih matang.

Selling point terakhir di album ini terletak pada deretan guest star yang tidak hanya bertambah secara kuantitas, namun kualitas tetap terjaga. Gangsta Boo, Zach De La Rocha yang sudah pernah kontribusi sebelumnya kembali dihadirkan. Tidak sampai disitu album ini juga menggaet 2 Chainz, Pharell Williams, Josh Hoome, Dj Premier, dan Mavis Staple. RTJ sedikit bertransformasi menjadi semi supergrup disini dan peran dari masing-masing musisi tamu memberi kontribusi cukup vital. Tidak ditemukan adanya poin-poin negatif secara major di album ini. Sebaliknya semakin digali saya malah semakin banyak menemukan perbaikan yang terjadi di album ini.

Baca Juga : Hip Hop 2021 Chartlist

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link