Pink Section – Sectioned, Pemberontakan Terabaikan Dari Bay Area
“Dalam EP semata wayangnya, Pink Section menemukan kebenaran paradoksnya sendiri dengan memadukan gaya atmosfer post-punk serta kerumitan progressive rock yang membuat pembrontakan mereka bergerak secara eksponensial.”
Sebelum Ian Curtis menggunakan post-punk untuk membukukan catatan mengenai percintaan dan perjuangan hidupnya yang menguras psikis, band berbasis di Los Angeles, DEVO menjadi ketua divisi post-punk untuk melakukan subversi terhadap gaya musik rock’n’ roll yang konservatif. Kehadiran DEVO seperti sebuah mesin pencetak selera bagi subkultur post-punk, maupun musik dengan embel-embel “wave” di belakangnya. Mengubah perspektif bahwa menjalankan gaya hidup hipster bukan lagi sebuah subkultur yang mengancam status quo, justru menjadikannya sebuah tren sensasional baru bagi sekelompok remaja yang baru menjalani masa pubertas.
Kendati demikian Pink Section, kuartet post-punk asal Bay Area ini menjadikan mentalitas serta aksi pemberontakannya bergerak secara eksponensial. Pertama, jelas mereka penganut seni dadaisme yang mementingkan isi dan pesan dibanding estetika serta keindahan tata ruang dalam seninya. Kedua, mereka enggan untuk terpengaruh oleh DEVO, sehingga mendorongnya untuk berbuat lebih nekat. Mereka tidak peduli bahwa aturan musik punk dilandasi oleh permainan 3 kunci gitar sederhana atau progressive rock yang menghadirkan perpanjangan durasi dan kemahiran virtuoso instrumen yang saling mengikat. Namun yang jelas Pink Section menemukan sendiri kebenaran paradoks dari kedua seni yang bertolak belakangan tersebut.

Pada sektor gitar mereka seolah memiliki Zappa dan Fripp disisi mereka yang terus ditekan untuk bermain seminimalis dan sesingkat mungkin. Hasilnya dalam ruang terbatas mereka memproduksi melodi gitar berperilaku atonal, chord dissonant berpusing mengitari detak bass, serta begitu banyak manipulasi pitch yang menggerakan riff maupun melodi pada ruang imajinasi abstrak. “Shopping” menjadi sebuah pembuktian bahwa seharusnya synth bergerak secara kooperatif bersama gitar dalam menciptakan aransemen bersifat korosif. “Wine World” mungkin merupakan adegan potongan bassline terbaik dalam skena punk yang akan terus terlupakan. Saya tidak tahu harus menempatkan Carol Detweiler ke posisi drummer terbaik atau terburuk, karena meski statis, justru kesederhanaan membawa gebukan drum terdengar efisien tanpa harus memusatkan perhatian berlebih untuk memahami sifatnya.
Saat ini Judy Gittelsohn mungkin dikenal sebagai pelukis, tetapi ini menjadi saksi bahwa selain aktif dalam skena punk Bay Area, ia menjadi salah satu frontwoman yang memiliki karakter nyentrik dengan suara mendominasi. Tidak mengherankan proses kreatif menantang realitas ala Pink Section telah diganjar oleh penyematan terminologi genre turunan berkelanjutan seperti “art-punk”, dan “zolo” entah tujuannya bersifat apresiatif atau mengkooptasi agar lebih banyak pemuda tanggung yang terjerat oleh “siasat” media yang seolah peduli terhadap aksi subkultur.
Baca Juga : Otoboke Beaver, Ketika Punk Rock Membebaskan Diri Dari Agenda Politik