FeaturesHeavy MetalMetal

Mengenang Lemmy Kilmister, Sang Godfather of Heavy Music

Ian Frase Kilmister atau akrab dipanggil Lemmy Kilmister merupakan seorang bassist sekaligus frontman dari band metal legendaris asal Inggris, Motorhead. Tepat 6 tahun lalu pada tanggal 28 desember 2015, Lemmy menghembuskan nafas terakhirnya. Suatu ironi menyedihkan dibalik kematian Lemmy adalah kematiannya hanya berjarak 4 hari setelah Lemmy baru saja merayakan hari jadinya yang ke-70 di tanggal 24 desember. Kesehatan Lemmy di tahun-tahun terakhirnya memang sudah memprihatinkan. Perlahan di usianya yang sudah mulai menua, Lemmy mulai merasakan dampak negatif dari pola hidup sex, drugs, & rock’n’roll yang sudah dia jalani sejak usia belia. Berbagai macam diagnosa penyakit sempat membuat beberapa tur konser Motorhead terhenti akibat ketidakstabliannya kondisi Lemmy. Puncaknya Lemmy didiagnosis menderita penyakit kanker dan tumor ganas tepat beberapa hari sebelum Lemmy meninggal.

Motorhead tidak hanya sekedar menjadi raksasa heavy metal ikonik, dimana beberapa album klasik Motorhead dipercaya sebagai barometer perkembangan musik heavy metal ke level berikutnya. Lebih dari itu, Motorhead sudah menginspirasi banyak band besar lainnya sebut saja Metallica, Mudhoney, Immortal, Dave Grohl, dan band-band lain yang tak terhitung jumlahnya. Tidak heran mengapa sosok Lemmy bersama Motorhead begitu disegani oleh berbagai kalangan skena musik keras terutama pada skena punk, rock, maupun metal.

Sebagai bentuk penghormatan sekaligus mengenang hari kematian sang Godfather of Heavy Music. Indonesian’s Most Wanted membuat playlist khusus yang akan membedah berbagai sisi dan sudut musik dari Motorhead.

Sejarah Singkat Lemmy Kilmister

Lemmy-Kilmister-and-David-Bowie

Lemmy dilahirkan pada tanggal 24 desember 1945 di Burslem yang termasuk ke dalam daerah Stoke-on-Trent, kota asal Stoke City. Namun pada usia ke-10 akibat perceraian kedua orangtuanya, Lemmy pindah bersama ibunya ke Benllech, Anglesey, North Wales. Disitulah Lemmy kecil mulai tertarik dengan musik-musik rock’n’roll. Sebelum Lemmy mendobrak peta musik keras global bersama Motorhead, Lemmy sempat bergabung dengan beberapa band lokal setempat. Pada awal karir musiknya Lemmy memegang posisi gitar dan bergabung bersama band lokal The Rainmakers dan The Motown Sec. Lalu di tahun 1965, dirinya sempat bergabung bersama band The Rockin’ Vickers. Bersama The Rockin Vickers Lemmy sempat melepas 3 buah singel plus tur Eropa.

2 tahun berselang, Lemmy kembali pindah ke London dan singkat cerita dia bertemu dengan Noel Redding seorang pemain bass dari Jimi hendrix. Tidak sampai disitu Lemmy juga berjumpa dengan Nevile Chesters yang menjabat sebagai road manager untuk Jimmy Hendrix. Pertemuan dengan kedua sosok itulah, yang membuat Lemmy mendapatkan pekerjaan sebagai road crew bagi Jimmy Hendrix. Menjadi road crew untuk sang dewa gitar, merupakan momen bersejarah pertama yang dirasakan Lemmy. Tetapi meskipun begitu karir musik Lemmy sejauh ini masih belum menemukan titik terang hingga menginjak tahun 1971 ketika Lemmy bergabung dengan band space rock asal Inggris, Hawkwind.

Bersama Hawkwind, peran Lemmy sebagai bassist sekaligus vokalis pertama kali dia perankan disini. Kedua peran inilah yang dibawa Lemmy sampai dirinya mendirikan Motorhead. Mengalami karir musik yang mulai menjanjikan bersama Hawkwind, di tahun 1975 ketika Hawkwind sedang melakukan tur, Lemmy ditangkap di Windsor, Ontario, Canada karena diduga kedapatan menggunakan narkoba jenis kokain. Akibat ulah Lemmy tur Hawkwind terhenti karena Lemmy ditahan di penjara setempat selama 5 hari. Geram dengan ulah Lemmy akhirnya anggota Hawkwind lainnya memutuskan untuk memecat Lemmy.

Setelah terlempar dari Hawkwind, Lemmy akhrinya memutuskan untuk membentuk bandnya sendiri yang kemudian diberi nama Bastard. Lemmy mengajak gitaris Larry Wallis (Pink Fairies, U.F.O) dan drummer Lucas Fox untuk bergabung bersama Bastard. Namun karena Bastard tidak pernah mendapatkan tempat untuk tampil pada acara Top of the Pops (sebuah acara tv chart musik di inggris) akhirnya Lemmy merubah nama Bastard menjadi Motorhead. Nama Motorhead diambil dari judul lagu yang terakhir Lemmy tulis untuk Hawkwind. Tidak sampai genap 1 tahun bertahan Lucas Fox dan Larry Walls keluar dari Motorhead dan perannya ddigantikan oleh Fast “Eddie” Clarke sebagai gitaris dan Philthy “Animal” Taylor sebagai drummer. Formasi ini diamini oleh mayoritas fans Motorhead bahwa inilah formasi terbaik yang pernah dimiliki Motorhead.

Formasi trio ini menjadi turning point Motorhead dan seketika merubah Motorhead menjadi salah satu band paling berbahaya di dunia. Motorhead dinilai berhasil melahirkan album-album classic masterpiece yang selalu diingat oleh penggemar Motorhead maupun penggemar musik keras secara umum. Album seperti Overkill, Iron Fist, Self-titled hingga yang paling sohor di antarnya yakni Ace Of Spades merupakan album-album monumental bagi Motorhead yang melambungkan nama Motorhead lebih tinggi. dari sebelumnya.

Musisi Paling Berpengaruh Bagi Lemmy & Motorhead

Lemmy-Kilmister-Sid-Vicious

Bagi sebagian besar penikmat musik keras, Motorhead dianggap sebagai band yang memiliki andil besar terhadap perkembangan musik extreme metal kedepanya. Term-term seperti speed metal dan proto thrash juga pernah disematkan kepada Motorhead dalam rangka mendeskripsikan ciri khas musiknya yang terasa lebih ngebut dan aggresif dibanding band metal dan hard rock lainnya pada saat itu. Lemmy sendiri sebetulnya enggan menyebut Motorhead sebagai band metal, Lemmy lebih suka jika Motorhead disebut sebagai band rock ‘ n’ roll biasa.

Berbicara mengenai pengaruh musik, Motorhead sendiri terinspirasi dari beragam musisi dan band mulai dari Thin Lizzy, U.F.O, ZZ Top, Elvis, Abba, Sex Pistols, Jimi Hendrix, Johnny Winter, The Rolling Stones, Deep Purple, Little Richard, David Bowie, Chuck Berry menjadi inspirator Lemmy dan kolega untuk meracik musik Motorhead yang dikenal sekarang ini. Namun suatu hal yang unik adalah bagaimana caranya Motorhead mengeksusi keseluruhan musiknya. Motorhead membuat ciri khas musiknya sendiri tanpa banyak merubah pakem-pakem dari band-band yang mempengaruhi mereka. Contoh sederhananya dapat disimak pada lagu berikut.

Pada lagu tersebut Motorhead membiarkan bagian rock’n’ roll menghentak di bagian ritem membiarkan elemen rock ‘n’ roll mengalir deras pada lagu tersebut. Tetapi berkat cabikan bass dan vocal Lemmy, lagu tersebut masih memperdengarkan karakter musik Motorhead seutuhnya. Singkatnya mungkin Motorhead meminjam elemen musik dari band atau musisi lainnya dan tidak banyak merubah struktur formulanya. Tetapi berkat cabikan bass dan vokal serak dari Lemmy, lagu-lagu Motorhead tidak terkesan menjiplak dan masih bisa memancarkan trademark musik dari Motorhead itu sendiri. Apapun bentuknya, mulai dari blues, rock, metal, maupun punk yang menjadi bagian entitas musik Motorhead. Vokal Lemmy dan raungan Rickenbacker milik Lemmy bertindak sebagai benang merah dari pangkal musik Motorhead.

Mengenal Lebih Dalam Musik Motorhead

Lemmy-Motorhead-Logo

Tentu banyak yang beranggapan bahwa hampir sebagian besar koleksi musik yang dirilis Motorhead musiknya terkesan seragam antara satu album dengan album lainnya. Hal tersebut tidak dapat disalahkan sepenuhnya, karena memang ada beberapa pattern musik yang tidak dirubah sepenuhnya oleh Motorhead setiap kali mereka merilis materi baru. Apalagi karakter vokal Lemmy dan tone daripada bass milik Lemmy memang dari album perdanahingga album penghujung Motorhead tidak berubah sama sekali.

Tetapi ada beberapa momen tertentu, dimana Motorhead memodifikasi struktur musik agar setidaknya berbeda dari sisi eksekusi akhir tanpa menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru dan fresh. Contoh konkrit pendukung argumen ini adalah, perbedaan Motorhead di era awal dengan Motorhead pada era 2000’an. Album-album lama Motorhead memiliki musik yang identik nuansa punk. Sedangkan beberapa album terakhir Motorhead lebih condong ke territorial hard rock dan heavy metal. Bongkar pasangnya personil Motorhead juga bisa menjadi pemicu dibalik adanya perubahan musik di tubuh Motorhead. Untuk itu saya mau sedikit membedah perubahan-perubahan musik apa saja yang sempat dialami oleh Motorhead selama 45 tahun mereka berkarir.

Baca Juga : Iron Maiden : Book Of Souls Review

Motorhead : Punk Sides

Tahun 1977 merupakan tahun dirilis album debut Motorhead dengan judul album yang sama. Dalam album tersebut, Motorhead menyuguhkan musik dengan intensitas punk dominan bahkan tidak jarang album debut mereka ini lebih terasa relate jika dimasukkan ke dalam katalog musik punk dibanding metal. Hal ini lumrah adanya dikarenakan semasa awal karir bersama Motorhead, Lemmy kerap akrab dengan beberapa punggawa band punk seperti Ramones dan Sex Pistols, dimana pada saat yang bersamaan kedua band tersebut juga yang mempopulerkan musik punk. Ya harus diakui pada saat itu, pergerakan british punk sedang berada dalam peek karirnya. Kembali pada album debut Motorhead, mayoritas lagu di album tersebut masih terdengar sangat raw dari sisi produksi terutama bagian distorsi gitar yang sangat kering dan memang lebih banyak mengandalkan rumusan progresi power chord simpel pada setiap lagu.

Pada beberapa album selajutnya, Motorhead mulai tampak memperhatikan kualitas hasil produksi dan kompleksitas dari musiknya. Album-album seperti Iron Fist, 1916, Ace of Spades dirasa sudah tidak memiliki kadar musik punk se-intens pada album debut Motorhead. Ketiga album sudah lebih banyak terkontaimanasi dengan elemen-elemen rock, blues, dan metal dan dari sisi kualitas sound jauh lebih cleany. Meski begitu Motorhead sepertinya masih rindu untuk bermain musik punk dan mencoba menciptakan beberapa lagu bernuansa punk di era ke tiga album tersebut. Lagu-lagu seperti “Fire fire” (Ace Of Spades), “The Hammer” (Ace Of Spades), “Heart Of Stone” (Iron Fist), “Sex and Outrage” (Iron Fist), R.A.M.O.N.E.S (1916), “The Voice In The Sky” ( 1916) saya rasa masih layak dikategorikan sebagai punk sides dari Motorhead.

Memasuki era 2000’an nampaknya Motorhead sudah tidak bergairah sama sekali membuat album full length dengan nuansa punk yang utuh. Unsur Punk di tubuh Motorhead pada era tersebut hanya diperlakukan Lemmy dan kolega hanya sebatas sebagai side dish.

Motorhead : Heavy Metal Is The Law

“Hilangnya” unsur punk dalam elemen musik Motorhead sudah tercium sejak tahun 1979. Di tahun tersebut Motorhead melepaskan album keduanya berjudul Overkill. Album ini yang memberi andil dalam mengurangi kadar musik punk Motohead dengan segi kualitas rekaman lebih jernih dibanding album pendahulunya. Sang gitaris, Eddie mulai banyak melibatkan part lead-lead gitar dengan influences bluesy rock yang kuat mengakar. Kejutan ada di tangan Phility ketika dia memperkenalkan senjata double-bass andalannya yang membuat musik Motorhead jauh lebih eksplosif dan agresif. Beberapa lagu seperti “I’ll Be Your Sister”, “Tear Ya Down”, hingga “I (Won’t) Pay Your Price” menjadi anthem klasik Motorhead yang kental berbalut dengan elemen bluesy hard rock.

Selanjutnya pada album Bomber, Motorhead semakin memaksimalkan elemen hard rock dengan mampu menciptakan lagu-lagu hard rock blues catchy. Simak saja lagu-lagu seperti “Poison”, “Dead Man Tell No Tales”, “Sharpshooter”, dimana Motorhead berhasil menciptakan hook-hook melodius dan catchy. Namun effort tersebut justru mendatangkan kritik negatif pertama bagi Motorhead, karena album Bomber dinilai terlalu “cengeng” dan keseluruhan lagu tidak terdengar outstanding dibanding dengan 2 album mereka sebelumnya. Lalu setahun kemudian tepatnya pada tahun 1980 Motorhead kembali dengan album studio keempatnya yaitu Ace Of Spades.

Album ini seperti sebuah tamparan bagi mereka yang terlanjur lancang mengacungkan jari tengah dan memaki sang Godfather heavy metal yang mengatakan bahwa Motorhead membuat musik loyo pada album Bomber. Tidak diragukan lagi sebagai album monumental, Ace of Spades membawa Motorhead ke level berikutnya dalam hal agresitifitas, dan intensitas. Ace of Spades dapat dikategorikan sebagai album yang terdengar lebih kotor dan cepat dari sekedar album musik-musik punk, dan metal biasa.

Namun album ini juga mengandung beberapa lagu yang condong memiliki unsur hard rock / heavy metal lebih dominan. Contohnya seperti pada lagu “Love Me Like A Reptile” dengan karakteristik riff lebih tegas dan berdistorsi tebal. Kemudian “Fast And Loose” dibuka dengan riff bernada pentantonis yang mengingatkan akan style riff Deep Purple era Ritchie Blackmore. “The Chase Is Better Than Catch” lagu bertempo mid paced yang dilengkapi dengan lick-lick Hendrix-esque. Istimewanya, Eddie mengatur karakter distorsinya lebih kotor bila dibandingkan dengan band sejenis Led Zeppelin atau Cream, sehingga Motorhead masih menampilkan momen-momen bengalnya, meskipun dalam mode tempo lagu mid paced.

2 tahun selepas Ace Of Spades dirilis, Motorhead merilis album kelimanya bertajuk Iron Fist. Iron Fist juga sekaligus merupakan album terakhir dari Eddie setelah dirinya memutuskan hengkang di tahun yang sama ketika album ini dirilis. Pada album Iron Fist, terdapat beberapa lagu Motorhead yang dirasa cocok dikelompokan dalam spektrum hard rock. Lagu-lagu seperti “Loser”, “(Don’t Let Em) Grind Ya Down”, dan “(Don’t Need) Religion” berada tepat dalam koridor hard rock dengan tempo mid paced nya.

Selepas Eddie hengkang, Motorhead memutuskan menggunakan 2 formasi gitaris yaitu Wurzel dan Phil Campbell masuk untuk mengisi posisi gitaris. Dari formasi ini lahirlah album Orgamastron yang dari sisi sound sangat kental dengan nuansa hard rock/heavy metal. Tentunya selain berkat menggunakan 2 formasi gitaris yang terdengar lebih overdriven dari segi riffing, Karakter tone gitar Wurzel dan Phil terdengar lebih maskulin. Chemistry Phil, Wurzel, ditambah dengan permainan drum aggresif dan liar Philithy semakin membuat album ini terdengar lebih garang. Simak saja lagu-lagu seperti “Claw”, “Aint My Crime”, dimana permianan drum philithy seolah tak ada yang bisa menghentikan. Kemudian lagu seperti “Mean Machine”, “Built For Speed”, “Deaf Forever”, merupakan kumpulan lagu yang mempertontonkan kebolehan duo gitaris untuk unjuk gigi dengan riff-riff dan lead-lead yang meliuk-liuk dengan ciamiknya.

Formasi 4 orang ini kemudian dipertahankan Motorhead hingga album-album berikutnya seperti album Rock’ n’ Roll (1987), 1916 (1991), Bastards (1993), dan Sacirifice (1995). Namun di era album Bastards, Philithy keluar dan perannya digantikan olek Mikkey Dee. Keempat album tersebut semakin menegaskan bahwa Motorhead sudah move on dan menjauh dari musik urak-urakan khas punk dengan lebih mengedepankan aspek teknikalitas yang dibalut dalam bungkus musik heavy metal. Lagu-lagu seperti “Blackheart” (Rock’n’Roll), “The Traitor” (Rock’n’Roll), “The One To Sing The Blues” (1916), “I am The Sword” (Bastards), “Lost in the Ozone” (Bastards), “Over Your Shoulder” (Sacrifice), dan “Order/Fade to Black” (Sacrifice) adalah serpihan contoh kecil bahwa Motorhead sudah semakin nyaman berada di zona barunya.

Bongkar pasang dari formasi Motorhead, cukup memberikan dampak signifikan terhadap arah direksi perubahan musik Motorhead. Jika didengar dengan seksama permainan Mikkey Dee, dan Phil Campbell terdengar lebih unggul secara teknik. Mikkey Dee juga bukanlah sosok drummer kemarin sore, dia sendiri merupakan bekas drummer band heavy metal legendaris King Diamond. Terlihat permainan Mikkey Dee memiliki perbedaan sangat kontras dengan permainan drum Philithy yang cenderung lebih mengejar sisi agresif, brutal dengan teknik permainanya yang dinilai sloppy oleh para pakar-pakar drum.

4 Formasi yang diusung Motorhead akhirnya terhenti pada album Overnight Sensation (1996). Wurzel memutuskan keluar dari Motorhead dan Lemmy memutuskan untuk kembali menggunakan formasi 3 serangkai seperti pada era-era awal Motorhead. Sejak saat itu formasi trio Lemmy, Phil dan Mikkey Bertahan hingga Lemmy meninggal dan berhasil menelurkan banyak album seperti Snake Bite Love (1998), We Are Motorhead (2000), Hammered (2002), Inferno (2004), Kiss Of Death (2006), Motorizer (2008), The World Is Yours (2010), Aftershock (2013), hingga Bad Magic (2015).

Berkat kehadiran Phil dan Mikkey yang secara teknik lebih baik dibanding personil-personil Motorhead sebelumnya. Lagu-lagu Motorhead di era bersama mereka berasa jauh lebih bersih, dan lebih matang secara komposisi musik. Hal ini pun diungkapkan secara tidak langsung oleh Lemmy. Ketika Martin Popoff (Jurnalis dan kritikus musik ternama) sedang asyik mendengarkan materi lama milik Motorhead. Secara tiba-tiba Lemmy pun menegor Martin sambil mengatakan bahwa lagu-lagu dari era awal Motorhead sebenarnya masih terdengar kurang bagus dari sisi komposisi musik.

Motorhead : From Thin Lizzy With Love

Sebenarnya pergantian gitaris dari era Eddie hingga era Wurzel dan Phil menyisakan sebuah gap. Sebelum Wurzel dan Phil bergabung bersama Motorhead, Brian Robertson masuk menggantikan Eddie pada tahun 1982. Meski terbilang singkat, kisah Brian bersama Motorhead sangat cocok untuk dimasukkan pada bagian ini. Bersama Brian, Motorhead melepaskan sebuah album berjudul Another Perfect Day yang dirilis pada tahun 1983.

Motorhead memang banyak terpengaruh dari berbagai band hard rock. Namun ada satu band hard rock yang menurut saya menjadi salah satu inspirator utama bagi Motorhead yakni grup band hard rock asal Irlandia, Thin Lizzy. Motorhead sering membawakan ulang nomor-nomor klasik dari Thin Lizzy seperti lagu “Roalie”, “Are You Ready”. Ini juga ada kaitannya terhadap kepindahan Brian ke Motorhead, dimana dirinya juga merupakan bekas gitaris dari Thin Lizzy.

Tidak mengherankan bila album Another Perfect Day dipenuhi dengan elemen-elemen gitar dengan sense melodi ala Thin Lizzy. Namun terlepas dari album Another Perfect Day ada beberapa lagu, dimana pada beberapa momen-momen tertentu bisa langsung memanifestasikan ingatakan kita terhadap sound dari era keemasan Thin Lizzy. Lagu “Jailbait” (Ace Of Spades) yang pada pertengahan lagu tiba-tiba muncul liukan lead gitar ala-ala Thin lizzy era album Jailbreak dan Chinatown. Kemudian lagu “Iron Fist” (Iron Fist) yang meskipun dibalut dengan nuansa lebih punkish, tetapi sekali lagi sound lead gitar Eddie pada lagu ini tertuju pada karakteristik lead gitar Thin Lizzy. Lagu-lagu lainnya seperti “Go To Hell” (Ironfist), “America” (IronFist), “All The Aces” (Bomber), “Death Machine” (Aftershock) memiliki kasus serupa.

Motorhead : Built For Speed

Lemmy memang pernah berkata pada sebuah sesi interview bahwa dia lebih senang jika Motorhead dilabeli sebagai band rock’ n’ roll biasa dengan idealisme sex & drugs & rock ‘n ‘ roll nya. Tetapi suka atau tidak sukanya Lemmy, Motorhead dapat dikatakan yang “bertanggung jawab” dalam memplopori gaya-gaya speed metal, atau proto thrash. Motorhead berhasil mengekstrasi sound punk untuk terdengar lebih cepat dan agresif bahkan dari lagu-lagu punk itu sendiri. Silahkan simak lagu-lagu seperti “Overkill” (Overkill), “Ace Of Spades” (Ace Of Spades) yang sudah banyak menginspirasi segudang band extreme metal di era setelahnya. Namun seiring berjalanya waktu, Motorhead yang tadinya disebut-sebut hanya sebagai salah satu “penemu” speed metal atau proto thrash metal, sepertinya justru teperosok lebih dalam dengan membuat lagu bernuansa speed metal murni tanpa adanya dosis punk dengan kadar overdosis di dalamnya.

Lagu-lagu speed metal dari Motorhead dapat dijumpai pada saat Motorhead beranggotakan trio Lemmy, Phil, dan Mikkey. Lagu-lagu seperti “Burner” (Bastards), “Death Or Glory” (Bastards), “Sex & Death” (Sacrifice), “Them Not Me” (Overnight Sensation), “Take The Blame” (Snake Bite Love), dan “Better Off Dead” (Snake Bite Love) memberi bukti bahwa Motorhead juga sanggup membuat materi speed metal yang tidak kalah gahar dengan band-band baru.

Memasuki era 2000’an, Motorhead semakin gencar membuat lagu-lagu bernuansa speed metal yang kental. Berkat sokongan dari Mikkey dan Phil, Motorhead mampu menghasilkan materi speed metal yang tidak hanya bertenaga tetapi secara teknik jauh lebih rapih. Simak saja beberapa lagu seperti “See me burning” (We Are “Motorhead), “Terminal Show” (Inferno) yang menjadi lagu pembuka pada masing-masing album langsung berakselerasi sceara maksimum tanpa mengenal batas kecepatan. Lalu pada “End Of Time” (Aftershock) sepertinya Motorhead cukup terinspirasi dengan rekan seangkatannya, yakni Judas Priest terutama di era album Ram It Down. Geberan riff-riff dari Phil sontak langsung mengingatkan saya dengan style Judas Priest di album tersebut.

“We Are “Motorhead” (We Are “Motorhead”), “Sucker” (Kiss Of Death), “Rock Out” (Motorizer), “Going To Mexico” (Aftershock), dan “Thunder & Lightning” (Bad Magic) mengambil template struktur sound yang serupa dengan lagu legendaris “Ace Of Spades”, tetapi lagu-lagu tersebut nampaknya terlalu streil untuk dimasukkan ke dalam kategori punk. Sehingga dengan kecepatan serta kejernihan kualitas suara dari lagu-lagu tersebut saya masih mengkategorikan seluruhnya ke dalam spektrum speed metal.

Motorhead : Rock ‘n’ Roll Madness

Lemmy pernah mengaku bahwa dia sangat mengaggumi dan mengidolakan musisi-musisi seperti Elvis Presley, The Rolling Stones, Chuck Berry dan Little Richards. Jika kalian familar dengan nama musisi-musisi tersebut. Musisi-musisi tersebutlah yang bisa dibilang “aktor” dibalik berkembangnya rockabilly atau orang biasa akrab menyebutnya dengan istilah rock’ n’ roll. Musik ini populer disepanjang dekade 50an hingga awal 70an. Tidak heran mengapa beberapa lagu-lagu Motorhead sedikit banyak terkontaminasi dengan musik yang biasa disebut sebagai moyangnya musik rock ini. Beberapa lagu seperti “Doctor Rock” (Orgasmatron), “Eat The Rich” (Rock’n’ Roll), “On Your Feet Or Your Knees” (Bastards), “We Bring The Shake” (Bastards), “Life’s A Bitch” (Inferno), “Christine” (Kiss Of Death), “Devils In My Head” (The World Is Yours), “Bye Bye Bitch Bye Bye” (The World Is Yours), “Do Your Believe” (Aftershock) adalah sample lagu Motorhead yang menunjukan bahwa ritem-ritem boogie woogie juga dapat dimodifikasi agar terdengar gahar dan energik dengan bantuan distorsi.

Pada kasus-kasus tertentu seperti pada lagu “Going To Brazil” (1916), “Angel City” (1916), “Bad Woman” (Bastards), “Don’t Waster Your Time” (Sacrifice), “Crying Shame” (Aftershock) Motorhead sengaja tidak terlalu banyak mengubah pakem struktur awal musik rock ‘n’ roll. Dapat dikatakan nuansa rock’n’ roll era 50-60an sangat terasa. Saya sering membayangkan bagaimana jadinya bila musisi seperti Elvis Presley, The Tielman Brothers melakukan sesi jamming dan membuat karya bersama Motorhead. Hasilnya mungkin akan terdengar tampak seperti lagu-lagu di atas.

Pengaruh musik rockabilly atau rock ‘n’ roll terus dipertahankan hingga Motorhead mencapai akhir hayatnya pada album Bad Magic. Harus diakui album ini memiliki nuansa rock ‘n’ roll paling kental melebihi album Motorhead lainnya. Lagu seperti “Victory Or Die”, “The Devil”, “Tell me Who To Kill” menggebrak dengan rirtem rock ‘n’ roll ala-ala Elvis dan Chuck Berry namun dengan distrosi lebih gentle dan metallic. “The Devil” terasa sangat spesial karena lead gitar diisi oleh sang maestro Brian May gitaris Queen yang seolah menjadi kado perpisahan fantastis dari Lemmy, karena berhasil menghadirkan kolaborasi epik bersama sang maestro di penghujung karir Motorhead. Lagu “Fire From Hotel” diiringi dengan bassline-bassline Lemmy yang kental dengan pengaruh bluesgrass serta Phil banyak memasukan lick-lick texas blues kental. Kemudian track “Evil Eye” secara spontan langsung mengingatkan pendengar dengan nuansa musik The Rolling Stones era-era awal.

Motorhead : Balllad / Blues / Experimental Sides

Sebuah catatan bahwa Motorhead pernah mencoba “bereksperimen”, namun nampaknya tidak disadari oleh banyak orang. Album eksperimental Motorhead tersebut jatuh pada album studio Motorhead ke-15 yakni Snake Bite Love. Pada album tersebut ada beberapa lagu yang menurut saya terdengar “aneh” dan “berebeda” dari kebanyakan lagu Motorhead umumnya. Pada lagu “Snake Bite Love” Phil banyak bereksperimen dengan wah-pedal. Lalu “Assassin” giliran Mikkey yang berkesperimen dengan memasukan ketukan-ketukan yang dirasa ganjil untuk seukuran musik Motorhead. Masih di lagu yang sama, vocaline Lemmy pun sulit dicerna dalam artian Lemmy juga mengeluarkan pattern vokal tidak seperti biasanya yang lugas dan jantan. “Take The Blame”, dimana pada pertengahan lagu secara tiba-tiba muncul elemen sound keyboard ala Jon Lord. Motorhead dengan keyboard? saya tidak pernah membayangkan itu sebelumnya. “Dead And Gone” menjadi momen puncak eksperimen Motorhead di album ini, dimana Motorhead mengusung konsep lagu semi ballad pada lagu ini.

Musik Motorhead memang identik dengan lagu-lagu bertempo cepat, agresif dan ugal-ugalan. Tetapi Motorhead juga memiliki koleksi lagu balada melodius. Mungkin baladanya tidak mampu melumerkan hati wanita seperti apa yang dilakukan para pengusung band glam rock. Tetapi setidaknya Lemmy memanifestasikan pesan lirik yang lebih filosofis dari sekedar hanya berisikan lagu balada “cengeng”. Motorhead sudah mulai memasukkan lagu-lagu bertema balada sejak album 1916. “Love Me Forever” merupakan lagu balada pertama Motorhead di album tersebut. Kemudian lagu berjudul sama, 1916 sendiri menceritakan tentang kelamnya peristiwa di medan pertempuran. Lagu tersebut dibungkus dengan lagu balada yang memiliki emosi suram dan tragis, dibandingkan terdengar melankolis.

Selepas album 1916, Motorhead semakin rajin untuk menyisipkan lagu-lagu bernuansa balada. Lagu “Don’t Let Laddy Kiss Me” (Bastard), “One More Fucking Time” (We Are Motorhead) menjadi nomor balada berikutnya yang kental dengan nuansa akustik blues ala The Rolling Stones. “The God Was Never On your Side” (Kiss of Death), “Till The End” (Bad Magic) menjadi tembang-tembang manis yang membuktikan bahwa Lemmy juga merupakan seorang lyricist brilliant dan genius yang luput dari sorot media mainstream.

Selain itu Motorhead memiliki beberapa lagu dengan nuansa blues kental. “Whorehouse Blues” (Inferno) seperti memberi bayangan para petani mississippi yang memainkan musik mississippi blues dikala sedang beristirahat. Lagu “Lost Woman Blues” (Aftershock) memiliki koridor berbeda dibanding lagu “Whoresome Blues” meski sama-sama di bawah payung blues. Sepintas “Lost Woman Blue” jika didengar bagian head riffnya langsung mengingatkan kita dengan elektrik texas blues ala-ala Jimi Hendrix atau SRV. Terakhir “Dust And Glass” (Aftershock) liukan lick blues elektrik Phil yang moody sangat membius para pendengarnya.

Baca Juga : Soulreaper : Asupan Musik Tercadas di Indonesia (Eps – 01)

R.I.P Ian Fraser Kilmister a.k.a Lemmy Kilmister ( 24 Desember 1945 – 28 Desember 2015)

“Born To Lose, Live To Win”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link