AbstrakShoegazeSlowcoreSlowgaze

Bare Wire Son – Kebenaran Suram Dengan Penuturan Yang Indah

Bare Wire Son” sebuah moniker yang berisikan seorang pemuda bernama Olin Skjolle – merupakan bentuk manifestasi ketika pengalaman traumatis dan suram bertemu dengan seni minimalis yang menciptakan suatu keindahan tersendiri.”

Setelah mencoba peruntungan dengan bergabung bersama beberapa band lokal Inggris, Olin Skjolle seorang pria kelahiran Kanada memutuskan untuk membuat bandnya sendiri dengan julukan Bare Wire Son. Skjolle menjadi lebih leluasa dalam memanifestasikan perasaan dan intuisi artistiknya tanpa harus memiliki rasa tanggung jawab bersama ketika mengelolanya. “Gently” memberikan pemaknaan depresif, melankolis, dan kesedihan yang tidak banyak melibatkan pesan verbal dari vokal. Sebagai alternatif, album ini condong memilih lagu bertempo pelan, penghayatan ambience indah dari sonik, pemanfaatan tekstur fuzzy gitar, efek looping, serta deruan suara bass berkarakter drony sebagai wadah pelampiasan dalam menumpahkan kesedihan mendalam.

Olin seolah menolak keberadaan cahaya yang mencoba menerobos masuk melalui aransemen musiknya. Tidak heran mengapa album ini memiliki soundscape yang sangat ketara dalam menimbulkan perasaan ketidakberdayaan melawan kesedihan. Situasi semakin ruwet, ketika perlahan namun pasti raungan gitar dengan noisy setebal dinding beton mulai mengambil alih latar musik. Slowgaze mungkin sebuah terminologi yang tidak terlalu disikapi secara serius, dimana orang lebih senang menyebut Bare Wire Son sebagai pengusung slowcore. Tetapi berkaca pada apa yang disajikan, terminologi slowgaze sangat mewakili keseluruhan fungsionalitas intrumen pada album. 

Pemanfaatan sektor vokal terkubur, pemilihan nada melankolis mendayu-dayu, dan efek clipping dari amplifier semuanya merujuk pada karakteristik awal shoegaze. Semakin larut dalam perasaan, Bare Wire Son tidak ingin kesedihan ini menguap begitu cepat, Ia lebih memilih menyusurinya secara perlahan dan menikmati setiap reka adegan menyakitkan yang terlintas secara siluet. Layaknya menyusuri sebuah lorong gelap, “Gently” menghadirkan akhir perjalanan dengan pengharapan untuk sebaiknya berbalik arah, karena apa yang menanti pada akhir bibir terowongan justru menimbulkan kerusakan bersifat lebih korosif dan nestapa yang semakin menjadi-jadi. 

Baca Juga : Parannoul : To See the Next Part of The Dream Review

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share via
Copy link