2020AbstrakSlushwave

Gateway ゲートウェイ- Eskapisme Di Tepi Pantai

“Gateway ゲートウェイ memimpin kekuatan artistiknya untuk membuat daya visual di tepi pantai yang begitu hangat oleh semeliwiran angin tropis dengan sifatnya yang lebih penurut dan mudah dibawa santai.”

“Ecco The Dolphin”, permainan yang diluncurkan akhir tahun 1992 oleh Sega ini, menggunakan lumba-lumba sebagai karakter utama. Pada beberapa level awal, semuanya tampak normal, tetapi secara tiba-tiba plot berputar 180 derajat ketika nalar absurd mempengaruhi jalan cerita yang terselip referensi karya H.P Lovecraftian. Ecco terkena teleportasi menuju planet vortex dan harus bertarung melawan ratu alien raksasa bertentakel mengerikan sebagai raja terakhir permainan. Dengan latar seolah terjadi pada masa post-apocalyptic manusia yang tidak terendus lagi keberadaanya, keabsurdan permainan ini tidak hanya berhenti sampai situ. 

Sekelompok orang mengunggah ke internet gambar Ecco yang tengah berenang dalam lautan yang tercemar kecacatan teknis (bug) yang mengakibatkan pixel gambar terpecah dan mengeluarkan bit warna tidak beraturan (glitch) perusak pandangan. Ini mungkin merupakan karya fan-made belaka, tetapi Chuck Pearson melalui kompilasinya “EccoJams” mempertegas trauma yang sepadan melalui sonik, ketika dirinya menggunting sampel dan menempelkan kembali secara acak yang disertai transisi glitch suram dan dingin, hanya untuk dijadikan upaya legalitas beberapa warga reddit bahwa inilah alasan mendasar mereka terjangkit thalassophobia, sebuah phobia terhadap lautan yang luas dan dalam. 

Gateway ゲートウェイ-Album

Tetapi jika tidak tahan dengan kengerian itu, anda dapat berenang menjauh menuju permukaan laut dan segera menepi di pantai, karena Gateway ゲートウェイ memimpin kekuatan artistiknya untuk membuat daya visual di tepi pantai yang begitu hangat oleh semeliwiran angin tropis dengan sifatnya yang lebih penurut dan mudah dibawa santai. Pada album “忘れられた思い出” mungkin agak sedikit keji bila menyebutnya sebagai penggambaran post-apocalyptic, lebih tepatnya ini semacam sebuah sarana eskapis, karena hanya anda seorang manusia yang tersisa di tengah pulau kecil ini, dimana tidak ada sedikitpun tarikan vokal yang diperkenankan masuk. 

Sampling-sampling suara yang telah dikaburkan dari esensi aslinya dan melodinya terpecah oleh gelombang manipulasi suara, mampu membuyarkan ingatan manis dalam benak untuk menyerap fokus perhatian yang hanya tertuju pada momen sekarang dalam merasakan suara deru ombak, sapuan air laut yang membasuh kaki, dan bentangan luas hamparan pasir. Daftar judul lagu dengan penulisan estetis bisa menjadi petunjuk cerah untuk melihat bahwa album ini datang dalam mengisahkan siklus kehidupan seharian penuh dimulai dari embun pagi yang bertebaran, hingga malam sejuk selepas matahari terbenam. Itu berpengaruh pada beberapa lagu terakhir yang memiliki cahaya lebih redup, tempo yang semakin sempoyongan dan merangkak perlahan, synth yang berkelip, serta melodi bernuansa mellow-romantis.  

Baca Juga : Apa Enaknya Musik Slushwave?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link