Apa Enaknya Musik Barber Beats?
Istilah Barber Beats awalnya dianggap sebagai bentuk lelucon di dalam kultur musik internet, seolah-olah menjadi sebuah bentuk sindiran yang mengarah terhadap kaum skinhead, atau upaya satir bahwa musik-musik ini hanya dapat dijumpai dalam barbershop. Namun istilah barber beats, semakin sering digunakan dan dibahas di beberapa thread sub-reddit, dan belakangan penggunaan istilah tersebut ternyata untuk mengkooptasi suatu pergerakan genre musik. Barber beats secara spesifik diakui sebagai turunan murni dari musik vaporwave, bahkan dianggap sebagai kandidat yang pantas untuk meneruskan masa depan dari vaporwave itu sendiri.
Sontak itu menimbulkan reaksi penolakan yang dilontarkan oleh para penggiat garis keras komunitas vaporwave. Beberapa dari mereka yang kerap kali lantang menyerukan “vaporwave telah mati, hidup selamanya vaporwave” meludahi pernyataan tersebut dan sama sekali tidak mengakui klaim tersebut. Respon negatif dari penggiat vaporwave tersebut mungkin menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah harus disikapi secara serius atau tidak. Seperti diketahui bahwa seni vaporwave memiliki nilai filosofis dan artistik inti yang beririsan dengan batas garis yang mencoba memparodikan kehidupan masyarakat di tengah globalisasi, budaya konsumerisme, dan sistem kapitalistik dengan gaya visual komedi berbalut ironisme dan satir.
Seringkali hal tersebut juga diekspresikan dalam budaya meme yang memparodikan keresahan sosial, atau hanya sekedar menertawakan dan mencela diri sendiri mengenai betapa absurd dan edgy nya mereka yang bisa-bisanya mendengarkan dan terperangkap menikmati musik vaporwave. Pernyataan : “Vaporwave telah mati, hidup selamanya vaporwave” sendiri sebenarnya sebuah bentuk lelucon yang merespon bahwa vaporwave pada masa sekarang sepertinya sudah tidak seksi lagi di mata media musik mainstream dan tidak banyak orang-orang yang memparodikannya dalam bentuk meme seperti dulu, sehingga ketika perhatian para penghuni kurva pasar pragmatis ini berpaling, siklus ketenaran vaporwave segera berakhir dan kembali bertumpuk dalam kepulan debu kehidupan internet bawah tanah.
Menurut salah satu seniman vaporwave, Floral Shopee dengan nada sinis menyikapi fenomena ini dan mengatakan bahwa seperti itulah kodrat asli musik vaporwave : musik yang dirancang untuk dilupakan. Bahkan pernyataan ini keluar dari mulut Ramona Xavier (nama asli Floral Shopee) ketika vaporwave berada dalam masa kejayaanya pada awal dekade 10’an.
Namun jika memilih untuk menyikapi secara serius reaksi penolakan terhadap pernyataan barber beats yang tidak pantas disebut sebagai penerus vaporwave, itu harus dipertanyakan lebih mengerucut mengenai seperti apa sebenarnya jenis musik barber beats itu? Lantas apa alasan dan motif mendasar yang membuat barber beats tidak begitu disukai kemunculannya?
Asal Istilah Barber Beats
Bersamaan dengan slushwave, ada sebuah gerakan kecil dari para antusias musik untuk mendesak agar barber beats terdaftar sebagai salah satu genre musik independen yang sah dan diakui oleh situs database terbesar musik saat ini, Rate Your Music. Sepertinya, upaya gerakan itu tampak berhasil, sehubungan dengan semakin banyaknya seniman dan komposer barber beats yang bermunculan sejak masa pandemi covid mulai melanda, dimana itu sangat membantu untuk mempercepat legalisir barber beats sebagai genre resmi.
Akan tetapi untuk meneliti asal muasal darimana istilah barber beats, itu memerlukan kilas balik dengan rentang waktu cukup lama, tepatnya sekitar tahun 2014-2015. Saat itu sebuah label independen berbasis di London, Aloe City Records tidak sengaja menciptakan terminologi ini. Pada salah satu album milik Haircuts for Men, Aloe City Records meletakan istilah barber beats untuk mendeskripsikan jenis musik dan estetika yang dimainkan oleh Haircuts for Men pada saat itu.
Hal ini diakui sendiri oleh salah satu seniman yang saat ini berada dalam ruang lingkup barber beats, ROMBREAKER yang menyatakan bahwa Aloe City Records-lah yang pertama kali meletakan istilah barber beats. Kemudian ROMBREAKER mengikuti jejak yang sama, ketika dirinya meletakan label barber beats untuk karya-karya lamanya, seperti pada salah satu EP bertajuk “Sorrow”, karena ia mengaku terinspirasi oleh Haircuts for Men. Tetapi jangan beranggapan bahwa itu langsung memberikan semacam fenomena, perhatian, dan tren yang baru dalam waktu singkat bagi kalangan pecinta musik internet bawah tanah, kenyataan yang terjadi tidak seindah itu.
Kematian Vaporwave & Kebangkitan Barber Beats
Pada awal terbentuk (bahkan sampai saat ini), Aloe City Records dikenal sebagai label fasilitator yang menaungi berbagai gerakan musisi dan seniman vaporwave dari beberapa negara Dunia. Semua figur yang saat ini dapat secara sah dianggap sebagai seniman barber beats, pada era terdahulu masih bersatu dalam payung besar keluarga vaporwave. Tampaknya kemunculan istilah barber beats saat itu tidak disikapi secara serius dan hanya dianggap sebagai banyolan absurd belaka dengan beralasan latar belakang dari kultur vaporwave itu sendiri yang dipenuhi oleh hal-hal bersifat parodi yang begitu kental.
Beberapa diantara mereka bahkan ingin terlihat cukup eksentrik diantara ruang lingkup vaporwave itu sendiri yang sebenarnya masuk ke dalam komunitas itu sendiri sudah dianggap tak wajar dan aneh oleh masyarakat sekitar. Dengan kata lain orang-orang berlomba-lomba untuk menciptakan berbagai istilah tidak masuk akal dan nyentrik hanya sebatas untuk memperlihatkan tentang seberapa absurd dan hipster-nya kegemaran mereka.
Perkembangan barber beats masih tersendat saat itu dan melihat fakta dari kejauhan bahwa turunan vaporwave lainya semacam seapunk, dreampunk, mallsoft, atau demi apapun untuk selusin sub-aesthetic-core menjijikan yang menceritakan estetika serangga dan rengat perusak bangunan telah melangkahinya baik dalam hal perkembangan artistik maupun pencapaian ketenaran.
Memasuki tahun 2016 vaporwave berada pada titik jenuh dan orang-orang dari komunitas lama mereka telah mendoktrinisasi dan mempersiapkan diri dengan slogan “vaporwave sudah mati, hidup selamanya vaporwave”. Ini sejatinya cukup berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan. Seorang kritikus vaporwave, Van Paugam pada salah satu artikelnya yang menceritakan perkembangan dan meredupnya vaporwave, mengatakan bahwa di tahun tersebut telah tumbuh lusinan sub mikro genre vaporwave yang membedakan diri atas eksekusi produksi, estetika yang terpancar, serta pandangan politik yang masing-masing dianutnya.
Tetapi bagi pelaku lama, itu menimbulkan sebuah pandangan sinisme, melihat semangat vaporwave yang telah pudar dan tidak lagi sama sebagai sarana ekspresi penentang kapitalisme dan korporatisasi berbasis marxisme, melawan musik arus utama yang diciptakan sebagai komoditas berembel-embelkan seni, dan membeberkan ironi betapa mustahilnya keadaan utopia yang terjadi di masa mendatang. Belakangan vaporwave justru seperti termakan ocehannya sendiri, ketika media dan industri besar mulai menghampiri dan mengeksploitasi vaporwave dengan memanfaatkan estetikanya sebagai bahan inspirasi media periklanan untuk memperlihatkan suatu citra dan barang-barang mewah dan eksklusif dengan tujuan tidak lain untuk mencetak laba dan kapital perusahaan sebesar-besarnya.
Bahkan pada salah satu video klip milik Drake, di sana menggunakan konsep perpaduan warna neon khas vaporwave, beberapa waralaba permainan virtual juga mencoba mereplikasi hal serupa, atau perusahaan yang bergerak di bidang grafis berbasis digital seperti Canva pernah menggunakan wallpaper promosi dengan hasil reinterpretasi ulang gambar sampul album vaporwave legendaris, Floral Shopee dengan patung yunani kuno tatapan kosongnya yang khas tergeletak di atas lantai bermotif catur dan langit pink bernuansa kelabu.
Ini terkesan spekulatif, tetapi ada sebuah kesenjangan perbedaan yang begitu jomplang di sini antara sisi produsen dengan basis orang yang mengonsumsi media dan kreasi vaporwave. Itu sudah hampir pasti bahwa kebanyakan musisi vaporwave lahir berasal dari kaum milenial, Gen Y, dan Gen X dengan pengalaman dan kedekatan emosional mereka terhadap seni dan barang komoditas yang tumbuh pada sekitar dekade 80 hingga 90’an.
Hampir keseluruhan sample sumber suara yang mereka ambil berasal dari musik-musik pop, smooth jazz, trip-hop, R&B, soul yang lahir pada era tersebut, mungkin sebagian kecil ada referensi musik yang berasal dari era yang lebih lampau lagi masuk ke dalam pengawasan mereka, tetapi secara keseluruhan itu tercermin dari segala keadaan seni, sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi pada rentang dekade 80’an pertengahan hingga sepanjang dekade 90’an.
Mereka (para seniman vaporwave) juga telah melihat dan merasakan sendiri, bagaimana musik kemudian dapat berubah peran menjadi sebuah wadah aspirasi bagi segelintir warga sipil yang tergolong marginal untuk melancarkan aksi protes dan perlawanan seperti pergerakan punk dan hardcore misalnya, dan itu agaknya telah membuat mata mereka begitu berbinar-binar untuk melakukan hal yang serupa.
Tentu ada upaya yang lebih revolusioner dan modifikasi di sini, dimana mereka menggunakan pendekatan yang lebih peyoratif secara visual dalam hal melontarkan kritik dan menggambarnya dengan kondisi sedemikian abstrak yang tersembunyi dalam humor dan pandangan absurd (bagaimana anda dapat menjelaskan korelasi antara sistem operasi windows, patung yunani, dan gambar gadis-gadis yang diambil dari iklan Jepang hadir dalam satu frame yang sama?). Sedangkan usaha dari gerakan pertama vaporwave mengekspresikan keresahan dan sentimen secara musikal yang dikerahkan pada pemilihan suara yang beririsan dalam pop, jazz, plunderphonics, atau apapun serentetan musik yang dapat memicu suatu fenomena yang membekas baik secara dampak psikologis maupun ingatan.
Dengan teknik produksi yang hampir pasti jatuh pada gaya berbagai sampling acak yang direkatkan oleh efek-efek transisional seperti looping, glitching, penurunan pitch, perlambatan tempo, dan terkadang disokong oleh modulasi efek suara semacam reverb itu bertujuan menghasilkan suara yang dapat dirasakan dengan interpretasi semacam kenangan yang hilang, ketenangan, kesedihan, dan kehampaan yang terajut menjadi satu.
Itu serta-merta sebagai hasil produk imaji bahwa mereka berusaha memimpikan suatu kehidupan yang indah, damai, dan tentram, tetapi sayangnya tidak pernah tercapai dan harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tertekan dalam kuasa industri, korporatisasi, atau apapun itu yang memiliki kepentingan sistem untuk bersifat mengekang bahkan sebagian berperilaku intimidatif.
Itu sisi dan filosofis yang ditawarkan pada pihak pencipta, tetapi apa yang disampaikan nyatanya tidak mampu ditangkap seutuhnya. Kaum gen Z sebagai penyumbang terbesar dalam demografi pengkonsumsi vaporwave gagal memahami, karena mereka menggangap ini semacam barang mewah menyenangkan yang tampak asing bagi, yang kemudian diperalat sebagai alat terapi eskapis jiwa. Bagi mereka ini semacam wahana yang tepat untuk lari dari masalah hidup sesaat dan dapat merasakan ketenangan, kenikmatan, sembari membuka ingatan atau memori yang sebenarnya tidak pernah mereka rasakan.
Ada pemutusan hubungan secara tidak sengaja di sini, mengenai filosofi awal yang dibangun, karena tentunya ada keterbatasan pengalaman dan literasi. Apakah itu sebuah masalah? Sejatinya tidak begitu, tetapi permasalahan mulai timbul ketika mereka mulai memaknai dan mencap bahwa vaporwave adalah seni yang sepenuhnya aneh, dan absurd tanpa mempertanyakan substansi di belakangnya. Sehingga seiring dalam perjalanannya, komunitas vaporwave yang juga melahirkan sekelompok produser maupun pendengar Gen-Z, semakin sesak dipenuhi oleh karya musik bersifat lelucon atau meme yang hanya memperlihatkan sisi humor absurd, titik.
Ini sekaligus berdampak terhadap pandangan orang, bahwa saat ini vaporwave hanya dipandang dan dimaknai sebatas kultus bermentalitas hipster dan norak, sementara semangat utama yang menggerakan vaporwave sebagai sebuah seni perlawanan dan refleksi sisi gelap dari kehidupan sosial seakan menguap entah ke mana.
Memasuki kultur penggunaan jejaring sosial yang kian marak, vaporwave membangun basis penggemar secara online dengan pangkal yang terpusat pada komunitas facebook, reddit, dan twitter. Tetapi siapa sangka hal tersebut justru membuat vaporwave dikecam habis-habisan, dengan tudingan bahwa para seniman vaporwave seringkali mengambil (mencuri) sampling musik tanpa seizin sang kreator asli, sehingga orang-orang kerap memperdebatkan ini merupakan sebagai bentuk kriminal dalam hal pembajakan karya dan hak cipta. Belum lagi ada semacam permasalahan internal yang sangat menggerogoti keberlangsungan dari kestabilan ekosistem vaporwave selama ini.
Memasuki dekade 20’an, ketika ketidakjelasan telah memporak porandakan masa depan vaporwave, barber beats mulai bangkit dari masa hibernasinya. Ini mulai ditandai dengan kemunculan seorang produser misterius yang menyebut dirinya sebagai Macroblank. Entah metode apa yang dilakukan, tetapi algoritma Youtube secara rutin dan acak menempatkan karya-karya macroblank sebagai musik yang direkomendasikan pada pengguna. Hasilnya, itu sangat mendongkrak popularitas Macroblank dalam komunitas musik bawah tanah di jejaring internet, dimana hampir semua album yang diunggah ke dalam akun Youtube pribadinya mendapat ratusan ribu views dan bahkan beberapa di antaranya mencapai angka 1 juta lebih views.
Faktor lain yang membuat barber beats mulai mendapat perhatian lebih masif, dikarenakan pertumbuhan yang bersifat kolektif. Hal itu ditandai dengan kemunculan produser maupun seniman baru yang bersedia untuk dikelompokan dalam bendera barber beats, diantaranya seperti : OSCOB, Oblique Occasions, Monodrone, Telenights, DΛRKNΣSS, dan masih banyak lagi. Sebuah fenomena yang 180 derajat berbeda, ketika pada masa Haircuts for Men yang dilabeli sebagai barber beats seorang diri. Saat itu orang hanya menggapnya sebagai upaya mendeskripsikan perbedaan yang terletak pada sebatas pembawaan estetika, bukan sebagai simbol perbedaan secara keseluruhan elemen musik maupun kultur.
Ciri-Ciri Barber Beats
Membedakan gaya dan pembawaan barber beats jauh lebih mudah, dibandingkan harus melakukan analisa mendalam mengenai beberapa sub-genre vaporwave lainnya yang secara kasat pendengaran dapat dikatakan mirip, tetapi terdapat perbedaan-perbedaan bersifat mikro yang harus dikategorikan secara terpisah. Format musik barber beats sepenuhnya instrumental, dan jika ada eksistensi vokal itu bukan merupakan sebuah prasyarat elemen yang harus selalu diikutsertakan.
Secara pemilihan sumber sampel suara, barber beats begitu terbuka terhadap berbagai pilihan musik seperti pop, funk, trip-hop city pop, disco, smooth jazz, RnB, atau apapun jenis musik yang meluhurkan fungsi dan peran melodi pada suatu aransemen. Liukan daripada melodi saksofon biasanya yang menjadi pemandu atau sesuatu yang paling dominan keluar dari aransemen sepanjang album. Tetapi bilamana saksofon absen, maka peranan synth yang masuk menggantikan.
Sample suara yang telah dipilih tidak diberikan efek manipulasi apapun. Tidak ada pengaturan reverb berlebihan, tidak ada efek delay, dan tidak ada efek phaser yang melumuri laju pergerakan musik. Biasanya produser hanya menambahkan seperangkat preset bass dan drum bawan library dari software pembuat musik dengan pola ketukan yang bisa disinkronkan terhadap gaya musik lo-fi.
Bahkan jika biasanya produser atau DJ hip-hop mengambil sebuah sampel lagu hanya dalam hitungan beberapa detik, lalu memanipulasi tempo dan pitch, atau menabrakannya dengan sampel lainnya pada satu waktu, seniman barber beats benar-benar menggunting sample lagu tunggal dengan rentang menit yang besar, bahkan ini seperti memindahkan inti daripada aransemen musik aslinya, pada karya mereka yang kemudian diberi sisipan suara bass dan drum yang lebih menggelegar dan tegas. Ada penyebutan yang terdengar lebih eksklusif dan elegan untuk teknik memproduksi musik seperti ini yaitu plunderphonics.
Idealnya, seniman atau produser musik yang menggunakan teknik plunderphonics secara sengaja menampilkan karya musik yang sudah familiar untuk dijadikan sampel, tetapi sepertinya para seniman barber beats justru secara sengaja mencari musik-musik yang begitu underrated dan tidak terkenal. Entah apa ini merupakan salah satu siasat mereka untuk terhindar dari tuduhan pembajakan dan copyright, tetapi mereka pun bersedia memasukan lagu-lagu yang biasanya hanya diputar di lobby ruang tunggu perhotelan, perkantoran, atau musik apapun itu, selama konteks musiknya mampu memperdengarkan lantunan melodi merdu dan menenangkan.
Secara tampilan visual, barber beats tampil dalam ketersediaan warna yang lebih sederhana, terkesan apa adanya, dan tersusun lebih rapi, jika dibandingkan dengan vaporwave yang sangat bermain dalam kekayaan warna, imajinasi liar, dan referensi setiap objek yang tidak saling berhubungan. Ada yang mengatakan bahwa jenis visual yang direpresentasikan barber beats merupakan sebuah gaya karya grafis yang disebut dengan acid graphics. Penempatan layout masing-masing sampul album relatif identik, dengan hasil inspirasi dari gaya gabungan pressing cover vinyl / kaset, majalah-majalah 80’an, dan variasi warna minim.
Gambar-gambar dari patung mitologi era Romawi-Yunani kuno dan tulisan-tulisan kanji Jepang dipersatukan di sini. Namun itu tidak perlu membuat anda bingung mengenai maksud dibaliknya, karena Macroblank sendiri telah menjelaskan pada salah satu interview, bahwa itu dimaksudkan agar orang tidak perlu pusing memikirkan judul album, nama lagu, atau konsep album yang tampak abstrak. Dia hanya menginginkan agar pendengar terpaku pada aransemen musik yang telah dihasilkan.
Di mana letak kenikmatan Barber Beats?
Rasanya barber beats jauh lebih mudah diterima bahkan untuk ukuran selera musik orang-orang pada umumnya. Bentuk musiknya sendiri terkesan lugas, tidak semrawut dalam memperagakan kerumitan, dan yang terpenting adalah gaya produksi rekamannya modern dan sangat berorientasi pada melodi dan pola beat yang menghentak.
Pemilihan timbre pada bagian melodi utama sengaja diarahkan pada karakteristik instrumen yang mengacu pada elemen kelembutan sejenis saksofon, atau suara dekoratif synth yang mendatangkan asosiasi perasaan ketenangan dan anggukan kepala yang mengikuti tempo iramanya dengan lembut dan santai. Memang disinyalir terdapat beberapa album barber beats yang berdiri pada batasan ide lebih ekstrem, seperti apa yang dipertunjukan beberapa karya Oppa Vessel yang menaikan desibel kebisingan, tekstur musik drone yang berdengung, dan artwork berdarah-darah. Akan tetapi persentase kemunculannya sangat sedikit dan tidak menjadi suatu bagian paling dominan dalam barber beats.
Jika diperhatikan dengan seksama, bass dan drum berfungsi sebagai ritem yang sekaligus dijadikan sebagai pengisi melodi dan harmoni. Ketiga dasar komposisi musik tersebut memiliki kehadiran suara yang gamblang dan terdepan secara produksi. Bentuk daripada motif suaranya amat sederhana dan cenderung repetitif, sehingga fungsionalitas musik barber beats akan sama kuatnya apabila dijadikan hanya sebatas musik latar menemani aktivitas semacam berkendara, membaca, minum teh, atau sebagai musik yang didengarkan dengan perhatian lebih terfokus dan serius.
Melodi musiknya menyediakan kedalaman emosi yang cukup untuk diperhatikan secara menyeluruh, sembari menerka-nerka sumber sampel musik mana yang digunakan dalam sebuah lagu. Namun jika pilihan jatuh untuk didengar sebagai musik latar, mungkin pusat perhatian mendengarkan melodi musik terasa samar-samar, tetapi detak beat yang lebih keras dan berpacu akan sangat mudah meresap. Pengalaman ini persis seperti ketika anda sengaja memutar streaming video musik gadis lo-fi di Youtube untuk menemani membaca buku atau melakukan aktivitas ringan lainnya.
Sebagai salah satu musik turunan vaporwave, barber beats tidak terlepas dari rasa “tanggung jawab” untuk memancarkan sebuah bentuk estetika tertentu, sehingga rasanya perlu disinggung sedikit seperti apa visual dan nilai filosofis estetika yang tertanam. Mungkin ini diluar konteks daripada pembahasan mengenai alasan orang dapat merasakan kenikmatan musik barber beats dan terkesan ngalor-ngidul, akan tetapi mungkin ini dapat menjadi sebuah alasan pertimbangan, mengapa orang tertarik dengan barber beats dan memiliki hubungan antara perkembangan barber beats yang mulai mencuat disaat masa krisis pandemi melanda.
Pada dasarnya kebanyakan orang seperti kurang menghargai keberadaan momen mereka berada saat ini. Pikiran serta imajinasi mereka selalu terpisah dari tubuh dan bertebangan entah ke mana untuk sekedar menengok masa lalu, atau menerawang masa depan yang dirasa tampak lebih baik dan menyenangkan dibanding momen saat ini. Padahal masa lalu hanya sebatas memori, dan masa depan merupakan kumpulan jutaan kemungkinan yang akan tercipta secara acak jika seseorang tidak merencanakan masa depan dan memandang secara serius momen saat ini.
Lihat bagaimana estetika vaporwave menabrakan 3 sekaligus kuadran memori dan imajinasi masa depan yang terdistorsi dan spekulatif. Vaporwave membayangkan hari-hari masa lampau yang riang, sembari mengharapkan bahwa kehidupan masa depan akan terasa sangat optimistik dan berorientasi pada prinsip utopia. Tetapi secara paradoks mereka sebenarnya sedang membelokan persepsi bahwa masa lalu yang riang itu tinggal kenangan, dan masa depan bersifat utopis itu telah tergantikan oleh sesuatu yang akan datang dan bersifat distopia.
Mereka seperti menempatkan corong pandangannya yang bersifat menggeneralisir hanya pada bencana, perang, krisis, kematian massal dan tidak menghiraukan bahwa masih terdapat belahan dunia lain di luar sana yang menikmati momen-momen kedamaian, ketentraman, dan kerukunan. Dengan pandangan seperti itu, mereka berharap agar dunia harus segera disudahi saja kiprahnya, sehingga tidak akan ada penderitaan lagi yang dapat disaksikan.
Lalu ketika pandemi benar-benar menghantam hampir seluruh lapisan bumi, coba tebak orang yang sama akan mulai memutar imajinasi mengenai kapan masa pandemi segera berakhir. Dengan segera, mereka mulai menarik memori bahwa hidup sebelum pandemi jauh terasa lebih menyenangkan, dimana sebelumnya mereka mengharapkan agar dunia lebih baik kiamat. Sebuah contoh sederhana yang membuktikan bahwa orang benar-benar sudah terpisah jauh dari esensi hidup di momen sekarang yang murni dan tidak lebih hanya sekedar produk dari pikiran dan imajinasi.
Sekarang ketika orang-orang benar-benar tersungkur dan telah berada pada titik terendahnya, mereka sudah tidak lagi mengharapkan omong kosong penuturan mengenai betapa mengerikannya masa depan. Orang mulai memprogram ulang kesadaran mereka dan memahami bahwa poin terpenting dalam hidup sebenarnya menciptakan kebahagiaan dan keinginan yang dapat mereka wujudkan dan hanya dapat dilakukan saat ini, bukan lagi sebuah angan-angan imajinasi belaka atau memori masa lampau yang telah usang.
Dari sanalah sebenarnya letak dari kesederhanaan estetika yang dibawakan oleh barber beats. Ketika pergerakan musik ini muncul dengan membawa musik yang menenangkan, santai, dan mewah di tengah dunia yang sedang menghadapi kondisi carut marut, barber beats seolah mendeteksi bahwa inilah sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini. Tidak ada sisipan-sisipan kepentingan politik atau kritik yang terpampang di sana, atau perasaan semacam false nostalgia yang muncul, karena barber beats menabrakan sekaligus penggunaan sampel musik lawas yang sulit diidentifikasi dengan gaya produksi modern seutuhnya, sehingga ini seperti menabrakan 2 dikotomi sekaligus yang bersifat modern dan kuno sekaligus.
Jika menyimak kembali wawancara Macroblank di atas, sejatinya dia telah begitu sadar bahwa hal-hal semacam judul album, nama lagu, dan artwork album akan bersifat mengganggu, dimana orang membuka imajinasinya dan segera mengaitkan musik yang mereka dengar dengan apa yang tertera pada judul, artwork, maupun interpretasi yang berhubungan dengan memori kehidupannya.
Dengan kata lain, agar orang-orang benar mengapresiasi musiknya secara penuh, Macroblank secara sengaja menyamarkan artwork dan judul album agar tidak memiliki korelasi yang langsung terhadap musik itu sendiri. Anda tidak dapat menggambarkan estetika barber beats hanya berdasarkan dengan melihat visual album mereka, atau mendengar kisah filosofis dibaliknya, karena keduanya tidak berhubungan dengan musik itu sendiri. Anda baru dapat merasakan estetikanya, hanya ketika anda merasakan momen saat itu ketika mendengar musiknya dan barulah estetika barber beats mengenai kemegahan, ketenangan, dan kehangatan bisa dirasakan.
Kontroversi Barber Beats
Sekarang mari kembali pada pertanyaan awal mengenai mengapa kemunculan barber beats tidak disukai dan cenderung dibenci. Mereka yang tidak suka terhadap barber beats melayangkan tuduhan bahwa jenis musik ini tidak lain hanya sekumpulan seniman pencuri karya, yang menjarah sampel sebagian besar atau seluruh lagu milik orang lain. Mereka dituduh mengambil sampel lagu yang berasal dari rekaman-rekaman musik aslinya, atau bahkan mereka merebut sampel dari tangan seniman vaporwave yang terkesan kurang tenar.
Selain daripada dianggap sebagai sebuah bentuk pelanggaran hak cipta, orang juga menyebutnya sebagai suatu tanda kemalasan kreatifitas, karena mereka hanya menambahkan sedikit efek di atas musik dan hampir sama sekali tidak merubah apapun dari segi komposisi, terkecuali ketukan dan garis bass yang mereka sisipkan menggunakan library pribadi. Kemarahan pun tersulut ketika musisi barber beats tidak meletakan kredit apapun pada musisi yang telah diambil karyanya. Dengan aksi yang provokatif, salah satu musisi barber beats, Haircuts for Men menulis statement dalam deskripsi bandcamp miliknya, bahwa ia hanya mengambil sedikit kredit, tetapi dia mengakui bahwa sebagian besar sampel musiknya merupakan hasil jarahan.
Topik ini sempat beberapa kali diangkat sebagai bahan diskusi pada forum sub-reddit vaporwave dan salah seorang anggota forum membuat sebuah thread khusus, semacam petisi atau ajakan untuk segera memboikot pergerakan barber beats dengan alasan yang sama persis dengan tuduhan di atas. Seorang pengguna pun berkomentar dengan menganalogikan bahwa barber beats hanyalah bentuk kemalasan dari seorang produser hip-hop lo-fi yang menggabungkan seni vaporwave.
Mungkin ini hanya semacam perkiraan, tetapi ada 2 kemungkinan alasan dibalik mengapa barber beats tidak disukai dan pembenci hanya membidik alasan kemalasan kreativitas dan penjarah sampel sebagai upaya kamuflase untuk menutupi maksud sebenarnya. Pertama itu mungkin merupakan sebuah bentuk kecemburuan sosial daripada penggiat vaporwave era lama. Mereka merasa bahwa saat ini perhatian lebih tertuju pada barber beats yang menurut mereka hanya mengeluarkan sedikit upaya kreativitas, namun dapat menyingkirkan spotlight mereka dan membuat vaporwave sudah tidak relevan lagi dianggap sebagai barang mewah.
Itu jelas terlihat bahwa semua yang menunjukan aksi penolakan terhadap barber beats merupakan orang-orang yang berada dalam komunitas vaporwave itu sendiri. Ironisnya para seniman vaporwave juga melakukan hal yang sama bertahun-tahun lamanya, dengan menjarah musik tanpa sepengetahuan pemilik untuk dijadikan koleksi sampel pribadi mereka.
Tetapi barangkali, mereka merasa memiliki posisi yang lebih tinggi dan berseni, dikarenakan mereka mencuri lebih banyak sampel lalu mengeditnya dengan ragam efek suara, menghilangkan nilai keseksian pada setiap lagu, memperlambat tempo, dan menggunting beberapa sampel untuk disatukan secara acak pada sebuah lagu.
Sehingga sampel-sampel yang digunakan seperti berbentuk mayat yang dihidupkan kembali dengan wujud yang memiliki perbedaan signifikan. Tentu tidak semua seniman vaporwave berlaku demikian, beberapa dari mereka masih sudi memutar otaknya untuk menambahkan aransemen menggunakan dasar pemikirannya sendiri.
Namun bukankah seharusnya itu menjadi suatu hal yang lumrah dalam vaporwave bahwa penjarahan sampel sudah seperti budaya bagi mereka dan rasanya barber beats juga terpengaruh daripada aksi vaporwave lama, tetapi mengapa mereka menjadi terkesan reaktif mengenai hal-hal pencurian sampel yang dilakukan seniman barber beats?
Alasan kedua adalah mungkin ini juga merupakan bentuk cerminan yang lebih fundamental mengenai perilaku masyarakat terhadap kesadaran dan kemajuan pola pikir yang diimbangi oleh rasa skeptisme terhadap sesuatu yang di atas mereka. Anda tahu? bahwa musik seperti ini meskipun tidak dimaksudkan secara sengaja, hampir mayoritas menjadi semacam target konsumsi bagi golongan kelas menengah ke bawah.
Sebuah golongan yang kerap menjadi korban atau sasaran empuk untuk terkena manipulasi maupun eksploitasi dan tentu itu menjadi semacam dorongan atau muara dari permasalahan mengenai budaya konsumerisme itu berasal. Setelah mereka secara terus-menerus dibohongi dengan hal-hal yang bersifat tidak transparan dan sangat bertentangan dengan kenyataan, itu secara tidak sadar telah membuat pola-pola kecurigaan dan rasa awas cenderung paranoid pada diri mereka ketika hendak menerima sesuatu yang berasal dari luar pemahaman. Intinya mereka tidak ingin sesuatu yang baru dan tidak dapat diterima oleh akal sehat mereka berkuasa, karena itu membuat ketakutan setengah mati dan merasa keberadaannya sedang terancam.
Sama sekali tidak ada yang salah mengenai berpikir lebih kritis dan mencurigai sesuatu, anda tentunya tidak ingin untuk bersikap terlalu lugu dan polos, sehingga dengan sangat mudah orang asing mempraktekan apa yang ditulis Michael Mitnick mengenai seni manipulasi terhadap diri anda dan dengan mudah orang itu mencuri seluruh data rahasia dari genggaman anda.
Tetapi jika kecurigaan telah melampaui batas, itu dapat merubah pandangan dan persepsi cenderung menjadi ekstrim dan bias tidak beralasan, seperti yang dituduhkan seseorang melalui akun twitter miliknya dengan mengatakan bahwa barber beats merupakan seni reaksioner yang bersifat homofobia terhadap estetika vaporwave.
Ya mungkin ini sedikit menggambarkan kemiripan kisah Oedipus seorang dewa mitologi Yunani yang membunuh ayahnya dan menikahi Ibu kandungnya. Ketika barber beats lahir sebagai turunan vaporwave yang justru memiliki sifat sama sekali bertentangan dan begitu kontra terhadap gaya estetika vaporwave berwarna-warni, sehingga sekali lagi orang itu mengatakan bahwa barber beats seperti Pria straight yang sedang berdiri di tengah-tengah parade LGBT.
Silahkan berdoa saja bahwa cuitan tersebut hanya berbentuk troll semata, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang tidak memiliki pemahaman akan cenderung setuju dengan pendapat ini, dan berusaha mengaitkannya terhadap sampul gambar album barber beats yang mayoritas digambarkan oleh patung-patung pria / dewa gagah Romawi dan Yunani kuno sebagai perlambangan maskulinitas sejati.
Satu hal yang luput dari tuduhan mereka adalah bahwa barber beats baru saja berkembang dan sangat tidak menutup kemungkinan bila kedepannya semakin banyak produser-produser baru bermunculan yang menganggap kreativitas menjadi sesuatu yang vital dan serius. Beberapa seniman barber beats saat ini pun sudah mulai tersadar dan mencoba berkreasi dengan tidak hanya sebatas mengandalkan sampling tetapi mampu bermain dalam koridor instrumen yang lebih layak.
Haircuts for Men sudah semakin bergeser dengan menggunakan pemikiran mandiri dibanding hanya mengedit sampel, begitu halnya dengan nama-nama seperti Monodrone, Savant shadow, dan Macroblank. Telenights bahkan sama sekali tidak menggunakan sampling dalam albumnya. Sepertinya kebencian ini juga merupakan siklus yang bersifat sementara dan segera berlalu, sebuah perputaran siklus yang sama ketika pada saat itu vaporwave mendapat ujaran kebencian hanya merupakan kumpulan musik dengan versi lebih lambat dan vokal yang payah dari versi lagu aslinya dan itu menguap sendirinya seiring dengan semakin banyak produser dan seniman vaporwave yang lebih kreatif.
Dari Mana Harus Mulai Mendengar Barber Beats?
Tidak dipungkiri bahwa saat ini barber beats tengah berkembang secara kuantitas dan tidak menutup kemungkinan akan ada begitu banyak karakteristik musik berbeda yang dapat mereka tawarkan ke depannya. Tetapi untuk saat ini perkembangan dari barber beats tidak begitu banyak mengganggu terhadap kestabilan struktur hirarki aransemen musiknya. Anda tahu? Kasusnya 180 derajat sangat berbeda dengan katakanlah adegan black metal saat ini.
Sungguh hal yang wajar jika seseorang yang tidak mengenal black metal sebelumnya, merasa kebingungan dan selalu mempertanyakan dari mana sebaiknya memulai mendengar black metal, karena saat ini black metal sendiri telah berkembang dan terpecah menjadi sub-sub genre yang berskala lebih mikro seperti atmospheric black metal, post-black metal, melodic black metal, war metal, dan lainnya, yang juga diimbangi oleh perbedaan mencolok dari setiap sub-genre.
Jika anda mempertanyakan hal ini kepada para metalhead gondrong paruh baya dengan segudang koleksi vinyl dalam etalasenya, mereka dengan mantap menjawab band semacam Bathory, Mayhem, Abigor, dan Emperor layak untuk dijadikan prioritas, dengan beralasan bahwa dari sanalah akar sejarah black metal bermula dan esensi asli black metal ada dalam mereka.
Tetapi di lain sisi, jika anda menanyakan hal serupa pada beberapa remaja yang baru saja menyudahi masa pubertasnya dan tidak lagi mendengarkan Paramore, MCR, atau menggunting poni emo-nya, mereka akan menyodorkan nama-nama black metal yang lebih modern semacam Deafheaven, Alcest, Wolves Throne in Room, Ghost Bath, dengan beralasan bahwa secara estetis, melodis dan emosi musiknya lebih mudah diterima, dengan tingkat kebisingan yang lebih berkurang dan sangat meninggikan peran elemen melodis serta mengucurkan perasaan melankolis.
Tetapi dalam barber beats itu bisa berjalan secara beriringan dan paralel. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik utama musik barber beats yang berlandaskan pada pola beat groovy sederhana, alunan santai, dan melodi yang bermekaran, membuat musiknya akan jauh lebih mudah diterima, sehingga memulai mendengarkan barber beats dari nama-nama besar seperti Macroblank, Haircuts for Men, GODSPEED 音, Opal Vessel ataupun memulai dengan nama yang lebih kurang dikenal seperti Mabisyo, Snowpoint Lounge, tidak akan menimbulkan perbedaan yang signifikan. Kami juga telah menyiapkan playlist dan sebuah diagram untuk memandu darimana sebaiknya mulai mendengarkan barber beats.
Dua hal yang mungkin harus diperhatikan terletak pada durasi per album dan pendekatan produksi yang dibawakan oleh masing-masing album maupun produser. Ada beberapa album barber beats yang memiliki total durasi di atas 1 jam, dan jika anda adalah tipikal pendengar musik yang tidak terpaku mendengar album secara runut dan lebih suka mendengar secara acak, anda mungkin sebaiknya memilih album dengan durasi relatif lebih singkat (30 – 40 menit biasanya), atau dapat mengunjungi playlist di bawah ini, yang telah kami kurasi berdasarkan pada pengambilan lagu-lagu dari beberapa album barber beats yang kami anggap terbaik untuk dijadikan permulaan mendengar barber beats.
Sementara dalam pendekatan produksi, beberapa seniman membuat sektor bass lebih menggeram kencang, dan dekorasi instrumen maupun pengaturan tone yang lebih gelap, menghasilkan nuansa atau vibes pada malam hari dan terkesan inklusif. Seniman lain ada yang memanipulasi ketukan drum agar berdetak lebih kencang, dan pemilihan kontras tone pada instrumen yang lebih terang, membuat nuansa menjadi cerah, hangat, dan berseri-seri.
Dalam layering atau lapisan instrumen, beberapa produser cenderung menggunakan pendekatan minimalis, dengan hanya menaruh 2 atau 3 lapisan instrumen yang dominan, sementara sisi lainnya ada yang menerapkan layering dengan lebih kompleks dan begitu banyak memasukan detail-detail kecil instrumen yang juga diimbangi dengan banyak pergeseran tema musik maupun elemen musik, contohnya anda dapat mendengar jenis barber beats yang satu ini pada album “木漏れ日” mirip Telenights. Untuk lebih jelasnya, anda dapat melihat diagram berikut untuk melihat setiap jenis barber beats berdasarkan pendekatan gaya produksinya.
Baca Juga : Apa Enaknya Musik Slushwave?