Inilah Musik Yang Menggemaskan Sekaligus Mengerikan
Suatu genre musik bisa lahir dari berbagai kondisi dan tidak ada rumus pasti yang mengikatnya. Genre musik seperti blues, gospel, hip-hop, dan jazz misalnya yang lahir dan berkembang berkati keadaan sosial-politik mengenai lika-liku kehidupan masyarakat kulit hitam. Kelahiran musik techno di Detroit tercipta dari hubungan antara fantasi kehidupan futuristik yang terjegal oleh realitas di sekitaran perkotaan industrial Detroit yang terbengkalai.
Bahkan suatu genre musik bisa lahir dalam skala dan situasi mikro, ketika seorang musisi hanya melakukan eksperimen-eksperimen suara di dalam kamar, basement, maupun studio miliknya, dan hal itu terjadi pada genre seperti ambient, tape music, dan sound collage yang lahir tidak terpengaruh oleh ketegangan situasi politik, sosial, dan sejarah makro dunia.
Fungsionalitas genre dalam musik adalah upaya mengkonkretkan suatu atau beberapa kualitas elemen secara bersamaan yang dapat dipercaya sebagai acuan untuk memberikan batas pembeda antara entitas yang akan dimasukkan ke dalam satu konsep genre dengan entitas lainnya.
Misalnya entitas musik yang memiliki elemen kualitas gitar berdistorsi keras, tempo yang cepat, dan vokal yang melengking akan dimasukkan ke dalam konsep genre rock, sementara entitas musik yang mana bunyi dan iramanya dihasilkan dari instrumen elektronik non-konvensional (seperti synth, sampler pad, drum mesin) akan dimasukkan ke dalam konsep genre elektronik.
Konkret di sini tidak hanya sebatas pada apa yang bisa dilihat dan memiliki wujud fisik kematerialan yang solid, tetapi penggunaan kata konkret di sini pergi pada pengertiaan yang jauh lebih mendasar, yaitu mengenai suatu kualitas elemen yang dapat dirasakan pengalamannya secara langsung oleh indera, dalam kasus ini kualitas elemen musik di atas semuanya bisa langsung dirasakan oleh indra pendengaran.
Bahkan beberapa konsep genre, kini sudah mencapai tahap kebenaran bersifat apriori atau kebenaran yang dapat diterima secara general seperti halnya proposisi 2+2 = 4, atau bilangan bulat apapun bila dikalikan 2 menghasilkan angka genap. Misalnya musik-musik tradisional yang lahir dari tradisi dan diboncengi latar belakang kebudayaan suatu wilayah pasti diklasifikasikan ke dalam konsep genre folk.
Permasalahannya pada konsep kelahiran genre ini tidak adanya kontrol yang menyeluruh, sehingga dengan kata lain siapapun dapat dan bisa menciptakan terminologi-terminologi dan aturan genrenya sendiri. Akibatnya fungsionalitas awal genre yang berupaya menciptakan batasan dan spesifikasi yang mengacu pada konsep konkrit, kini mulai bergeser pada sesuatu yang sifatnya abstrak dan justru menjauh dan terpisah dari konsep konkrit yang tidak bisa terdeteksi langsung oleh indera.
Ini belum termasuk dengan hadirnya konsep postmodernisme dalam genre musik, ketika subgenre yang lahir justru berupaya untuk melemahkan kualitas sifat genre induknya dan mensubstitusikan suatu elemen yang diambil dari kualitas eksternal, seperti halnya genre post-rock, deconstructed club, dan masih banyak lagi.
Gelombang Elektromagnetik Pembawa Perubahan
Denpa lahir dari konsep genre yang bersifat abstrak, dimana sampai detik ini selalu muncul perdebatan mengenai apa saja kualitas elemen utama sehingga suatu entitas musik dapat terspesifikasi ke dalam konsep genre denpa. Bahkan tidak jarang perdebatan mengarah pada pertanyaan yang lebih bersifat eksistensial, seperti apakah denpa itu sendiri adalah sebuah genre musik?
Pertanyaan ini mungkin akan dijawab nanti, sekarang asumsikan dulu bahwa denpa adalah suatu konsep genre musik, agar lebih mudah melacak darimana asal-usul dan sejarahnya. Sejatinya, “denpa” adalah kosa kata mapan yang sudah dibakukan ke dalam kamus bahasa Jepang. Kata “denpa” sendiri memiliki arti sebagai gelombang radio, atau bisa dikatakan sebagai gelombang radiasi yang dihasilkan dari ragam perangkat elektronik.
Setelah mengalami periode akan terisolasi dengan kebudayaan barat selama ratusan tahun, Jepang mulai “mengejar ketertinggalannya”. Selama Jepang dalam periode Showa, hanya merekalah yang mampu menyaingi bahkan terkadang mengungguli Amerika dalam bidang inovasi teknologi. Konsumsi peralatan elektronik rumah tangga meroket di Jepang pada masa itu.
Namun beberapa warga Jepang mengeluhkan radiasi gelombang elektronik yang dihasilkan melalui ketergantungan mereka terhadap pemakaian alat rumah tangga elektronik berpengaruh, dimana mereka seperti menerima suara, pikiran, instruksi, dan gangguan dari seseorang melalui gelombang radio di kepala mereka. Dari sinilah kemudian muncul istilah turunan yang dikenal dengan sebutan “denpa-kei”.
Berbeda dengan “denpa”, istilah “denpa-kei” adalah bahasa slang yang memiliki arti ketika seseorang mengeluh bahwa mereka secara intens dan tidak terkendali mendapat suara, bisikan, instruksi, dan pikiran yang bersifat menginterupsi secara terus-menerus di dalam pikiran mereka.
Mungkin gejalanya mirip dengan beberapa derajat tertentu (tidak menyeluruh) kondisi schizophrenia dan paranoid (ketakutan secara berlebihan), tetapi karena pada saat itu studi psikologi belum secanggih di era sekarang, orang mengira bahwa kondisi tersebut terjadi dikarenakan tubuh yang dirasuki oleh roh hewan gaib, leluhur, dan hal-hal mistis lainnya.
Mulai memasuki peradaban yang lebih modern, orang-orang memiliki teori konspirasinya sendiri bahwa kondisi “denpa-kei” terjadi karena lingkaran elit tertentu sedang memantau pergerakan setiap manusia. Para elit itu menggunakan jaringan internet dan komputasi chip yang ditanam pada setiap perangkat elektronik rumah tangga yang digunakan untuk memantau bahkan mengendalikan orang-orang.
Insiden Pembunuhan Fukagawa 1981 & Stigma Denpa
Sejatinya ada 2 lagi turunan kata dari denpa, yakni denpa-san dan dokudenpa. Denpa-san merujuk pada seseorang yang terpapar radio gelombang tersebut, sehingga mereka harus terputus dan terasingkan dari kehidupan sosial sekitar, karena mereka menunjukan perilaku anomali, akibat terpengaruh denpa atau gelombang radio. Sedangkan dokudenpa merujuk lebih spesifik pada gelombang radio yang memiliki kemampuan untuk “mencuci otak” dan “mengendalikan pikiran”.
Istilah denpa-kei belum dikenal dan digunakan secara masif, hingga sampai pada insiden yang terjadi di jalan Fukagawa pada tahun 1981. Insider tersebut melibatkan seorang pria berusia 29 tahun yang membunuh 1 ibu rumah tangga beserta 2 anak balita, 1 orang wanita, dan melukai 2 orang lainnya. Total pria itu telah menusuk 6 orang dan menewaskan 4 diantaranya.
Pada saat diperiksa dengan tes urine dan darah, pihak penegak hukum menemukan bahwa pria ini kecanduan obat dan zat stimulan. Ketika ditanya mengenai motif keji di balik pembunuhannya, pria itu mengaku bahwa dia dipengaruhi oleh suara-suara, halusinasi, dan bayang-bayang kegagalannya ketika secara terus-menerus ditolak pada saat melamar pekerjaan di kedai-kedai sushi, sebelum melakukan tindakan nekat tersebut.
Pengadilan mengutus 2 ahli psikiater untuk memeriksa keadaan mental dan psikologis sang terdakwa. Mereka kemudian menemukan bahwa sebenarnya pada saat kejadian, terdakwa mengalami halusinasi dan kurangnya kesadaran untuk menimbang baik dan buruk suatu perbuatan.
Para ahli juga menemukan bahwa kondisi itu disebabkan keadaan psikogenik berdasarkan kepribadian yang tidak normal dan diperparah oleh pengaruh penggunaan obat perangsang. Namun para ahli psikiater tersebut menyatakan bahwa terdakwa tidak mengalami skizofrenia, karena tidak ditemukan terjadinya perubahan kepribadian.
Bahkan terdakwa dapat mengingat setiap kejadian secara akurat, dan di sela-sela kejadian dia menyadari bahwa sebuah dalil hukum mengenai pembunuhan: “apabila membunuh 5 orang, dia akan secara langsung dijatuhi hukuman mati” dan kemudian dia pun memiliki kesadaran merasa bersalah yang sangat mendalam atas tragedi pembunuhan yang diperbuatnya.
Ketika hakim membacakan putusan akhir bahwa terdakwa terpengaruh halusinasi pada saat insiden, seorang hadirin sontak berteriak: “Saya dapat mendengarnya, itu Gelombang Radio! (Denpa dalam bahasa jepang)” dan kemudian hadirin itu diusir dari ruang pengadilan. Akhirnya hakim pun memberikan putusan hukuman seumur hidup pada terdakwa dan mulai saat itu istilah “denpa” beserta “denpa-kei” sering masuk pada ranah percakapan publik.
Meski begitu istilah denpa maupun denpa-kei tidak pernah menjadi istilah yang resmi untuk digunakan dalam kalangan medis atau sebagai terminologi kesimpulan dokter dalam mendiagnosa seorang pasien.
Masa-masa Transisi Denpa Menuju Dunia Musik
Beberapa tahun selang kejadian pembantaian di Fukagawa, salah satu band hard rock / heavy metal asal Tokyo, Kinniku Shoujo Tai mulai mereferensikan insiden maupun lirik-lirik fiksi yang menceritakan seseorang yang mengalami halusinasi akibat terpengaruh oleh gelombang radio, dengan kata lain mereka memasukan konsep daripada denpa dan denpa-kei ke dalam lagu-lagu mereka.
Misalnya pada lagu berjudul “踊るダメ人間”, lagu tersebut bercerita seseorang yang menceritakan isi hatinya yang dihuni oleh seorang pria bertopeng dan memiliki pemikiran bahwa di dunia ini dihuni oleh banyak manusia yang tidak berguna yang ingin dia ledakan. Kira-kira begini penggalan isi bunyi liriknya
In my heart there’ always a masked man
shouting to me from the top of the lighthouse,
“Don’t be arrogant, i’ll tell you what’s on my mind,”
this world is overrun with useless people, one hit of might!
I want to make it explode! 3,2,1,0!
Pada karya lainnya, “妄想の男” secara hanafiah, Kinniku Shoujo Tai mereferensikan fenomena dokudenpa atau gelombang radio beracun yang mampu mempengaruhi dan membuat halusinasi pikiran seseorang yang diwakili oleh bait lirik:
You make a fool of me, but you don’t love me?
You Contradict yourself.
So i’ll send you poisonous radio waves, just wait for me,
if you pay the taxi fare,
“It’s a delusion” Oh,”
“It’s a delusion” Oh,”
“It’s a delusion” Oh,”
Dalam lagu-lagu tertentu, Kinniku Shoujo Tai atau beberapa artist di masa depan yang nantinya diklasifikasikan ke dalam denpa, seringkali menggunakan lirik-lirik yang mengulangi sebuah frasa dan kalimat dengan jumlah yang banyak dan begitu intens, tujuan simboliknya seperti menyerupai cara kerja dari gelombang radio itu sendiri, yang seringkali mengeluarkan frekuensi gelombang dengan repetisi berjumlah besar, sehingga memberikan pengaruh yang bersifat menghipnotis atau pemutusan kesadaran sekitar yang dengan paksa dihubungkan pada repetisi gelombang tersebut.
Denpa dan apapun kosa kata turunanya ini bila diturunkan ke dalam konsep lirik, memang akan terdengar tidak masuk akal, absurd, di luar batas kewajaran, dan tidak jarang malah terdengar menyeramkan. Misalnya salah satu representasi lirik yang paling mengerikan, kembali dibawa oleh Kinniku Shujo Tai pada salah satu lagunya, “HAPPY ICE CREAM” yang menceritakan seorang pria yang melihat semua wanita yang tewas dibunuhnya kembali hidup dan secara terus menerus mengejarnya. Kira-kira begini isi penggalan liriknya
I just finished burying them
Nozomi! “Hey!”
Kanae! “Oh?”
Tamae! “What?”
Momoko! “Yes!”
The dead girls are on the loose
I’m gonna get you! “Catch me if you can!”
I’m gonna get you! “Catch me if you can!”
Tidak dijelaskan secara rinci apakah episode pengejaran itu terjadi dalam pikirannya, atau benar-benar secara literal, namun yang jelas “HAPPY ICE CREAM” merupakan salah satu lagu populer dari Kinniku Shojo Tai yang sekaligus mengekspos sisi penulisan lirik mereka yang menyeramkan, absurd, delusional, dan sangat mengganggu pikiran.
Dengan Kinniku Shojo Tai membawakan tema-tema mengenai gelombang radio pada karya-karya mereka, menjadi jembatan awal daripada terminologi denpa untuk masuk pada ranah musik, sehingga kemudian memunculkan istilah baru bernama “denpa-song”. Beberapa kemampuan radio gelombang, seperti mengeluarkan sinyal frekuensi dalam jumlah banyak, suara yang melengking, ketahanan durasi, hingga mengeluarkan kemampuan untuk mengendalikan dan mengambil alih pikiran seseorang diterjemahkan ke dalam beberapa kualitas elemen musik yang dipertimbangkan akan menghasilkan hubungan stimulus-respon yang serupa.
Lahirnya Denpa-Song
Kualitas elemen yang dipilih adalah menampilkan vokal dengan pitch yang lebih tinggi (karena itu 97% musik denpa diisi vokal wanita) namun dinyanyikan secara off-beat dan disonan terhadap keselarasan instrumen maupun ketukan, tempo yang cepat, memadukan banyak jenis musik (rock, electronic, pop, jazz, dan lainnya), serta pemilihan lirik-lirik yang absurd dan sulit dimengerti. Dengan memberdayakan kualitas elemen musikal yang disebutkan di atas, denpa song seperti ingin dijadikan radio gelombang sintetis yang dapat melekat dan memberikan pengaruh pada sisi pikiran dan kondisi mental seseorang.
Terdengar seperti program cuci otak berencana yang diselundupkan melalui musik, tetapi sebenarnya denpa-song hanya mencoba memparodikan fenomena denpa-kei dan bahkan fenomena tersebut dijadikan lelucon dan “meme” oleh antusias musik itu sendiri. Bahwa pada saat mendengar lagu ini mereka mengaku jadi begitu obsesif dan tergila-gila akan musik tersebut, sehingga pihak luar yang tidak memahami konteksnya akan menganggap bahwa mereka telah kehilangan akal sehatnya secara nyata. Tetapi secara aslinya itu tidak benar-benar memberikan gangguan yang signifikan terhadap kualitas kehidupan mereka dan terjadinya perubahan paradigma dalam kesadaran dan interaksi sosial.
23 Maret 2001, sebuah video game bergenre romantis erotis berjudul “Ren’ai CHU! -Her Secret is a Boy?-” dirilis, dan tema lagu utama game tersebut yang berjudul “Ren’ai CHU!” menjadi tanda awal kelahiran genre moe song dalam musik. Lagu tersebut dibawakan oleh seorang penyanyi bernama KOTOKO yang nantinya bergabung dengan unit atau grup musik bernama I’VE Sound. Istilah moe sejatinya sudah cukup lama digunakan dalam kultur anime dan manga, jauh sebelum video game ini dirilis.
Namun istilah moe dalam musik saat itu belum familiar, hingga pada tahun 2002 ketika sebuah grup bernama UNDER17 yang terdiri dari Haruko Momoi (vokal), dana Masaya Koike (gitar) dibentuk, istilah moe baru mulai familiar dan populer. UNDER17 secara langsung mereferensikan istilah tersebut dengan berkata : “Let’s master moe songs!”. Sementara cetak biru dari denpa-song sudah dibuat sejak era Kinniku Shoujo Tai lahir, istilah itu justru baru digunakan bersamaan dengan rilisnya lagu “Miko Miko Nurse – Theme of Love” pada 23 Mei 2003.
Lantas apakah ke-2 hubungan antara moe song dengan denpa song? Keduanya seringkali diasosiasikan sebagai entitas yang sama, karena kebanyakan orang menilai berdasarkan kemiripan daripada kualitas elemen musik utama dari ke-2 entitas tersebut. Apalagi dengan kemunculan seperti lagu “Miko Miko Nurse – Theme of Love”, dan “Sakuranbo Kiss ~Bakuhatsu da mon~n~”, ke-2 lagu tersebut selalu direferensikan dengan istilah denpa-song, moe song dan terminologi lainnya yang sejenis. Grup yang disebutkan sebelumnya seperti UNDER17, dan I’VE Sound” justru dikategorikan sebagai denpa song, kendati mereka yang justru mempopulerkan istilah moe song.
Garis Perbedaan Denpa-Song & Moe Song
Sejatinya ada perbedaan di antara moe song maupun denpa song namun perbedaan tersebut tidak bisa diselesaikan secara perbedaan kualitas elemen musikal, tetapi perbedaan mampu dideteksi melalui lirik dan motif masing-masing dibalik terciptanya ke-2 entitas tersebut.
Membahas mengenai konsep moe tidak akan bisa terlepas dari pembahasan konsep mengenai ootaku, maka dari itu perlu sedikit penjelasan hubungan di antara ke-2 nya, sebelum akhirnya pergi pada perbedaan moe song dengan denpa song.
Definisi secara umum, moe merupakan bahasa slang untuk luapan ekspresi emosional seseorang untuk menyatakan ketertarikan pada suatu karakter fiksi yang berada dalam serial animasi, komik manga, atau bahkan video game.
Seseorang mengekspresikan ketertarikan emosionalnya, karena di mata si pengagum, karakter yang dikaguminya memiliki beberapa kualitas yang berhasil mengundang perhatian dirinya, seperti visual yang lucu dengan suara imut, memiliki sifat yang baik dan lugu, serta berkepribadian periang dan menyenangkan.
Derajatnya lebih dari sekedar ungkapan suka, akan tetapi juga tidak selalu terhubung oleh luapan ekspresi cinta dengan ikatan monogami & erotisme. Moe tidak berfokus untuk mendefinisikan interaksi atau hubungan yang terbangun, melainkan lebih fokus untuk mendeskripsikan sifat-sifat dan elemen apa yang melekat pada suatu subjek karakter & sebagai pemantik awal akan seseorang mengekspresikan tingkat kesukaan yang lebih tinggi terhadap suatu karakter tersebut.
Karakter-karakter fiksi yang diberi labelisasi moe memiliki batasan keseragaman wujud fisik, sifat, dan kepribadian yang identik dengan tokoh fiksi wanita dengan wajah yang lucu, memiliki suara yang imut, dan kualitas-kualitas sifat lain yang sudah dijelaskan di atas.
Untuk itulah dibutuhkan konsep dari ootaku demi menjelaskan predikat hubungan atau interaksi apa yang terjadi dengan seorang pengagum dengan karakter dan tokoh yang dikaguminya. Sama halnya dengan moe, kata ootaku juga sering banyak ditemukan dan digunakan dalam kultur manga dan anime di Jepang.
Hubungan Trikotomi Ootaku, Moe, & Denpa-Song
Terminologi “ootaku” memiliki sejarah yang panjang, mulai digunakan sebagai kata ganti orang ke-2 untuk ekspresi bahasa kesopanan (atau mungkin kecanggungan) antara sesama anggota pecinta komunitas anime dan manga, karena tidak terlalu mengakrabkan dirinya satu sama lain, kemudian sempat terjadi pergeseran makna akibat ulah dari kolumnis Akio Nakamori dengan tulisan terkenalnya, yang menggunakan kata ootaku untuk mengolok-ngolok sifat kekanak-kanakan dan penampilan fisik yang membosankan dan tidak sedap dipandang dari para pecinta dan antusias anime dan manga,.
Kata ootaku” bahkan sempat mendapat stigma negatif dari masyarakat, dikarenakan pada tahun 1989 ketika seorang pemuda bernama Tsutomu Miyazaki ditangkap atas pembunuhan berantai terhadap beberapa gadis. Pihak penegak hukum menemukan bahwa Miyazaki mengoleksi begitu banyak film dan anime yang bertemakan pornografi, pembunuhan, dan horror. Padahal oleh warga sekitar, Miyazaki dianggap sebagai “orang buangan sosial” karena dia terlahir dengan tangan yang cacat dan menjadi penyebab ia dikucilkan oleh teman-temannya. Dari sana, para antusias dan penggiat industri anime maupun komik berusaha memperjuangkan kembali kata ootaku agar kembali dipandang secara positif dan digunakan secara produktif.
Ada begitu banyak sejarah dan definisi yang berbeda mengenai ootaku di luaran sana yang bisa dikaji lebih lanjut, tapi yang jelas salah satu definisi yang paling mapan untuk mengartikan kata ootaku adalah, seseorang yang dinilai memiliki minat yang begitu tinggi dan obsesif untuk menekuni dan menyukai hal-hal tertentu. Awalnya, subjek maupun objek yang diminati lebih berfokus pada unsur-unsur yang berbau dengan anime dan manga, akan tetapi segera melebar pada unsur-unsur lainnya, bahkan terhadap suatu benda, hewan, tanaman, dan lainnya. Seseorang bisa saja merasakan obsesif atau ke-otakuan terhadap kamera, gajah, atau bunga mawar. Mereka akan melakukan berbagai cara sebagai bukti kesungguhan mereka dalam menekuni dan mencintai sesuatu.
Ketertarikan dan keterkaitan seseorang dengan konsep moe, bisa berpeluang membawa mereka pada konsep ootaku. Misalnya, seseorang mengekspresikan kesukaan emosionalnya terhadap karakter anime x, karena visual yang lucu, imut, dan wataknya yang periang dan menarik perhatiannya, ia sedang berada dalam konsep moe. Orang tersebut kemudian menonton seluruh episode anime, dimana karakter tersebut selalu dimunculkan, membeli segala merchandise dan action figure, serta mulai memasang poster dan gambar karakter yang dikaguminya, ia masuk dalam konsep ootaku.
Sama halnya dengan moe song, apabila dalam seni visual seperti anime dan manga seseorang membangun ketertarikan terhadap sang idola melalui tingkah laku dan penggambaran wujud karikatur fisiknya, dalam lagu itu bisa terbangun dari suara, lirik yang menggambarkan tokoh tertentu, atau bahkan sampul album yang menggambarkan suatu tokoh tertentu secara visual, tampak seolah-olah tokoh tersebutlah yang sedang bernyanyi dan membawakan lagu-lagu tersebut. Pada akhirnya dalam moe song, harus ada semacam idol dan penokohan yang ditonjolkan sebagai objek agar dapat menampung ekspresi moe atau sifat ke-ootaku an dari pendengar nantinya. Akibatnya, lagu yang didengar hanya menjadi perantara agar pendengar merasa dekat dan intim dengan sosok idolanya.
Sedangkan dalam denpa song tidak ada konsep moe dan pemujaan penokohan seperti itu. Baik moe song maupun denpa song memang dapat membangun sifat yang candu, tetapi sifat candu yang dihasilkan oleh denpa song tidak berasal dari konsep moe dan pemujaan idola. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsep denpa song berangkat dari absurditas, fantasi liar mengerikan, dan lagu-lagu yang secara “parodi” dianggap dipercaya memiliki kemampuan menghipnotis. Akibatnya, orang-orang yang mengalami kecanduan atau menjadi memiliki sifat obsesif dan ke-otakuan terhadap denpa song, bukan karena adanya konsep karakter dan idol yang melatarbelakanginya, tetapi karena mereka memang menyukai keabsurdan dan keanehan yang diciptakan denpa song.
Menggemaskan Sekaligus Mengerikan
Dari sini terjadi pemisahan kubu antara denpa song tulen yang memegang konsep denpa dan denpa-kei awal, sebagai sebutan true denpa. Lalu kemudian ada lagu-lagu denpa yang justru melebur dengan konsep-konsep penciptaan karakter, dan idol yang memiliki unsur moe, sehingga munculah istilah moe denpa. Artist atau musisi yang dilabeli sebagai moe denpa ini yang justru mendominasi dan dipandang seolah-olah merekalah yang mendefinisikan denpa sesungguhnya pada era sekarang. I’VE Sound & Under17 adalah diantaranya, termasuk artist seperti Nanahira, MOSAIC.WAV, Momobako, Choco, Patra Suou, Pinky Pop Hepburn, 33.Turbo, Toromi, dan Poyachio.
Sementara tidak banyak artist atau musisi modern yang dapat diklasifikasikan ke dalam true denpa. Beberapa dari mereka melepas musiknya hanya tersedia eksklusif dalam acara-acara off air doujin. Bahkan artist-artist yang dikategorikan sebagai true denpa mayoritas tidak lagi aktif saat ini dan tidak memiliki nama sebesar artist-artist moe denpa. Kebanyakan artist true denpa seperti Panda-San Youchien, Nekonabe, NON-KILL, Dimitri From Paris tidak aktif merilis karya. Mungkin hanya Emamouse artist modern yang bisa dikategorikan sebagai true denpa di era sekarang, karena dia menulis pendekatan lirik yang mirip dengan sifat denpa song awal. Tetapi Emamouse sendiri juga banyak berkecimpung dalam berbagai wilayah musik elektronik berbeda, membuatnya menjadi sulit didefinisikan secara taksonomi genre.
Perbedaan mencolok antara true denpa dengan moe denpa terlihat pada lirik. True denpa masih berkutat dalam ranah penulisan lirik yang bersifat delusional, halusinasi yang absurd dan mengganggu. Misalnya pada salah satu lagu berjudul “Panda Kindergarten”, Panda-San Youchien berceloteh secara absurd mengisahkan seorang panda, dengan penggalan lirik demikian:
But pandas attack humans, right?
No, seriously, seriously, people will die,
and pandas will attack humans, right?
They’re still bears .
Lalu lagu NON-KILL yang bercerita seseorang dihantui oleh halusinasi perasaan ingin membunuh, meski dia bersikeras menolaknya, dengan penggalan lirik sebagai berikut:
I don’t like dismemberment murders.
I don’t like dismemberment murders either.
I don’t like dismemberment murders either.
I don’t like dismemberment murders either.
I killed him.
I buried him.
I buried him.
I threw him away.
Lagu “Neko Mimi Mode” yang dipopulerkan oleh Demitri from Paris hanya mengulang-ngulang frasa yang sama dari awal hingga akhir lagu, menciptakan semacam efek yang menghipnotis. Namun dalam moe denpa tema lirik berubah total justru menjadi sesuatu yang bersifat konstruktif, penyembuhan, cinta, dan tema-tema mengenai dongeng-dongeng fairy tale. Misalnya lagu “ピュアピュアピュアリー!ラブアンドファイト” yang dibawakan hasil dari kolaborasi Momobako dan Miko mengisahkan tentang seorang tokoh yang membasmi kejahatan dan mengembalikan kedamaian dunia. Berikut isi penggalan lirik dari lagu tersebut:
I won’t give up, so let’s hold hands and let the power of the force explode
I’ll blow you away with a miraculous blow
Don’t hesitate, stand tall and defeat the darkness in your heart
Let’s make the world happy with the power of love
Contoh lainya pada lagu “Theme of Love” yang dipopulerkan Miko Nurse, lagu tersebut justru berupaya untuk membangun percakapan dan keintiman antara penampil dengan pendengar, sehingga kembali ini dapat menimbulkan konsep moe dan ootaku yang dijelaskan di awal. Kira-kira begini isi liriknya:
“Prescription for love
I love you,
I want to tell you right now
I want to invite you, confess to you, hold you tight and kiss you
I’ll give you my whole heart and body”
Para Serdadu Imut
Kontes chart denpa song berbasis online sempat diadakan oleh para pecinta musik ini melalui sebuah situs berbahasa Jepang bernama http://wsong.net/. Dalam situs tersebut para voters dapat memasukan dan memilih lagu-lagu favorit yang terbagi dalam kategori true denpa dengan moe denpa. Situs tersebut mulai beroperasi dari tahun 2003 hingga tahun 2010.
Hampir sebagian besar musisi denpa lahir dan besar dari doujin atau istilah untuk sebuah komunitas yang menunjukan kesamaan hobi terhadap kultur anime, manga, dan berbagai produk turunannya seperti video game, gambar, dan tentunya musik. Para musisi denpa seringkali menghadiri berbagai event doujin seperti Comiket, M3, dan Reitaisai. Beberapa musisi tampil dalam format solo seperti Nanahira, Haruko Momoi (pasca bubar UNDER-17), Nomico, Toromi, dan ada yang membentuk sebuah grup unit dan sirkelnya sendiri seperti I’VE Sound, IOSYS, Fripside Nao Project, Tennen Gemini, Odenpa Studio, Shaking Pink, dan Ultra-Prism.
Selain lahir dan tumbuh dari lingkungan doujin, denpa-song sangat memiliki keterkaitan erat dengan kultur video game dan anime. Grup unit IOSYS sering berkolaborasi dengan Zun, seorang developer independent untuk franchise game Touhou project series. Touhou Project sendiri adalah series video game bergenre bullet hell shoot em up yang dikembangkan oleh Zun yang lahir dan besar di sirkel doujin.
IOSYS telah banyak mengisi soundtrack untuk berbagai judul game touhou series seperti Embodiment of Scarlet Devil, Perfect Cherry Blossom, Imperishable Night, Double Dealing Character, dan masih banyak lagi. Selain itu para musisi denpa sering mengisi soundtrack untuk permainan ber-genre rhythm game seperti Beatmania series. Musisi seperti Poyachio, Nanahira, Camelia, dan IOSYS pernah mengisi soundtrack game tersebut.
Dalam kultur anime, banyak musisi yang terlibat menyumbang lagunya untuk dijadikan soundtrack pendamping, atau bahkan menjadi lagu tema utama dan pembukaan maupun penutupan pada sebuah anime. UNDER17 pernah mengisi lagu dan soundtrack untuk anime Popotan, Kujibiki Unbalance, Genshiken series, dan Milkyway. MOSAIC.WAV pernah mengisi soundtrack dan lagu untuk beberapa anime seperti “Mamotte! Lollipop”, “Gakkougurashi!”, “Sumomomo Momomo: Chijou Saikyou no Yome”, dan Yuri Seijin Naoko-san. Seorang solois denpa, bernama Marina Ohno sempat merangkap menjadi seiyuu (pengisi suara karakter) untuk beberapa judul anime dan video game.
Maraknya tren virtual youtuber di kalangan pecinta anime dan video game, memberikan peluang baru bagi beberapa solois denpa untuk mencoba mengadaptasikan kultur baru ini untuk semakin menghidupkan karakter mereka. Rissyuu, Chocko, Nanahira, dan Patra Suou memanfaatkan teknologi ini semaksimal mungkin. Bahkan ada kisah menarik dari Patra Suou. Ibunya baru mengetahui aktifitas anaknya sebagai seorang vtuber, ketika sang ibu menyewa jasa detektif swasta untuk melacak perilaku anaknya tersebut. Kendati aktivitasnya semakin disibukkan dengan jadwal stream, para musisi denpa tetap menulis, membuat, hingga memproduksi musiknya secara mandiri.
Lingkaran Ouroboros Tiada Akhir
Lalu kembali pada pertanyaan awal, apakah denpa atau denpa song sebuah genre musik? Jika konsep genre yang dimaksud mengacu pada fungsionalitas awal sebagai upaya mengkonkretkan suatu atau beberapa kualitas elemen yang dapat dipercaya sebagai acuan untuk memberikan batas pembeda antara entitas yang akan dimasukkan ke dalam satu konsep genre dengan entitas lainnya, konsep denpa song bukanlah sebuah genre musik.
Mengapa demikian? Jika orang seringkali menganggap bahwa denpa selalu memiliki musik yang bertempo cepat (baik secara ritme maupun melodi), penempatan vokal yang tidak selaras, dan sangat eklektik dalam meramu berbagai jenis musik elektronik, hal tersebut memang dapat ditemukan pada beberapa lagu dan artist denpa. Akan tetapi sifat-sifat tersebut tidak dapat ditemukan dalam setiap artist yang dikategorikan ke dalam denpa-song, sehingga ciri-ciri itu tidak bisa diterima sebagai prinsip umum.
Buktinya, jika mendengar lagu atau karya-karya dari Fripside Nao Project, UNDER17, I’VE Sound, MOSAIC.WAV mereka memiliki begitu banyak lagu bertempo sedang, sentuhan vokal yang normal menyentuh j-pop komersial, dan tidak menggunakan begitu banyak percampuran elemen elektronik. Sebaliknya, mereka mengambil pendekatan yang konvensional dengan memadukan elemen synth-pop dan arena rock era 80’an alih-alih menjadi begitu edm-sentris secara instrumentasi.
Rasanya sulit untuk menemukan kesimpulan final mengenai apa itu denpa song, tetapi yang jelas itu tidak digunakan secara konkret untuk membedakan lagu-lagu berdasarkan karakteristik musik. Kehadiran istlihan denpa song justru seperti mendefinisikan dari cara kerja gelombang radio beracun itu sendiri, ketika mereka yang terpapar merasakan, mendengar, dan berhalusinasi mengenai adanya suara-suara dan bunyi-bunyi misterius, namun hanya mereka sendiri yang dapat merasakan pengalamannya. Begitu pula dengan konsep denpa song, ketika seseorang mempercayai bahwa itu adalah sebuah jenis musik yang berbeda dan unik, namun kehadiran denpa song gagal terdefinisikan secara konkret.
Baca Juga : Inilah Jenis Musik Tercepat Di Dunia!