Magma Automata – Impalpable – Review
Kebangkitan peradaban digital dalam industri musik, memungkinkan untuk setiap pendengar musik memiliki akses yang tak terbatas terhadap jutaan koleksi musik yang tersebar. Berkat arus internet, penikmat mampu mengidentifikasi adanya pola tren sesaat suatu paguyuban musik tertentu yang sempat membludak dalam dunia musik di jejaring internet dan vaporwave merupakan salah satu subset fenomena yang sempat menghiasi blantika musik internet.
Gerakan musik ini melakukan diversifikasi pada banyak elemen musik – berinvestasi pada gelombang synthwave, kumpulan sampling elektronik acak dari perindustrian secara literal, musik berjenis papan sirkuit 16-bit, hingga ragam genre musik yang seperti ditarik secara acak dari kumpulan folder ragam jenis musik. Vaporwave memainkan bawah sadar, menampilkan estetika serta visual false nostalgia yang seolah memantik ingatan tengah berdiri di lorong perbelanjaan Walmart, memasuki adegan menaiki lift perkantoran era 90’an, hingga mengoperasikan komputer tabung dengan sistem operasi Windows 98.
Mereka datang dan menginvasi secara mengejutkan lalu sirna secara misterius, tetapi mereka yang tercecer masih mempertahankan budaya ini, dengan menggunakan premis false nostalgic untuk membangun kontur musiknya. Magma Automata, proyek vaporwave asal Kroasia yang baru berdiri tahun ini meluncur dengan sensasi premis yang demikian. Album debutnya, “Impalpable” merupakan tumpukkan vaporwave yang tidak dirancang sebagai seni keanehan menyeluruh yang hanya akan terabaikan dan terkubur, tetapi datang dengan motif yang lebih relaksasional dan menggali ceruk kedekatan emosional yang lebih mendalam.
Teknik kolase atau menambahkan lapisan musik bersifat kegelisahan dan terhipnotis oleh glitch dan sampling acak membingungkan tidak ditemukan di sini, Magma Automata melelehkan elemen synth pada suhu tertentu menjadi kilauan cahaya hangat dan tersusun dari melodi-melodi musim panas minimalis yang menghanyutkan. Album ini seperti membawa pada peristiwa berkendara dalam jalur highway Arizona berpasir yang diikuti oleh pemandangan sunset dan si pengendara hanya membatasi jarum speedometer tidak menembus batas 40 Km/Jam.
Semua lagu datang dalam tempo yang lebih santai, konstan, dan ada banyak ruang yang begitu luas terus menghampiri seiring dengan perjalanan. Suara drum pun sangat dirampingkan dari segi pola, gema kick drum disko yang relatif berdetak pada angka BPM konstan dan sedikit melemparkan hembusan angin berdebu pada gaya reverb kering-nya. Lapisan struktur musik memang terlihat seperti sebuah bentangan jalan raya luas yang tidak terlalu banyak dibumbui hambatan dan objek, dan bukan seperti sebuah labirin atau persimpangan yang menyediakan banyak kelokan dan kejutan.
Mungkin ini seperti bentuk perpanjangan dari elemen synthwave yang tidak disetel pada mode malam hari, dan masuknya synth dapat berupa kedipan, pola berbintik, atau menjuntai dengan efek sustain yang menempel pada melodi. Tentu, perjalanan tanpa liku seperti ini bisa jadi beresiko menimbulkan larut dalam kantuk, tetapi ini juga membawa perasaan ketenangan yang membasuh jiwa dan bukan sebuah kumpulan musik bawah tanah yang menimbulkan insomnia atau kegelisahan.
Rating : 7 / 10
Lagu yang direkomendasikan : (っ◔◡◔)っ ♥ consonance ♥, •..••´¯`•.¸¸.•
Ⓛε€𝓡 •.¸¸.•´´¯
••..•, braggadocio, v҉a҉p҉i҉d҉ ҉s҉h҉r҉o҉u҉d҉, ░o░l░d░e░ ░c░h░a░l░l░a░h░
Baca Juga : Astronoid – Radiant Bloom – Review