20 Album Dalam 5 Menit – Ska – Ska Punk
Sama halnya dengan kultur musik lainnya, ska mengalami gelombang pasang surut selama perjalanannya yang sejauh ini sudah berumur setengah abad lebih. Pasca perang dunia 2 usai, musik-musik di Amerika masuk dan mempengaruhi negara Jamica. Budaya impor tersebut menyatu dengan musik daerah di Jamaica dan musik perkusi calypso yang berasal dari Trinidad & Tobago, hingga lahirlah musik ska. Saat itu dampak pasca peperangan masih begitu membekas, sehingga musiknya lebih menggambarkan rasa sedih dan resistensi menghadapi masa-masa sulit. Itu terjadi sekitar abad 50’an dan tidak seperti beberapa negara yang sudah merdeka, Jamaika pada masa itu masih berada di tangan kekuasaan Inggris.
Jamaika mulai terlepas sepenuhnya terhadap pengaruh Inggris pada tahun 1962, akan tetapi industri rekaman musik dan suara belum tercipta, sehingga para kurator dan DJ radio yang ada di Jamaika perlu merencanakan jadwal secara rutin untuk mengunjungi toko-toko plat di Amerika, dimana mereka menargetkan jenis musik sejenis R&B, doo-wop, atau suatu musik yang berkarakter parau, kuat, dan energik. Namun strategi itu tidak dapat berjalan selamanya, dan Amerika juga mengalami pergeseran minat musik terhadap disco, soul, dan semacamnya, sehingga mau tidak mau musisi yang ada di Jamika sana merekam musiknya sendiri. Bahkan beberapa di antara mereka rela pindah dari Karibia dan menjadi Imigran untuk menetap di Inggris.
Sementara pada saat itu pergerakan musik punk begitu bergejolak di Inggris dengan menyinggung berbagai isu sensitif mengenai politik, sosial, dan isu-isu rasialisme. Merasa memiliki kesamaan nasib sebagai masyarakat yang seringkali dianggap sebagai kaum marjinal dan terpinggirkan, para pelaku punk merangkul para imigran-imigran tersebut untuk memerangi isu-isu rasialisme yang memanas. Dari Sanalah pertemuan kedua kultur punk dan ska terjadi, dan hingga sekarang kedua kultur tersebut masih bersinergi, hingga menghasilkan penggiat-penggiat baru.
JER – Bothered / Unbothered
Musik JER mungkin terlalu manis untuk mendorong pria botak hipermaskulin segera membakar moshpit. Alih-alih melempar segala kegarangan distorsi gitar dan dentuman drum yang cadas, musiknya terdengar seperti pop punk dengan corak vokal emo kemayu yang seringkali berjingkrak bersama ritmis-ritmis musik ska. Tapi barangkali itu merupakan wujud kamuflase JER agar lirik bermuatan politisnya dapat diterima lebih luas.
Flying Raccoon Suit – Afterglow
Alih-alih tampil minimalis layaknya kolektif punk umumnya, Flying Raccoon Suit seperti membawa grup ansambel sendiri yang tidak hanya mewakili instrumen konvensional punk, melainkan membawa pemain cornet, trombone, & sepasang saksofon alto-tenor. Memiliki strategi saling subtitusi instrumen dan peranan vokal pria wanita telah signifikan mempengaruhi musiknya yang fleksibel dan dapat dibengkokan dari surf rock, indie rock, power pop yang dipoles oleh kemegahan tiupan saksofon bernuansa ska.
Joystick! – I Can’t Take it Anymore
Joystick! tampil dalam interval musik hardcore tulen yang seringkali direcoki oleh bagian-bagian riffing yang berpacu cepat dan melodis dari pengaruh musik skate punk. Tetapi seringkali mereka menambahkan lagu-lagu bernuansa anthemic entah itu mengejar bagian yang lebih emotif atau mencoba menjadi semakin berbudaya dengan meniru formulasi ska orisinal.
Dissidente – The War on Two Fronts
Dissidente memboyong musik ska pada kultur musik hardcore punk yang lebih keras. Kecepatan vokal rapping yang kusut, suara distorsi yang gagah, dan riff agresif yang dimiringkan pada sudut-sudut bernuansa metallic, membuat kemunculan elemen ska pada album ini terkesan sporadis. Tetapi mereka memiliki kekuatan manajerial yang baik sehingga interplay dari bagian agresif, melodis, dan lonjakan kegembiraan musik ska tetap memiliki peran yang vital.
Hey-Smith – Life in the Sun
Kontur musiknya begitu khas dengan gaya musik j-rock / pop punk Jepang yang sarat dengan hook-hook bersemangat dan anime-sentris. Jepang memiliki grup ska esensial bernama, Tokyo Ska Paradise Orchestra dan tampaknya fragmen musik ska Hey-Smith yang serba kolosal dan megah itu terinspirasi dari sana. Tema liris yang positif dan menjadi semacam aksi selebrasi dibanding sebagai kultur resistensi.
The Upfux / Noise Complaint – Coastal Collapse
“Coastal Collapse” merupakan album hasil koalisi antara 2 kelompok ska punk The Upfux dan Noise Complaint. The Upfux tampil dengan sifatnya yang lebih jalanan dan berandal, mengatur musiknya terdengar lebih kasar sembari memberikan perpaduan ritmis ska yang dirancang untuk menggerakkan keseluruhan anggota badan. Sementara Noise Complaint hadir memberikan suntikan melodi yang lebih intens.
The Abruptors – Noticeably Cheerless
Beberapa puritan ska sempat melontarkan kebencian, karena budaya mereka yang dieksploitasi untuk menjadi tenar dan sangat berorientasi pada industri. Namun nampaknya itu berubah menjadi kerinduan di masa sekarang, ketika ska tidak mendapat jatah regenerasi sebanyak musik lainnya. The Abruptors sebagai pendatang membawa ska pada ranah yang lebih pop-ish. Tema liris yang diangkat lebih mirip dengan tema dream-pop / bedroom pop kekinian.
Prince Buster – Dance Cleopatra Dance
Mari kembali pada dekade 70’an sebuah masa-masa krusial bagi jejak historis ska. Prince Buster menampilkan elemen oriental musik jamaican ska yang belum terkontaminasi oleh gaya ritmis 2-tone dan sangat mengakar kuat pada beberapa kultur musik kulit hitam seperti jazz, rhythm & blues, hingga penerapan gaya vokal memanggil dan merespon.
Derrick Morgan – Moon Hop
Lewat olah tarik suaranya, Derrick Morgan seperti memiliki kepribadian ganda. Ia bisa menyanyi dengan begitu mentah dan bertenaga seperti penyanyi-penyanyi blues. Ia juga dapat bernyanyi lembut dan elegan seperti penyanyi soul seperti pria-pria motown yang mengenakan tuksedo gemerlapnya. Nuansa musiknya begitu terdengar tropis di sini dengan latar synth yang begitu minimalis.
The Skatalites – The Legendary Skatalites
The Skatalites dianggap sebagai grup gelombang ska pertama yang paling berpengaruh. Akan tetapi pertengahan 70’an adalah masa-masa sulit dari ska, sehingga pada albumnya ini The Skatalites pergi mengungsi untuk bermain dalam ruang lingkup musik reggae, sembari tetap memberikan pemahaman daripada gaya musik jamaican ska.
The Soul Brothers – Carib Soul
Dapat dikatakan bahwa The Soul Brothers merupakan grup semi-proto sebelum The Skatalites didirikan. Sebagian anggota The Soul Brothers kembali bertemu dalam The Skatalites, setelah mereka membubarkan diri pada tahun 1967 dan hanya meninggalkan 2 album studio, termasuk “Carib Soul”. Format album jamaican ska yang sepenuhnya instrumental dengan tempo relaksasi ala tropis.
Ska Cubano – Ska Cubano
Terdapat salah kaprah dan stereotip yang terjadi dengan mengatakan bahwa ska murni merupakan produk dari Jamaica. Padahal sejatinya ada keterlibatan yang begitu dalam dengan musik-musik tradisional asal Cuba, dan kolektif asal London ini ingin mempertegasnya. Dengan anyaman perkusi cumbia dan lengkingan saxofon, membentuk ritme tarian yang mewah namun tradisional. Seringkali irama pun diutak-atik untuk menimbulkan aroma semerbak dari jazz yang merdu atau dub yang menyempitkan sinar mata untuk larut dalam ketukannya.
Allniters – D-D-D-Dance!
Periode 80’an mungkin merupakan masa yang membuat musik Ska tampak asing, diiringi dengan begitu banyaknya pergerakan musik baru yang muncul. Pilihannya adalah menyesuaikan jaman atau tertinggal, dan Allniters mengambil opsi pertama. Jarang ditemukan bahwa ska begitu tersentral dengan vokal seperti album ini dan pengaturan instrumen yang terbilang minimal, meski masih terdengar hiruk pikuk saksofon. Mereka menyuntikan irama dengan kick drum melimpah dan jenis drum sintetis yang digunakan musik sejenis new wave, synth-pop asal Inggris.
Hertzainak – Salda badago
Menyambung kisah krisis ska pada dekade 80’an, Hertzainak adalah bukti otentik lainnya dari kolektif yang melakukan akulturasi budaya ska dengan post-punk. Irama ska yang biasanya begitu mengundang senyum dan tarian, akan terdengar bipolar di sini, karena terpengaruh dari rasa kegelisahan dan kesuraman post-punk. Drum dan bass yang terasa getir, serta tarikan vokal yang paranoid dan menggertak.
Bluekilla – Ska Is Our Business
Setelah mempertaruhkan segala usaha dan hidupnya, Kolektif ska / reggae asal Munchen yang didirikan pada tahun 1985 baru merasakan kesuksesan ketika mereka melepas “Ska Is Our Business” selaku album studio ke-4 mereka. Inovasi yang begitu meluas dan cukup sulit diantisipasi, bagaimana mereka dapat menghubungkan ska dan reggae pada getaran ritem funk bervoltase tinggi, merevitalisasi ulang kekuatan synth psikedelik ala 60’an menjadi semacam ornamen suara yang berkelip dan cocok dipasangkan dengan irama yang seringkali bergeser pada gaya latin.
Common Rider – This Is Unity Music
Menjadi sedikit dilematis dikala 2 jenis musik seperti ska dan punk yang sama-sama memiliki karakteristik ritem yang kuat harus disatukan, dan keputusan harus diambil untuk mempertahankan salah satunya atau menggabungnya secara eklektik. Common Rider mengambil jalan tengah dengan menggunakan vokal serak ala punk yang digerakan oleh ritem ska melodis yang gesit dalam berpindah notasi.
The Chinkees – Peace Through Music
Secara artwork The Chinkees seperti mengambil etos dari musik punk 80’an dengan ada coretan lambang nazi di sana. Namun mereka juga melakukan kilas balik yang lebih jauh untuk memasukkan elemen ska. Suara chord yang lebih terbata-bata dan tidak mampu mengerang dengan bebas menyesuaikan bagian ritmis ska. Suara gitar yang terdengar gersang dan kemampuan drum yang dipersekusi dengan menampilkan isian minimalis.
The Hippos – Heads Are Gonna Roll
The Hippos merasakan gelombang gebrakan pop punk remaja era akhir 90’an. Namun alih-alih berselancar dan mengendalikan ombaknya, mereka seperti malah tenggelam dan tidak banyak orang membiarkan mengingat karya mereka. Kendati demikian The Hippos punya sentuhan aransemen unik, dari cara mengaplikasikan kelihaian suara synth retro-futuristik yang beradu dengan potongan chorus antemik dan raungan gitar yang tampak gesit.
Leftöver Crack – Fuck World Trade
Leftöver Crack terasa lebih banyak menyimpan aura kebencian dan dendam kesumat yang ditandai dengan suara produksi yang terdengar keruh dan mengepul. Rancangan liriknya terkesan begitu provokatif dan frontal, dengan vokal parau yang ditempelkan pada mikrofon sebagai pertanda orasi kemarahan dan agresi. Terkadang mereka melampaui batas untuk menuju pada suara gebukan drum crust-punk dan irama stenchcore yang buas.
Kill Lincoln – Can’t Complain
Kill Lincoln mengambil pendekatan yang bersifat seimbang dalam menyatupadukan ska dan punk. Mereka cukup bijaksana membiarkan potongan Horn meliuk pada beberapa jengkal tangga nada secara nyaring dan merdu di tengah terpaan power chord dan sinkopasi irama ska yang membuat nafas terengah-engah jika menari mengikuti kecepatan iramanya.
Baca Juga :
20 Album Dalam 5 Menit – Raw Black Metal
20 Album Dalam 5 Menit – Gorenoise